Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Bayang-Bayang Bung Hatta

Iding wangsa widjaja, 69, adalah sekretaris yang setia menemani bung hatta sejak 1943. anak petani miskin dari sumedang ini semula wartawan sinar pasundan. cita-citanya menulis memoar.

22 Maret 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI mana ada Bung Hatta, di sana ada semacam bayang-bayangnya: Iding Wangsa Widjaja. Laki-laki jangkung itu (186 cm) kini 69 tahun, seorang sekretaris yang setia menemani -- sejak 1943 sampai ketika ia menunggui Bung Hatta menghembuskan nafas terakhir pekan lalu. Ia sudah siap menantikan kematian itu, tapi ia toh menangis. "Saya tidak tahu ke mana saya mesti pergi," katanya. "Wafatnya Bung Hatta adalah pukulan terberat dalam hidup saya." Ia berkenalan dengan Bung Hatta sejak 1932, ketika umurnya baru 21 tahun. Bersama beberapa orang lain Wangsa -- anak petani miskin dari Sumedang -- adalah kader politik Bung Hatta dalam masa pergerakan nasional itu. Ia kemudian jadi wartawan Sinar Pasundan. Di ta 943 Bung Hatta memanggilnya dari Bandung ke Jakarta, untuk jadi sekretarisnya. Jabatan ini diteruskan: ketika Bung Hatta jadi Wakil Presiden setelah proklamasi, Wangsa dari sekretaris Wakil Presiden yang pertama. Hubungan itu mungkin merupakan hubungan persahabatan terpanjang dalam hidup mereka. Wangsa menemani Hatta selama 37 tahun. Ketika Bung Hatta mengundurkan diri dari kedudukan Wakil Presiden di akhir tahun 1956, Wangsa juga ikut. Ketika Bung Hatta hidup menjauh dari kegiatan depan publik, Wangsa juga ikut. Ia, yang tinggal di Jalan Subang, sekitar 1,5 km dari rumah Bung Hatta, bahkan juga ikut bangun jam 5 pagi. Dan ketika Bung Hatta berhenti menonton ke bioskop sejak tahun 1953, sejak tahun itu pula Wangsa tak menonton ke bioskop. "Bagi kami, Pak Wangsa adalah bapak kedua," kata Halida, putri Bung Hatta yang bungsu. Meutia, putri tertua, melukiskan lebih jauh eratnya keluarga Hatta dengan Wangsa: "Pak Wangsa juga ikut memberi penilaian terhadap calon-calon menantu. Dan dalam hal-hal tertentu saya mengeluh kepadanya sebelum kepada ayah." Di rumahnya yang cukup besar (9 kamar, di atas tanah 720 mÿFD), yang ia beli cicilan dari pemerintah. Wangsa Widjaja merencanakan hidup yang tanpa Bung Hatta -- tapi selalu bersama kenangannya: "Cita-cita saya ialah mengumpulkan karangan Bung Hatta yang lama-lama dan menulis pengalaman sendiri. Tapi saya sudah tua, ingatan saya juga melemah." Ia hanya sembilan tahun lebih muda dari Bung Hatta memang. Cucunya 15.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus