Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penasihat The Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES), Smith Alhadar, menyarankan agar Indonesia bersikap tegas terhadap insiden terlukanya dua prajurit TNI yang bertugas sebagai pasukan penjaga perdamaian dalam United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL) di Lebanon akibat serangan Israel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Indonesia harus mengutuk keras aksi Israel itu," kata Alhadar kepada Tempo, Sabtu, 12 Oktober 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alhadar menuturkan Indonesia memiliki keterlibatan yang strategis dalam pasukan penjaga perdamaian PBB. Menurut dia, tidak mudah bagi suatu negara mengirim tentara untuk berpartipasi dalam peace keeping force PBB di wilayah konflik karena sensitivitas politiknya sangat tinggi.
"Artinya, sebuah negara bisa jadi sasaran kritik publik bila ada tentaranya menjadi korban," ujarnya.
Alhadar menyebut Indonesia merupakan satu dari segelintir negara di dunia yang bersedia mengirim pasukan perdamaian di bawah payung PBB di mana pun ditempatkan. Oleh sebab itu, Dewan Keamanan PPB harus menaruh perhatian atas atas serangan Israel tersebut. Sebab eksistensi pasukan penjaga perdamaian PBB akan menjadi taruhan.
Lebih lanjut, Alhadar menuturkan serangan Israel itu bukan hanya menimbulkan persoalan dua personel TNI UNIFIL yang menjadi korban. Namun menciptakan preseden buruk bagi pasukan penjaga perdamaian PBB di mana Indonesia selalu menyumbang pasukan di berbagai negara. Apabila Israel tak dimintai pertanggungjawaban atas tindakan sengaja terhadap UNIFIL di Lebanon, sangat mungkin bagi Indonesia dan negara lain tak lagi bersedia berpartisipasi dalam pembentukan pasukan penjaga perdamaian di berbagai wilayah konflik.
"Dengan demikian, PBB kehilangan salah satu instrumen untuk menjaga ketertiban dan perdamaian dunia," ucapnya.
Peristiwa penyerangan Israel terhadap UNIFIL yang membuat dua prajurit TNI luka-luka, terjadi pada Kamis, 10 Oktober 2024 di Tower Pengamatan Naquora. Ketika itu, IDF terlibat kontak tembak dengan Hizbullah. Naquora merupakan salah satu titik pos yang dijaga oleh TNI. Di pos itu, ada personil pengamat situasi dari militer Indonesia yang bertugas di Lebanon.
UNIFIL sudah merilis kronologi kejadian baku-tembak antara IDF dan Hizbullah di Lebanon. Menurut keterangan dari Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon, markas UNIFIL di Naquora dan lokasi sekitar berulang kali diserang tentara Israel.
"Pagi ini, dua pasukan penjaga perdamaian terluka setelah tank IDF Merkava menembakkan senjatanya ke arah menara observasi di markas UNIFIL Naquora," tulis keterangan UNIFIL, dikutip pada Jumat, 11 Oktober 2024.
UNIFIL juga mengkonfirmasi bahwa luka-luka yang dialami dua prajurit itu luka ringan. Kini keduanya telah mendapatkan perawatan di rumah sakit. UNIFIL menyatakan IDF tidak hanya melancarkan serangan di Naquora. Tentara Israel juga menembaki posisi Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon pada titik 1-31 di Labbouneh.
Tembakan itu mengenai pintu masuk bunker tempat pasukan penjaga perdamaian berlindung. Tembakan itu juga merusak kendaraan milik UNIFIL dan sistem komunikasinya. IDF juga menyerang UNP 1-32A di Ras Naquora, tempat pertemuan rutin Tripartite sebelum konflik dimulai. Akibat serangan Israel itu, stasiun pemancar dan penerangan mengalami kerusakan.
Novali Panji Nugroho ikut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Militer Israel Akui Lukai Personel UNIFIL di Lebanon
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini