SUARA lantang bergema dari Vientiane dan Kuala LumDur beberapa
hari sebelum KTT Non-Blok limulai di New Delhi pekan ini. Di
Vientiane para pemimpin Vietnam menyuarakan tekad untuk menarik
mundur sebagian tentara mereka dari Kampuchea tahun ini juga.
Menurut Menlu Thailand Siddhi Savetsila, janji itu jauh dari
keyakinan.
Tahun silam penarikan tentara Vietnam juga sudah dikumandangkan
oleh Hanoi. Kenyataannya di Kampuchea kini 180.000 tentara
Vietnam bercokol. Bahkan pasukan artilerinya diperkuat oleh
pesawat tempur MiG-21. Vietnam sebenarnya, sebelum penarikan
total terlaksana, tetap menuntut: dihentikannya ancaman Cina
terhadap rezim Heng Shamrin, dihentikannya pemakaian wilayah
Thailand oleh para "pembangkang" Kampuchea, dan adanya daerah
damai di perbatasan Thailand-Kampuchea.
Dari Kuala Lumpur Menlu Tan Sri Ghazali menegaskan penarikan
sebagian tentara Vietnam "sangat kecil artinya". Menurut Menlu
Malaysia itu, ASEAN menuntut penarikan tentara Vietnam secara
menyeluruh, kemudian ada penentuannasib sendiri untuk Kampuchea
berdasarkan resolusi PBB.
Pernyataan itu dilontarkan lagi dalam acara wawancara Tan Sri
Ghazali bersama Menlu Thailand Siddhi Savetsila. "Saya kira
Vietnam cuma mau bersuara saja menjelane KTT Non-Blok di New
Delhi," tambah Siddhi. Di Kuala Lumpur kedua Menlu itu membahas
persoalan bilateral. Kemudian mereka bersama Menlu Singapura
Danabalan membahas persiapan untuk KTT Non-Blok di New Delhi.
Singapura konon akan mengedarkan sebuah dokumen yang menyerang
keras sikap Kuba. KTT Havana- tahun 1979 lewat konsensus yang
amat diragukan telah mengecap Gerakan Non-Blok sebagai sekutu
wajar Uni Soviet. Sikap memihak ini melanggar asas Non-Blok, dan
kabarnya akan diluruskan kembali oleh India lewat KTT di New
Delhi. Tapi, mengingat kepentingan nasionalnya sendiri, India
diperkirakan tidak akan mudah meluruskan asas itu. Maka
Singapura maju. Singapura mengingatkan 97 negara anggota bahwa
Gerakan Non-Blok akan tidak relevan bila gagal mengatasi krisis
model Havana itu.
New Delhi tidak mengundang Pangeran Norodom Sihanouk dan
membiarkan kursi Kampuchea kosong. Maka kritik keras dan lunak
dilontarkan ke New Delhi terutama dari kubu ASEAN. Puncaknya
munekin dokumen Singapura itu.
India juga tetap tidak mengeluarkan visa untuk Heng Shamrin,
pemimpin pro-Vietnam yang kini berkuasa di Phnom Penh. Tapi
konon India masih bersedia memberi visa untuk Sihanouk,
satu-satunya tokoh perintis Non-Blok yang masih hidup, asalkan
sidang KTT memutuskan demikian.
Tentang Kampuchea Menlu Mochtar Kusumaatmadja pekan silam
menyatakan, "Kita berusaha memperjuangkannya tanpa mengorbankan
Gerakan Non-Blok." Berita spekulasi sebelumnya beredar di
Bangkok bahwa Indonesia, Malaysia, dan Singapura akan keluar
dari Gerakan Non-Blok jika Sihanouk tidak diundang.
Justru Indonesia menetapkan sasaran: pemurnian prinsip Non-Blok,
bukan meninggalkan gerakan itu, di saat super pozuer berseteru
hebat. "Yang dites sekarang bukan Kampuchea, tapi Non-Blok,"
tandas Menlu Mochtarù
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini