DARI rumah anak perempuannya di suatu desa bagian utara Teheran,
Ayatullah Ruhollah Khomeini menyerukan: "Bangkitlah pada hari
yang menentukan nasib negeri ini dan banjirilah kotak suara
untuk menyampaikan pilihan anda." Radio Teheran berulang kali
mengudarakan suara sang ayatullah yang sedang memulihkan
kesehatannya setelah menderita serangan jantung.
"Hari yang menentukan" itu ialah 14 Maret. Pada Jumat itu
berlangsung pemilihan umum untuk membentuk Majlis, parlemen
dengan 270 kursi. Sekitar 3.300 calon dari 14 kelompok besar
tampil dalam ronde pertama. Hanya mereka yang memenangkan lebih
50% dari jumlah suara yang masuk akan terpilih langsung. Sedang
selebihnya harus dipilih kembali dalam ronde kedua yang
direncanakan dua atau tiga minggu kemudian.
Banyak pengulas menduga sistem pemungutan suara seperti itu akan
menguntungkan Partai Republik Islam. Kaum mullah yang tadinya
terpencar dalam berbagai kelompok telah bergabung supaya
terkumpul suara untuk partai itu. Maka besar kemungkinan para
calon golongan mullah akan langsung terpilih dalam ronde
pertama, yang hasilnya bisa diketahui pekan ini.
Presiden Abolhassan Bani-Sadr diberitakan tidak gembira dengan
sistem bertahap itu yang tadinya diputuskan oleh Dewan Revolusi.
Pemilu sekali ini diduga akan berbeda hasilnya dibanding ketika
rakyat Iran memilih presiden Januari lalu. Ketika itu Bani-Sadr
terpilih secara mengejutkan. Adalah Ayatullah Mohammed Beheshti,
pemimpin Partai Republik Islam, yang menjabat sekretaris Dewan
Revolusi, yang diduga akan menguasai Majlis nanti dan akhirnya
menentukan pemerintahan.
Sekali ini memang hasil pertarungan antara pendukung Bani-Sadr
dan pendukung Beheshti yang ditunggu terutama oleh Presiden
Jimmy Carter dengan cemas. Sebab Majlis itu, bila sudah
terbentuk -- mungkin dalam Mei, akan diminta memutuskan mengenai
nasib 50 (atau 49) sandera Amerika. Kaum mahasiswa militan yang
menyandera mereka di kedutaan besar AS sejak 4 November sudah
berjanji akan mematuhi keputusan Majlis itu, apalagi demikianlah
kehendak Khomeini.
Bani-Sadr lewat berbagai interpiu pers sudah jelas pendiriannya,
yaitu ingin segera mengakhiri peristiwa penyanderaan itu.
Beheshti menjelang pemilu pekan lalu justru bersuara keras.
Mohammed Reza Pahlevi yang sedang sakit di Panama itu, katanya,
tetap harus dikembalikan ke Iran bersama hartanya sebagai syarat
untuk melepaskan semua orang Amerika yang disandera mahasiswa
itu. Bayangkan, bagaimana keputusan Majlis bila Beheshti menang
nanti.
Presiden Carter seolah "menggantang asap" dari semula. Ketika
Bani-Sadr terpilih jadi presiden, misalnya, Carter melunakkan
niatnya untuk memblokade perdagangan Iran. Bahkan ia merestui
kepergian Komisi PBB ke Teheran, dengan harapan para sandera
Amerika bisa dibebaskan.
Sebagian orang Amerika mendesak Carter supaya melangsungkan
tindakan kekerasan terhadap Iran setelah kegagalan Komisi PBB
itu. " .... satu-satunya jawaban ialah kekuatan militer," tulis
Wall Street Journal, koran Amerika.
Di RS Paitilla, Kota Panama, Syah Iran mulai dirawat pada hari
pemilu berlangsung di tanah airnya pekan lalu. Dr. Michael
DeBakey, ahli bedah Amerika didatangkan.
Jika Syah mati di meja operasi, kata Menlu Sadegh Ghotbadeh
pada pers di Teheran, "pusat kontroversi ini mungkin akan
tersingkir." Menlu itu pun oleh pihak mahasiswa militan tak
dipercayai lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini