Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Harap minta maaf

PM Keating belum juga minta maaf meski sudah mengirimkan surat bahwa ia tak bermaksud menghina PM Mahathir.

11 Desember 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEJAK pekan lalu, film seri produksi Australia tak lagi ditayangkan jaringan TV-2 Radio Televisien Malaysia. Film seri seperti Beyond 2000, Beyond Tomorrow, film-film teknologi dan serial anak-anak Kelly atau Guess What sudah diganti dengan serial televisi AS. Dan pekan ini, kabinet Mahathir direncanakan membahas kebijaksanaan Buy Australia Last terhadap produk-produk Australia. Bila kebijakan tersebut disetujui kabinet, itu berarti semua warga Malaysia diminta tak membeli barang-barang produk Australia, kecuali terpaksa. Inilah reaksi pemerintah Malaysia terhadap komentar PM Australia Paul Keating tentang absennya Mahathir dalam pertemuan Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik, di Seattle, AS, akhir bulan lalu. ''APEC lebih besar dari Dr. Mahathir atau orang-orang keras kepala lainnya,'' ujar Keating. Rasa permusuhan terhadap Australia terus berkembang di Malaysia. Majelis Amanah Rakyat, badan pemerintah Malaysia untuk meningkatkan taraf hidup dan pendidikan kaum bumiputra, membatalkan pengiriman 230 siswa lulusan SLTA-nya ke Australia. ''Australia bakal kehilangan 23 juta ringgit setiap tahunnya,'' kata ketua Majelis itu. Menghadapi tekanan Malaysia itu, Keating, yang semula kalem, akhirnya setengah mengalah juga. Kamis pekan lalu, ia menulis surat kepada Mahathir: ''Kata itu bukan dimaksudkan untuk menghina. Dan kasus itu sebaiknya dibuang jauh-jauh bila kedua negara ingin menjaga hubungan baiknya.'' Tapi surat itu tak menyebut satu kata maaf pun, seperti yang dituntut oleh pemerintah Kuala Lumpur. Jadi, mungkin sikap Malaysia belum akan berubah. Ketegangan hubungan Malaysia-Australia bukan terjadi kali ini saja. Beberapa saat lalu hubungan itu juga terganggu, gara-gara televisi Australia ABC menayangkan film seri Embassy yang dinilai mendiskreditkan kehidupan agama dan masyarakat Melayu. Tahun lalu, hubungan kedua negara kembali regang, setelah Australia membuat film Turtle Beach yang menggambarkan kekejaman penduduk sebuah desa Malaysia. Kemudian, ada kasus ''penculikan'' anak oleh Sultan Malaysia yang menikah (dan kemudian cerai) dengan wanita Australia. DA (Melbourne) & EHA (Kuala Lumpur)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus