AHAD pagi pekan lalu, sekitar pukul 07.00, Perdana Menteri Prem Tinsulanonda sudah tiba di tempat pemungutan suara di Provinsi Nakhon Ratchasima. Sesudah memberikan suaranya, Prem langsung menonton pertandingan tinju Sot Chitlada melawan petinju Korea Selatan, Yon kang Kim, yang disiarkan langsung dari Seoul. Ia seperti tak peduli dengan hasil perhitungan suara sekitar 27 juta pemilih (64% dari jumlah yang berhak memilih) yang berbondong-bondong memberikan suara mereka pada pemilihan umum Muangthai, pagi itu. Sekalipun petinju Muangthai favorit Prem, Sot Chitlada, kalah, perdana menteri yang tak jadi kandidat dari partai mana pun itu tetap memperoleh kemenangan. Malam itu juga, seusai penghitungan suara, Ketua Partai Chat Thai, Mayjen. Chatic hai Choonhavan, menegaskan, "Partai Chat Thai akan membentuk pemerintah koalisi baru yang bakal dipimpin kembali oleh PM Prem Tinsulanonda." Partai Chat Thai (Bangsa Thai) memperoleh 87 kursi dari 357 yang diperebutkan, dan merupakan jumlah kursi terbanyak dibanding perolehan peserta pemilu lain. Partai yang diajak Chatichai berkoalisi adalah Demokrat, Rassadorn, Social Action Party, dan UDP (United Democratic Party), yang akan menghasilkan kursi gabungan sebanyak 215 suara di parlemen. Tapi pagi-pagi sudah muncul suara menentang penunjukan Prem sebagai perdana menteri, mengingat ia bukan mewakili partai yang memenangkan pemilihan. Suara tak setuju itu antara lain disampaikan Jenderal Arthit Kamlang-ek, yang memimpin partai Puangchon Chao Thai, dan untuk pertama kalinya memenangkan kursi parlemen di Provinsi Loei. Kata Arthit, "Kebijaksanaan partai kami menegaskan perdana menteri haruslah seorang yang terpilih." Kalau Prem tetap memimpin, Arthit menyatakan siap bergabung dengan oposisi. Pertimbangan Chatichai, Prem, 68 tahun, diperlukan untuk mencegah perpecahan dalam pemerintahan seperti di masa-masa lalu. Figur Prem diperlukan, karena bekas orang kuat angkatan darat Muangthai ini masih memiliki akar kuat di lingkungan militer, disukai kalangan bisnis, dan dekat dengan keluarga Raja Bhumibol. Ia diharapkan menyambung masa kepemimpinannya yang sudah berlangsung selama delapan tahun. Tak dinyana Prem menolak permintaan Partai Chat Thai. Alasan: "Delapan tahun lima bulan sudah cukup lama buat saya. Sekarang tugas partai-partai yang terpilih untuk menjawab tantangan." Prem mengundurkan diri dari pentas politik dengan reputasi tak tertandingi oleh para pendahulunya. Tokoh yang dikenal memiliki integritas tinggi ini, selain berhasil menjaga stabilitas, juga mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan orientasi ekspor dan pengembangan investasi asing. Di bawah pemerintahan Prem pertumbuhan ekonomi Muangthai mencapai 8%. Ada yang menduga pengunduran diri Prem, karena situasi telah berkembang ke arah membahayakan posisinya. Ketika menata kembali parlemen, April lalu, dengan mempercepat pemilu setahun lebih awal sebagai upaya mengelakkan perdebatan mosi tak percaya kepadanya, Prem menghadapi tekanan kuat dari buruh dan mahasiswa yang menghendaki agar perdana menteri dipilih di antara anggota parlemen. Pengganti Prem, yang tak ikut berlomba dalam pemilu, disepakati Chatichai. Ketua partai yang memenangkan pemilu, sekalipun sudah lama aktif di parlemen, dan terakhir menjabat sebagai deputi perdana menteri, semula sempat ragu-ragu untuk menduduki kursi perdana menteri. Ia khawatir tak bakal disokong militer. Baru setelah Pangab Jenderal Chavalit Yongchaiyudh berjanji akan mendukung pemerintahan koalisi, Chatichai menyatakan kesediaannya. Melihat latar belakangnya, Chatichai, 66 tahun, sesungguhnya tak perlu bimbang. Chat Thai, yang dibentuknya bersama sekelompok perwira militer pada 1974, punya basis kuat di dunia bisnis. Chatichai sendiri bahkan dikenal sebagai pengusaha besar antara lain memimpin Erawan Trust, lembaga keuangan nonbank yang sukses. Reputasi jelas akan membuat kalangan bisnis mendukungnya. Lingkungan Istana juga bukan hal baru baginya. Istrinya adalah saudara angkat Raja Bhumibol. Yang mengesahkan perdana menteri adalah Raja. Pada pembukaan sidang pertama parlemen, Senin pekan ini, Raja Bhumibol tak banyak bicara. Ia tak menyatakan penolakannya atas Chatichai, tapi juga belum mengeluarkan persetujuannya. Kemudian ada pengumuman resmi pula, penentuan perdana menteri ditunda, paling cepat Rabu ini. Maka, sebagian pengamat kemudian menyatakan, kalaupun Chatichai disetujui jabatannya diperkirakan tak berumur lama. Tak lain karena partainya, yang bergabung dalam koalisi di bawah Prem sejak 1986, sudah tercemar oleh permainan pembelian suara. Mayoritas perolehan suara Chat Thai, partai terkaya di antara 16 peserta pemilu kali ini berasal dari kawasan timur iaut dan kawasan tengah Muangthai yang miskin, tempat harga satu suara mencapai 2.000 baht -- sekitar Rp 130.000. Sudah merupakan rahasia umum kontestan pemilu di Muangthai berlomba-lomba membeli suara, bukan menawarkan program. Satu-satunya kontestan yang tak main uang barangkali hanya Palang Dharma, partai yang dipimpin Gubernur Bangkok Mayjen. Chamlong Srimuang, yang sehari-hari tidur di tikar dan berselibat. "Kalau dalam tiga atau enam bulan perdana menteri kemudian terbukti lemah, parlemen bisa bubar. Atau tentara turun tangan," kata Likhit Dheravegin, dosen ilmu politik di Universitas Thammasat, Bangkok. Maka, kalau ada yang mengatakan bahwa terpilihnya Chatichai merupakan proses paling demokratis selama 12 tahun terakhir, tak seluruhnya benar. Di tingkat dasar, rakyat lebih melihat uang yang ditawarkan ketimbang program suatu partai. Dalam kurun waktu enam dekade, sejak kekuasaan monarki jatuh, kekuatan militer telah berkuasa hampir 40 tahun. Muangthai yang kemudian menjadi monarki konstitusional ini telah menyelenggarakan pemilu sebanyak 15 kali, termasuk yang sekarang, dan sembilan kali diguncang kudeta militer. Aksi terakhir kelompok militer pada 1977. Kendati proses demokrasi melalui pemilu sudah ditegakkan sejak 1979, ternyata Muangthai masih perlu waktu bertahun-tahun lagi untuk menjelaskan konsep mengenai pemerintahan perwalian kepada rakyatnya. Mohamad Cholid dan Yuli Ismartono (Bangkok)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini