Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Stern Yang Bikin Heboh

Keputusan pemuatan catatan harian hitler di majalah stern merupakan hasil pelacakan wartawan gerd heidemann, di kritik berbagai koran & majalah menimbulkan perang pendapat ahli sejarah dunia.(ln)

21 Mei 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"TERBITKAN saja dulu, otentikasi urusan belakangan," usul salah seorang wartawan dalam rapat redaksi majalah Stern, di kantornya, di Hamburg. Pokok perdebatan adalah rencana pemuatan catatan harian Hitler -- hasil pelacakan wartawan kawakan Gerd Heidemann selama tiga tahun. Pemimpin Redaksi Stern, Henri Nannen tak mau ambil risiko berat. Pengecekan terhadap dokumen itu segera dilakukan Stern. Ahli tulisan tangan Ordway Hilton mengakui keabsahan dokumen Hitler itu. Ia diperkuat oleh dosen sejarah di Universitas Cambridge, Trevor Roper, dengan catatan bahwa di antara 62 buku Hitler itu pasti ada yang palsu. Setelah mendengar keterangan ahli itu akhirnya dewan redaksi memutuskan Stern memuat dokumen yang peka itu. Sementara penelitian tambahan, antara lain di Arsip Federal Jerman Barat di Koblenz, juga jalan terus. Pemuatan pertama catatan harian Hitler di majalah yang tebalnya 276 halaman itu dimulai 22 April, rencananya 28 seri, dan akan berakhir tahun depan. Logo bintang (stern) di pojok kiri diimbangi dengan harga baru untuk eceran DM 4 atau sekitar Rp 1.00 (sebelumnya Rp 1.000) di pojok kanan. Ternyata majalah tetap laris dan oplah naik jadi 2 juta eksemplar -- sebelumnya 1,7 juta eksemplar. Keputusan Sten dikritik keras oleh berbagai koran dan majalah, di dalam maupun di luar Jerman, mereka menuduh Stern melakukan penyiaran tak bertanggung jawab." Tapi yang dituding tak acuh saja. Untuk mem6eli buku-buku harian Hitler itu, Stern kabarnya mengeluarkan biaya lebih dari Rp 3 milyar -- termasuk komisi untuk Heidemann sebesar Rp 600 juta. Sisa dana yang dikeluarkan Stern itu, sebagian besar dipakai Heidemann untuk melacak kebenaran info yang mereka terima tentang buku itu di pertengahan tahun 1970-an sebagian waktu dihabiskannya di Jerman Barat, Jerman Timur, Austria, Swiss, dan Amerika Selatan. Untuk menebus biaya-biaya tadi, Stern, yang dikenal mengutamakan investigative reporting, menjual hak penyiaran dokumen Hitler itu pada penerbitan lain. Yang membeli, antara lain, Paris Match, Panorama (Italia), dan El Tiempo (Spanyol) -- kontraknya belum terungkap. Yang sudah jelas baru Times (London). Mereka telah membayar separuh dari kontrak Rp 400 juta. Baru sempat panen dua minggu, pemerintah Jer-Bar menyatakan buku-buku harian itu palsu. Akibatnya banyak pembeli, juga calon, membatalkan kontrak. "Kami akan menagih kembali uang kami," kata Arthur Brittenden dari Times London. "Dalam 35 tahun usia Stern, baru sekali ini kami terkecoh," kata Henri Nannen. "Tak ada alasan untuk malu." Namun dua dari tiga redpelnya, Peter Koch dan Felix Schmidt, tak tahan untuk bertebal muka lalu meninggalkan penerbitan itu. Untuk membersihkan citra Stern, yang menduduki urutan ke tujuh dalam oplah di belakang Horzu (4,3 juta eksemplar) sampai Neue Post (1,9 juta), telah memecat Gerd Heidemann dan mengajukannya ke meja hijau.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus