Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Istanbul – Jaksa Agung Arab Saudi mengatakan kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi, tewas akibat pembunuhan berencana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca:
Arab Saudi Dikecam Larang Bepergian Keluarga Jamal Khashoggi
Pernyataan terbaru dari petinggi pemerintahan Arab Saudi ini mengubah pernyataan sebelumnya yang dilontarkan pada akhir pekan lalu. Saat itu, Kemenlu Arab Saudi mengatakan Khashoggi, 60 tahun, tewas akibat berkelahi dengan 15 orang, yang menjemputnya di kantor Konsulat Jenderal Saudi agar mau kembali ke negaranya.
“Jaksa penuntut mendapat informasi dari pihak Turki lewat Grup Kerja Sama antara Kerajaan Arab Saudi dan Republik Turki, yang mengindikasikan para tersangka pembunuh dalam kasus Kashoggi telah merencanakan kejahatannya,” kata Jaksa Agung Syekh Suood Bin Abdullah Al Mo’jab, seperti dilansir Reuters dan CNN dengan mengutip dari media Saudi Press Agency pada Kamis, 25 Oktober 2018.
“Jaksa penuntut umum melanjutkan investigasinya dengan para tertuduh dalam kasus ini dengan hasil investigasi telah mencapai fakta-fakta, atas izin Allah, merampungkan upaya penegakan hukum.”
Seperti dilansir Anadolu, jurnalis senior Jamal Khashoggi memasuki Konjen Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober 2018 untuk mengurus dokumen terkait rencana pernikahannya dengan tunangan Hatice Cengiz, yang berasal dari Turki. Namun, Khashoggi tidak terlihat lagi keluar dari konjen setelah masuk ke sana pada sekitar pukul satu siang.
Jamal Khashoggi dan Hatice Cengiz. [habersev.com]
Belakangan polisi dan intelijen Turki mendapatkan rekaman audio dari jam tangan Apple milik Khashoggi, yang terkoneksi dengan ponselnya, yang dipegang Hatice saat dia masuk ke konjen. Hatice menunggu Khashoggi di depan pintu gerbang Konjen Arab Saudi.
Berdasarkan isi rekaman audio ini dan satu rekaman audio lainnya, polisi Turki menyimpulkan telah terjadi tindak kejahatan pembunuhan terhadap Khashoggi di dalam kantor konjen itu.
Para pembunuh, yang terdiri dari 15 orang berkumpul di kantor konjen menjelang kedatangan Khashoggi, dan menyergapnya. Mereka ini tiba di Istanbul menggunakan dua pesawat sewaan Gulfstream, yang berangkat dari Riyadh, Arab Saudi.
Setelah menginterogasi Khashoggi dan memaksanya agar mau kembali ke Saudi, mereka menyiksa lalu membunuhnya karena korban menolak desakan mereka. Khashoggi memang dikenal sebagai jurnalis yang kritis dalam membela kebebasan berekspresi warga Saudi, yang cenderung dikontrol rezim berkuasa saat ini.
Dua anak Jamal Khashoggi diundang oleh Raja Salman ke istana Al Yamamah di ibu kota Riyadh, Arab Saudi. Raja Salman ingin mengucapkan belasungkawa secara langsung. Sumber : english.alarabiya.net
Sumber CNN dari pejabat Saudi menceritakan tim pembunuh itu awalnya mau membawa Khashoggi ke sebuah rumah rahasia sebelum pulang ke Riyadh. Tapi Khasoggi menolak dan terjadi perlawanan fisik. Salah satu petugas intelijen yang terlibat menginterogasi lalu mencekik Khashoggi, yang dipegang oleh sejumlah orang lainnya.
Baca: Bunuh Jamal Khashoggi Hingga Culik PM Lebanon, Siapa Al-Qahtani?
Ada 4 orang bertugas melakukan interogasi, dengan 9 orang lainnya bersiap di lokasi termasuk seorang dokter forensik. 2 Orang lainnya bersiap di rumah rahasia menunggu kedatangan tim bersama Khashoggi.
Sumber itu beralasan dokter forensik dibutuhkan untuk menghapus jejak keberadaan Khashoggi di lokasi jika belakangan muncul investigasi mengenai hilangnya Khashoggi yang diasumsikan telah berada di Saudi.
Namun, pejabat ini tidak menjelaskan mengapa dokter itu membawa gergaji, yang belakangan diketahui digunakan untuk memutilasi tubuh Khashoggi untuk menghilangkan jejak pembunuhan keji itu.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, seperti dilansi Anadolu, meminta semua pelaku, yang menurut otoritas Saudi berjumlah 18 orang, di bawa ke Turki sebagai lokasi kejadian perkara untuk diadili untuk mendapatkan hukuman setimpal.
Erdogan juga meminta Saudi untuk menyerahkan dalang yang memerintahkan pembunuhan itu dan bukan hanya menyerahkan pelaku pelaksana kejahatan itu di lapangan.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengisyaratkan Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed Bin Salman, kemungkinan terlibat dalam peristiwa ini. Pembunuhan Jamal Khashoggi menjadi skandal global ini.