Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Israel Dijadwalkan Terima Nama Sandera yang akan Dibebaskan Besok

Kantor PM Israel Netanyahu membantah kesepahaman dengan Hamas untuk membebaskan sandera seperti yang direncanakan

14 Februari 2025 | 15.00 WIB

Sandera yang ditahan di Gaza sejak serangan 7 Oktober 2023, dibebaskan oleh militan Hamas sebagai bagian dari gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran sandera-tahanan antara Hamas dan Israel di Deir Al-Balah, Jalur Gaza Tengah, 8 Februari 2025. Mekanisme pertukaran ini secara umum dilakukan dengan Hamas membebaskan tawanan Israel, sementara pendudukan Israel membebaskan tahanan politik Palestina dari penjara-penjara pendudukan mereka. Reuters/Hatem Khaled
Perbesar
Sandera yang ditahan di Gaza sejak serangan 7 Oktober 2023, dibebaskan oleh militan Hamas sebagai bagian dari gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran sandera-tahanan antara Hamas dan Israel di Deir Al-Balah, Jalur Gaza Tengah, 8 Februari 2025. Mekanisme pertukaran ini secara umum dilakukan dengan Hamas membebaskan tawanan Israel, sementara pendudukan Israel membebaskan tahanan politik Palestina dari penjara-penjara pendudukan mereka. Reuters/Hatem Khaled

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Israel pada Jumat 14 Februari 2025 akan menerima nama tiga sandera yang dijadwalkan akan dibebaskan oleh kelompok Palestina Hamas pada Sabtu 15 Februari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hamas mengatakan pada Kamis pagi seperti dilansir Anadolu bahwa mereka akan membebaskan tawanan Israel seperti yang direncanakan. Keputusan ini setelah mediator Mesir dan Qatar berjanji untuk menghilangkan hambatan implementasi kesepakatan gencatan senjata Gaza.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Kendati demikian, kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membantah adanya kesepakatan dengan Hamas untuk membebaskan para sandera seperti yang direncanakan.

Namun penyiar publik Israel KAN, mengutip sumber pemerintah yang tidak disebutkan namanya, mengkonfirmasi bahwa ada kesepahaman yang sedang berlangsung dengan Hamas mengenai implementasi perjanjian gencatan senjata.

Menurut KAN, sementara Netanyahu mengadakan pembicaraan keamanan dengan pejabat tinggi pada Kamis, Israel masih mengharapkan untuk menerima pada Jumat daftar tiga tawanan yang ditetapkan untuk dibebaskan oleh Hamas pada Sabtu.

Pada Selasa, Netanyahu mengancam akan mengakhiri kesepakatan gencatan senjata Gaza jika Hamas gagal membebaskan tawanan Israel pada Sabtu siang.

Ancaman itu datang satu hari setelah Hamas mengatakan bahwa mereka akan menunda pembebasan sandera berikutnya. Ini sebagai tanggapan atas pelanggaran Israel terhadap perjanjian gencatan senjata.

"Jika Israel tidak mematuhi persyaratan perjanjian, proses pertukaran tahanan tidak akan berlangsung," kata juru bicara Hamas Abdul Latif al-Qanoua kepada Anadolu.

"Hamas berkomitmen pada apa yang telah dicapai, tetapi tidak akan menerima pelanggaran Israel yang dapat mengganggu proses pertukaran," katanya.

Pihak berwenang Palestina setempat telah mencantumkan serangkaian pelanggaran Israel terhadap kesepakatan itu, termasuk penembakan warga sipil Palestina dan menolak akses ke bahan bantuan, termasuk tenda dan karavan untuk warga sipil yang mengungsi di Gaza.

Di bawah fase pertama kesepakatan gencatan senjata, 33 sandera Israel akan dibebaskan dengan imbalan ratusan tahanan Palestina.

Enam belas warga Israel dan lima pekerja Thailand sejauh ini telah dibebaskan oleh Hamas sebagai imbalan atas ratusan tahanan Palestina di penjara Israel di bawah perjanjian tersebut.

Sebagian besar tahanan Palestina yang dibebaskan belum didakwa sama sekali, bahkan ada yang diculik sejak genosida Israel terjadi di Gaza pada 7 Oktober 2023.

Kesepakatan gencatan senjata telah diberlakukan di Gaza sejak 19 Januari, menangguhkan genosida Israel yang telah menewaskan lebih dari 48.250 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak Palestina, dan meninggalkan wilayah itu dalam reruntuhan.

Israel telah mengubah Gaza menjadi penjara terbuka terbesar di dunia, mempertahankan blokade 18 tahun dan memaksa hampir dua juta dari 2,3 juta penduduknya mengungsi di tengah kekurangan makanan, air, dan obat-obatan yang mengerikan karena pembatasan yang disengaja.

 

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus