Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Terbitan South China Morning Post awal bulan lalu langsung menghebohkan seantero Cina. Harian berbasis di Hong Kong itu menulis bahwa kecelakaan mobil mewah Ferrari di Beijing, Maret lalu, melibatkan anak Ling Jihua, petinggi Partai Komunis Cina (PKC) yang juga orang dekat Presiden Hu Jintao selama dua dekade terakhir.
Kabar mengenai kecelakaan ini sebenarnya sudah berseliweran sejak berbulan-bulan lalu. Ceritanya, 18 Maret sekitar pukul 04.00 waktu Beijing, Ferrari 458 Spider berkelir hitam melaju kencang. Entah mengapa mobil itu kemudian menabrak tembok di Fourth Ring Road, Beijing. Mobil hancur berantakan. Bagian buritannya hilang, bagian depan penyok.
Seorang penumpang pria berusia 20-an tahun tewas di tempat. Penumpang inilah yang disebut-sebut anak petinggi PKC. Dua penumpang lain, keduanya wanita, terluka parah. Yang makin mengejutkan, satu wanita ditemukan dalam kondisi setengah telanjang dan yang lain sama sekali tanpa busana.
Kabar soal kecelakaan ini segera merebak di Weibo, microblog nomor satu Cina yang mirip Twitter. Kasak-kusuk bahwa korban kecelakaan adalah anak petinggi PKC langsung menyebar. Sebagian besar bertanya bagaimana anak pejabat pemerintah bisa membeli sedan sport berlambang kuda jingkrak yang berbanderol 5 juta yuan atau sekitar Rp 7,6 miliar itu. Harga mobil ini 10 kali lipat dibanding gaji pejabat yang dibayarkan partai.
Keanehan-keanehan mulai muncul. Nama lengkap korban tak ada dalam dokumen kematian. South China Morning Post, yang pertama melansir berita ini, menulis nama korban berganti menjadi Jia, yang dalam bahasa Cina bisa diartikan sebagai "palsu". Adapun Pemerintah Kota Beijing dan kepolisian sama sekali tidak berkomentar soal kecelakaan ini.
Nama asli dimunculkan situs Boxun. Mereka menyebutkan si pengemudi adalah Ling Gu, 23 tahun, putra Ling Jihua, Kepala Kantor Umum Komite Sentral dan orang dekat Presiden Hu Jintao. Kabar ini diperkuat The Economist, yang melaporkan bahwa Ling Gu tak pernah lagi hadir di kampusnya, Universitas Peking, sejak hari kecelakaan itu.
Tak ingin berita menyebar luas, pemerintah bergerak cepat. Sensor segera dibentangkan. Kata-kata "Ferrari", "mobil seks", "kecelakaan Ferrari,", "Little Ling", dan "Prince Ling" langsung disensor dari semua perangkat pencarian. Lembaga sensor juga mencabut semua foto kecelakaan yang sempat diunggah ke ranah maya.
Seorang sumber menyatakan langkah tersebut dilakukan karena pemerintah Partai Komunis khawatir isu sensitif soal si kaya dan si miskin ini bisa mengganggu transisi kepemimpinan di negara berpenduduk 1,3 miliar jiwa itu. "Mereka khawatir kabar yang menyoroti soal perbedaan tingkat kehidupan bisa memicu kecemburuan," kata seorang sumber. Toh, pemerintah Cina tak bisa membendung dampaknya. Insiden ini menyebabkan masyarakat mengetahui gaya hidup mewah anak petinggi partai yang ternyata jauh dari prinsip kerakyatan seperti yang didoktrinkan Partai.
Meski Ling Jihua sangat dekat dengan Presiden Hu Jintao, tekanan membuatnya terpaksa digeser. Sabtu dua pekan lalu, ia resmi dipindahkan sebagai kepala departemen di Kantor Umum Partai. Posisi tak bergigi ini menutup peluangnya naik ke posisi strategis. Menurut seorang sumber, Ling Jihua sebenarnya mengincar posisi kepala organisasi departemen yang mengawasi pengangkatan dan pemberhentian pejabat senior. "Para pemimpin pusat memutuskan insiden itu terlalu serius untuk memungkinkan Ling Jihua dipromosikan. Hu Jintao benar-benar tidak bisa menahan diri," kata seorang pensiunan pejabat partai.
Insiden Ferrari ini sebenarnya bukan satu-satunya bukti soal hidup hura-hura anak petinggi PKC. Gaya hidup jet set sudah lama menghinggapi anak-anak dan saudara para petinggi Partai Komunis Cina. Harian Jepang, Asahi Shimbun, pernah menurunkan tulisan bersambung tentang Bo Guagua, putra Bo Xilai, yang juga tengah dibelit kasus. Bo Xilai, 63 tahun, akhir pekan dua minggu lalu dipecat dari Partai dan semua jabatan publik yang ia pegang dicopot, termasuk sebagai anggota Kongres Rakyat Nasional. Mantan Sekretaris Partai di Chiongqing itu bahkan dihadapkan pada sederet tuduhan, mulai korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, hingga skandal seks dengan beberapa perempuan. Semua gara-gara ia menutup-nutupi kasus pembunuhan yang dilakukan istrinya, Gu Kailai, terhadap pengusaha Inggris, Neil Heywood.
Asahi Shimbun membuat tulisan bersambung sebanyak sembilan seri, yang menceritakan bagaimana Bo Xilai memanjakan putranya tunggalnya itu. Bo Guagua dikirim sekolah ke Inggris sejak berusia 11 tahun. Ia sekolah di Harrow School dengan biaya 32 ribu pound sterling atau sekitar Rp 495 juta per tahun. Dia kemudian melanjutkan ke Universitas Oxford dan tinggal di kondominium Earls Court.
Kondominium itu terletak di kawasan premium, hanya berjarak empat kilometer sebelah barat Istana Buckingham. Bangunan dengan bata merah itu juga pernah menjadi tempat tinggal Diana Spencer sebelum menikah dengan Pangeran Charles pada 1981. Kabarnya, Bo Xilai pernah menawar kondo yang berbanderol sekitar Rp 454,7 miliar itu. Padahal saat itu dia "hanyalah" Ketua Partai di Provinsi Liaoning dengan gaji formal yang sama sekali tidak menjangkau angka jumbo tersebut.
Bo Guagua, kini 24 tahun, terkenal flamboyan. Dia pernah berfoto bersama bintang film Hong Kong, Jackie Chan, dan banyak perempuan cantik. Ia juga kerap terlihat hadir di pesta-pesta selebritas. Saat masih di Inggris ataupun ketika menjalani program master kebijakan publik di Universitas Harvard, Amerika Serikat—Bo Guagua lulus Mei lalu—ia kerap terlihat wira-wiri dengan Ferrari merah.
"Berkah" sebagai petinggi PKC tak hanya dirasakan anak-anak yang disebut "generasi merah kedua". Di sebelah selatan Hong Kong, tepatnya di Victoria Bay, terdapat kompleks perkantoran Convention and Exhibition Center. Di tempat itu berdiri hotel mewah yang kerap dikunjungi Presiden Hu dan Convention Plaza Apartment setinggi 46 lantai. Nah, dua perusahaan yang mengelolanya disebut-sebut milik perempuan 34 tahun bernama Zhang Yannan. Dia keponakan Wakil Presiden Zi Jinping, yang bakal menggantikan Hu Jintao sebagai Sekretaris Jenderal PKC pada rapat umum November mendatang.
Di salah satu perusahaan pengelola, Special Joy Investment, eksekutifnya adalah Qi Qiaoqiao, 63 tahun, ibu Zhang Yannan yang juga kakak tertua Jinping. Perusahaan lain, Lucky Success Investment, dimiliki Zhang Yannan. Perusahaan ini membeli Convention Plaza Apartment, yang kini bernilai HK$ 38,5 juta atau sekitar Rp 47,6 miliar.
Jean-Pierre Cabestan, ahli politik Cina dari Universitas Baptist Hong Kong, mengatakan kedekatan dengan lingkaran kekuasaan menjadikan anak-anak dan keluarga dekat mendapat keuntungan besar. "Tak satu pun di antara mereka yang miskin," katanya. Semua itu dianggap buah keberhasilan perekonomian Cina, yang memang membuat dunia menganga.
Tingkat pertumbuhan ekonominya rata-rata di atas 10 persen dalam 30 tahun. Produk domestik bruto Cina pada 2010 menyalip Jepang. Para ekonom memiliki beragam analisis tentang penyebab keberhasilan ekonomi Cina. Berbagai media dunia juga mengupas menjamurnya anak muda kaya Cina. Sebuah lembaga konsultan, Bruno Lannes, Partner of Bain & Company, menyebut Cina sebagai pasar barang-barang mewah kedua terbesar di dunia, dan tetap akan tumbuh pesat.
Namun, menurut Qin Hui, sejarawan dari Universitas Tsinghua, Beijing, tak satu pun dari mereka mampu menjelaskan fenomena Cina dengan komprehensif—termasuk polah anak-anak muda anak petinggi PKC—karena negeri itu kompleks. Hui menggambarkan, "Cina adalah negara yang mampu membangun bandar udara terbesar di dunia, tapi tidak bisa menjamin susu yang diminum oleh penduduknya aman."
Raju Febrian (South China Morning Post, Asahi Shimbun, Guardian, Daily Mail)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo