Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Honasan Belum (Tentu) Berakhir

Setelah sembilan bulan bersembunyi, Gregorio Honasan ditangkap. Tapi karier politiknya belum tentu ikut berakhir.

20 November 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rabu dini hari, pukul 2.45, pela-rian Gregorio ”Gringo” Honasan berakhir. Aparat dari Grup Deteksi dan Investigasi Kejahatan Kepolisian Filipina dan Angkatan Bersenjata membekuknya di sebuah rumah di kawasan Greenmeadows di Kota Quezon. Ia lari dari persembunyiannya, melompat ke rumah sebelah, dan gagal. Bahkan kedua kakinya cedera akibat melompat dari lantai dua.

Honasan buron pada Maret lalu bersama tuduhan terlibat dalam upaya kudeta yang melibatkan 300 tentara muda di Oakwood pada 2003.

Pelarian Honasan berakhir, tapi boleh jadi kebebasannya ataupun karier politiknya tidak ikut berakhir. Pada Kamis lalu, dalam acara sarapan senator dan mantan senator, beberapa kolega dekatnya menyebut ia akan maju dalam pemilihan Senat pada Mei mendatang. ”Dia bertekad maju,” ujar mantan senator, Teresa Aquino-Oreta. Nama mantan kolonel angkatan darat ini ada dalam daftar kandidat senator dari partai oposisi, Partido ng Masang Pilipino, dan telah mendapat restu dari mantan presiden Joseph Estrada.

Senator Honasan? Tiap kali ada upaya pemberontakan, namanya selalu ber-dengung. Tapi, melihat jejak ”karier” Honasan, berkali-kali lolos dari tuduhan persekongkolan kudeta, penjara, bahkan dua kali berhasil menjadi senator independen, hal itu tak mustahil.

Pada saat pasukan rezim Ferdinand Marcos akan menangkapnya karena memimpin pemberontakan pada 1986, ia bersembunyi di Camp Aguinaldo. Ia dibentengi teman-temannya, kemudian ditambah warga sipil yang bersedia menjadi tameng hidup, dan berakhir dengan terjungkalnya Marcos lewat people power.

Selama pemerintahan Corazon Aquino, Honasan kembali dituduh terlibat dalam delapan pemberontakan. Dia ditangkap pada 1987 setelah sempat bersembunyi lima bulan. Namun dia berhasil meyakinkan penjaga di tempat penahanannya, sebuah kapal angkatan laut di Teluk Manila untuk membantunya melarikan diri.

Dua tahun kemudian, kembali dia memimpin pemberontakan dan kembali ditangkap. Giliran Fidel Ramos, yang menjadi presiden pada 1992, memberikan amnesti kepadanya.

Semua catatan pemberontakan seolah sirna. Yang bersinar justru karisma sebagai perwira dan pemimpin muda yang antikorupsi dan mendukung reformasi militer. Bahkan dia berhasil duduk sebagai senator dalam dua kali pemilihan umum, yaitu 1995 dan 2001, untuk masa jabatan tiga tahun.

Meski demikian, kelekatan dirinya dengan pemberontakan perwira muda rupanya belum berakhir. Ia kembali disebut berada di balik pemberontakan Oakwood 2003 dan sempat bersembunyi beberapa bulan. Dalam persembunyiannya ia bergerilya bertemu teman-teman politiknya dan media. Tempo sempat mewawancarainya saat ia dalam persembunyian. Namun, seperti diempas angin, kabar perburuannya menghilang.

Baru ketika ada upaya pemberontakan lagi pada Februari lalu, namanya kembali muncul dan sebulan kemudian polisi memaklumkan perburuan atasnya.

Kini Honasan kembali diuji, mampukah keluar dari ancaman penjara dan kembali ke kancah politik. Menteri Eksekutif Eduardo Ermita mengatakan, Honasan memang bisa maju dalam pemilihan Senat karena belum ada vonis yang menyatakan dia bersalah.

Apalagi Honasan ternyata masih populer. Survei oleh Pulse Asia pada Juli lalu, saat Honasan buron, menempatkan dia di posisi ke-9 dari 12 besar kandidat yang paling mungkin terpilih.

Teman-teman dekat Honasan pun siap membantu. Mantan Senator Vicente ”Tito” Sotto III berjanji mendaftarkan pencalonan Honasan kalau pemerintah melarangnya mendaftar. ”Selama kampanye mungkin kami bisa bicara mewakilinya atau mengundang istri atau salah satu anaknya untuk mewakilinya,” ujarnya.

Jalan Honasan kian lebar dengan bersedianya Senator Rodolfo Biazon untuk memberikan kesaksian. Mantan Kepala Staf Angkatan Bersenjata ini mengatakan, Honasan tak terlibat dalam pemberontakan Oakwood. ”Saya ber-ada di sana pagi itu, dan sayalah yang menelepon Senator Honasan untuk membantu menghindarkan pertumpahan darah di antara para tentara,” katanya. Langkah Honasan belum pasti berakhir.

Purwani D. Prabandari (The Philippine Daily Inquirer, The Manila Times, AFP)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus