DI mana pun, totokan "jurus subversif" rupanya masih merupakan senjata ampuh buat melumpuhkan oposisi. Hari depan Partai Perdamaian dan Demokrasi (PPD) pimpinan tokoh oposisi terkenal Kim Dae-Jun meniadi tak menentu akibat tuduhan pemerintah bahwa partai itu kemasukan subversi komunis dari Utara. Gebukan pemerintah itu dimulai ketika ia mendakwa tujuh orang, lima orang di antaranya aktivis politik PPD, termasuk seorang anggota parlemen, terlibat dalam kegiatan mata-mata untuk kepentingan pemerintah komunis Korea Utara. Skandal itu terbuka kepada umum pada 28 Juni lalu, ketika pimpinan PPD tak berkeberatan kalau Perencanaan Sekuriti Nasional yang dulu bernama KCIA menginterogasi anggota parlemen itu, So Kyong-Won. Kemudian terungkaplah, sepuluh bulan yang silam So telah mengadakan perjalanan rahasia ke Pyongyang. Paling tidak, menurut versi pemerintah, So, 52 tahun, telah menerima tak kurang dari US$ 50 ribu dari Korea Utara. Dari ketujuh orang yang ditahan oleh NSP, ternyata dua orang punya hubungan keluarga dengan So. Keduanya dituduh telah memanfaatkan dana 100 juta won (sekitar Rp 255 juta) yang asal-muasalnya tak dapat dilacak. Badan rahasia itu yakin, uang tersebut berasal dari Korea Utara. Sebagai imbalan, So memberikan informasi mengenai gerakan petani, buruh, dan mahasiswa radikal di Korea Selatan. So, katanya, telah direkrut oleh Utara pada 1985 lewat agen yang beroperasi di Jerman Barat. Kemudian, salah satu dari asisten So yang bernama Pang Yang-Gun dituduh telah mengadakan hubungan dengan agenagen intel Korea Utara di luar negeri. So ditahan sejak 27 Juni karena mengadakan kunjungan ke Pyongyang. Celakanya, NSP, sebagai tangan pemerintah, kemudian membocorkan hasil pemeriksaan terhadap So dan kawan-kawan dan digunakan untuk mendiskreditkan citra Kim Dae-Jung dan partainya. Padahal, Kim sedang berusaha membentuk citra bahwa PPD adalah partai moderat yang berdiri di tengah dan bertindak sebagai oposisi lokal terhadap pemerintahan Presiden Roh Tae-Woo. Tuduhan terhadap PPD itu bersamaan pula waktunya dengan akan segera diselenggarakannya pemilihan sampingan untuk mencari seorang anggota parlemen yang tak dapat melaksanakan tugasnya. Skandal mata-mata itu mengancam PPD yang sedang berusaha mengangkat citranya, ketika masyarakat Korea Selatan sedang beranjak ke kanan sebagai akibat resesi perekonomian dan kebosanan mereka dengan aksi-aksi massa menentang pemerintah. Barangkali gebrakan pemerintah untuk menyerang PPD ini banyak sekali hubungannya dengan mood di kalangan masyarakat Korea sendiri. Dewasa ini yang sedang digarap adalah mereka yang pergi ke Utara tanpa izin dan tanpa diketahui pemerintah. Selain So dan PPD, gerakan mahasiswa radikal juga menjadi sasaran pembersihan. Misalnya saja, aktivis mahasiswa radikal Lim Su-Kyong dari organisasi Chondaehyop pada 30 Juni lalu langsung diciduk begitu turun di bandara Seoul, sekembalinya menghadiri Festival Pemuda Sedunia yang disponsori blok komunis di Pyongyang. Dan puluhan ribu polisi sedang dikerahkan untuk mencari Yim Chong-Sok dan Chon Mun-Hwan, dua tokoh organisasi mahasiswa radikal itu. Angin di Korea nampaknya sedang beralih ke kanan.A. Dahana
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini