Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sel induk embrionik manusia yang dimodifikasi menunjukkan ketahanan supernatural terhadap radiasi. Tim ilmuwan di Shanghai, Cina, mengatakan bahwa penelitian terkait hal itu akan sangat-sangat rumit, terutama jika menyangkut pendanaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penelitian ini datang dari tim medis ilmuwan Cina yang dipimpin oleh profesor Yue Wen. Mereka memasukkan gen dari beruang air (tardigrade atau tardigrada)—sebuah hewan mikroskopis—ke dalam sel induk embrionik manusia. Hasilnya secara signifikan meningkatkan ketahanan sel terhadap radiasi. Keberhasilan dalam eksperimen yang belum pernah terjadi sebelumnya ini diklaim dapat menghasilkan tentara super tangguh yang mampu selamat dari dampak nuklir.
Dari Beruang Air Jadi Prajurit Super
Beruang air, dikenal juga sebagai tardigrade atau babi lumut, adalah hewan berkaki delapan yang panjangnya kurang dari 1 milimeter. Ia adalah salah satu makhluk paling tangguh di Bumi. Selama bertahun-tahun pengujian ilmiah, beruang air bertahan pada suhu –200 derajat celsius, satu jam di dalam air mendidih, hingga terbang ke luar angkasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketangguhan beruang air berasal dari gen yang dapat menghasilkan protein seperti perisai untuk melindungi selnya dari radiasi dan kerusakan lingkungan lainnya. Yue Wen dan tim menggunakan CRISPR/Cas9 untuk memasukkan gen hewan tersebut ke dalam DNA, sebuah alat pengeditan gen yang sekarang tersedia di sebagian besar laboratorium biologi.
Dalam percobaan laboratorium mereka, hampir 90 persen sel embrionik manusia yang membawa gen beruang air selamat dari paparan radiasi sinar-X yang mematikan. Minat terhadap penelitian lanjutan pun semakin meningkat setelah temuan itu terbit dalam sebuah jurnal berbahasa Cina, Military Medical Sciences, pada Oktober 2022. Penemuan ini memang bisa dibilang luar biasa mengingat perbedaan besar antara beruang air dan manusia.
Kesenjangan yang Berisiko
Sel punca embrionik dikumpulkan dari embrio manusia purba yang dapat berkembang menjadi jenis sel apa pun. Sel-sel ini bisa dibudidayakan di laboratorium dan telah digunakan secara luas dalam studi ilmiah tentang perkembangan manusia.
Menambahkan gen alien dari beruang air ke dalam sel embrionik manusia mungkin dapat menyebabkan mutasi berbahaya atau bahkan membunuh sel karena kesenjangan genetik antara dua spesies. Protein pelindung yang telah disebutkan sebelumnya bersifat unik bagi beruang air. Respons kekebalan setelah ekspresi lintas spesies belum bisa diketahui dan boleh jadi menyebabkan beberapa masalah keselamatan.
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa transfer genetik antara hewan yang sangat berbeda kemungkinan besar akan gagal.
Hasil yang Mengejutkan
Namun, Yue Wen dan tim menyatakan, percobaan mereka menunjukkan bahwa sel-sel manusia secara mengejutkan dapat menerima gen beruang air. Analisis genetik tidak menemukan adanya mutasi pada kromosom sel yang dimodifikasi. Sel berfungsi normal, bahkan tumbuh lebih cepat pada beberapa tahap perkembangan.
Ekspresi antar spesies (beruang air dan manusia) tidak merusak vitalitas sel, melainkan dapat meningkatkan proliferasi sel sampai batas tertentu. Studi kemungkinan besar bakal berlanjut ke tahap berikutnya berdasarkan temuan tersebut.
Gen Manusia Super?
Salah satu proyek tim profesor Yue Wen di masa depan adalah mengubah sel punca embrionik yang telah dimodifikasi dengan gen beruang air menjadi sel pembentuk darah. Ini berhubungan dengan kebutuhan untuk mengatasi penyakit radiasi akut yang dihadapi oleh personel militer, warga sipil, dan pekerja-pekerja darurat saat merespons kecelakaan nuklir.
Untuk meningkatkan kemungkinan manusia selamat dari peristiwa apokalips yang bersifat menghancurkan, sel yang dimodifikasi dapat diimplementasikan ke dalam sumsum tulang manusia untuk menghasilkan sel darah baru yang tahan terhadap radiasi. Selain itu, gen beruang air juga bisa mengambil peran protektif dalam DNA seluler untuk melawan stres oksidatif yang merupakan pemicu banyak penyakit, termasuk kanker, penuaan dini, diabetes, peradangan, dan parkinson.
Kesenjangan Etis
Seorang ilmuwan Beijing mengatakan, eksperimen transfer gen ini sepenuhnya legal karena dilakukan dengan garis sel yang dikultur secara artifisial dalam tabung reaksi. Ia juga memuji kajian yang cukup menginspirasi itu karena dapat membuka banyak kemungkinan baru.
Akan tetapi, seorang ilmuwan Shanghai lainnya berpendapat bahwa penelitian tersebut bakal sangat-sangat rumit, terutama jika menyangkut pendanaan. Tujuan utama percobaan modifikasi gen adalah untuk mengubah gen manusia sehingga bisa menyembuhkan penyakit. Maka dari itu, persoalan modal akan berperan besar dan akhirnya mungkin tidak menyenangkan.
NIA HEPPY | SYAHDI MUHARRAM