Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

ICRC: Tanpa Listrik, Rumah Sakit Gaza Bisa Berubah Menjadi Kamar Mayat

Komite Internasional Palang Merah (ICRC) memperingatkan bahwa tanpa listrik, rumah sakit di Gaza yang diblokade Israel bisa menjadi kamar mayat

13 Oktober 2023 | 09.30 WIB

Seorang pria Palestina menangis di samping jenazah keponakannya, yang tewas dalam serangan Israel, di sebuah rumah sakit di Kota Gaza, 9 Oktober 2023. REUTERS/Arafat Barbakh
Perbesar
Seorang pria Palestina menangis di samping jenazah keponakannya, yang tewas dalam serangan Israel, di sebuah rumah sakit di Kota Gaza, 9 Oktober 2023. REUTERS/Arafat Barbakh

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Komite Internasional Palang Merah (ICRC) pada Kamis memperingatkan bahwa tanpa listrik, rumah sakit-rumah sakit di Gaza yang diblokade Israel bisa berubah menjadi kamar mayat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

"Saat Gaza tanpa listrik, rumah sakit tidak mendapatkan listrik, bayi-bayi baru lahir di inkubator dan pasien-pasien lansia yang tergantung pada oksigen, menjadi berisiko. Dialisis ginjal terhenti dan rontgen tidak bisa dilakukan. Tanpa listrik, rumah sakit terancam jadi kamar mayat," kata Fabrizio Carboni, direktur regional ICRC untuk Timur Dekat dan Timur Tengah, dalam sebuah pernyataan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Dia menekankan bahwa masyarakat Gaza sudah kesulitan mendapatkan air bersih, dan "tidak ada orangtua yang mau memberi anaknya yang kehausan air kotor karena terpaksa".

Pada Rabu, satu-satunya pembangkit listrik di Gaza kehabisan bahan bakar dan ditutup setelah keputusan Israel untuk memutus pasokan menyusul serangan multi-cabang oleh Hamas, kelompok yang menjalankan daerah kantong tersebut, di wilayah Israel.

Pemboman Israel terhadap Gaza menyusul serangan Hamas terhadap Israel selatan telah menewaskan empat staf ICRC di daerah kantong tersebut, menurut juru bicara badan amal tersebut.

Seorang perwakilan dari Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza pada Rabu mengatakan bahwa pihak berwenang Israel telah menargetkan petugas pertolongan pertama yang membantu warga sipil, dan meminta bantuan komunitas global.

“Kami menderita… dan dunia tidak bergerak sedikit pun. Ini adalah SOS untuk seluruh dunia… Anda harus membantu kami,” katanya kepada wartawan setelah diumumkan bahwa satu-satunya pembangkit listrik di Gaza telah kehabisan bahan bakar.

Carboni juga mendesak Hamas untuk membebaskan sandera warga Israel. Ia mengatakan menyandera dilarang oleh hukum kemanusiaan internasional. Dia mendesak agar mereka yang ditahan dibebaskan segera.

"Pada saat yang sama, masyarakat Israel mengkhawatirkan kerabat mereka yang disandera," katanya.

"Kesengsaraan manusia akibat eskalasi ini mengerikan, dan saya memohon kedua pihak untuk mengurangi penderitaan warga sipil," katanya.

Dia juga mengatakan bahwa ICRC saat ini menjalin kontak dengan Hamas dan Israel. Komite tersebut, kata dia, siap melakukan aksi kemanusiaan, memfasilitasi komunikasi antara para sandera dan keluarga mereka, serta memfasilitasi pembebasan sandera.

Human Rights Watch, sebuah organisasi hak asasi manusia global, mengatakan pemerintah Israel, penguasa pendudukan atas Gaza, berdasarkan hukum internasional harus memastikan bahwa kebutuhan dasar penduduk terpenuhi.

“Menteri Energi dan Infrastruktur Israel telah memperjelas bahwa serangan Hamas baru-baru ini adalah 'alasan kami memutuskan untuk menghentikan aliran air, listrik, dan bahan bakar'. Taktik ini merupakan kejahatan perang, sama halnya dengan menggunakan kelaparan sebagai senjata perang,” kata HRW.

Namun pada hari Kamis, Menteri Energi Israel Israel Katz berjanji negaranya tidak akan mengizinkan sumber daya dasar atau bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza sampai Hamas membebaskan orang-orang yang mereka tangkap dalam serangan mendadak akhir pekan lalu.

“Bantuan kemanusiaan ke Gaza? Saklar listrik tidak akan dinyalakan, keran air tidak akan dibuka, dan truk bahan bakar tidak akan masuk sampai para korban penculikan Israel dipulangkan,” katanya dalam sebuah pernyataan.

Dalam konflik terbaru di Timur Tengah itu, pasukan Israel meluncurkan serangan militer secara penuh dan terus menerus di Jalur Gaza untuk membalas serangan kelompok militan Hamas Palestina di wilayah Israel.

Konflik tersebut dimulai ketika Hamas meluncurkan "Operasi Badai Al-Aqsa" terhadap Israel. Dalam serangan mendadak secara bersamaan dari segala arah itu, Hamas menembakkan roket dan menyusup ke Israel melalui darat, laut dan udara.

Hamas menyebut serangannya itu sebagai balasan atas penyerbuan Israel ke Masjid Al-Aqsa di wilayah pendudukan Yerusalem Timur dan kekerasan yang meningkat terhadap warga Palestina oleh pemukim Israel.

Militer Israel kemudian meluncurkan "Operasi Pedang Besi" di Jalur Gaza dan memblokade penuh kawasan itu sehingga masyarakat setempat kehabisan pasokan air dan listrik.

Situasi itu menambah kesengsaraan masyarakat Gaza yang sudah menderita akibat blokade Israel sejak 2007.

ANADOLU | AL JAZEERA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus