KECURIGAAN kaum bankir dan industrialis Spanyol pekan lalu
terbukti. Pemerintahan (Sosialis) PM Felipe Gonzales
mengambil-alih Rumasa, kerompok usaha terbesar di Spanyol.
Rumasa mencakup 18 bank, di antaranya Banco Atlantico yang
termasuk 500 bank terbesar di dunia. Di samping itu Rumasa
memiliki sekitar 400 perusahaan di bidang seperti pengolahan
makanan, anggur, perhotelan, konstruksi, asuransi, rea estate,
perkapalan, pertambangan, kosmetika, obat-obatan, periklanan,
dan elektronika.
Pemerintah menuduh Rumasa berusaha tidak wajar dan mungkin
berpraktek mengelabui, sehingga membahayakan ekonomi negara.
Miguel Boyer, menteri keuangan, ekonomi dan perdagangan
memperinci cara Rumasa yang culas itu. Yaitu terus-menerus ia
mengadakan investasi yang riskan, melakukan pengembangan usaha
yang tak wajar, melebih-lebihkan nilai kekayaannya, mengelakkan
kewajiban pajak dan menghalangi usaha audit oleh pihak luar.
Seminggu sebelumnya, Boyer mengancam akan menugaskan para
pemeriksa keuangan dari Banco de Espana, bank nasional. Selama
hampir satu tahun, Arthur Andersen and Co. - perusahaan akuntan
yang sangat tersohor di Spanyol - melakukan audit atas Rumasa,
tapi tak kunjung selesai, karena berbagai hambatan.
Agaknya pernyataan ini membuat para nasabah bank kelornpok
Rumasa itu mulai curiga. Kendati pemilik dan bos Rumasa, Ruiz
Mateos, menjamin bahwa tersedia dana, berbondong-bondong para
nasabah mulai menarik simpanan mereka. Dalam waktu tiga hari
sebelum keputusan Dengambilalihan itu, jumlah dana yang ditarik
sudah mencapai 3 milyar peseta (Rp 16,2 milyar).
"Tangan pemerintah dipaksa oleh penarikan bertubi-tubi itu,"
ujar Boyer. Dalam pertemuan pers, dia menjelaskan pertimbangan
pengambilalihan itu. Tapi Mateos menuduh pemerintah sendirilah
yang merangsang panik itu dan bertujuan "memancing suatu
malapetaka".
Untuk menghindari penarikan lebih banyak, 18 bank dan 1.200
cabangnya di seluruh negeri selama beberapa hari ditutup. Juga
perdagangan saham Rumasa di bursa efek sementara waktu
ditangguhkan. Namun berita pengambilalihan itu tak menimbulkan
keguncangan di kalangan bankir dan penanam modal. Problem yang
menghinggapi Rumasa itu agaknya sudah menjadi pengetahuan umum.
Tapi ada sikap apatis di balik ketenangan itu. Jauh sebelum kaum
sosialis meraih tampuk kekuasaan di Spanyol, federasi kaum
industrialis CEOE (Confederacion Espanola Organizaciones
Empressariales), sudah mencurigai gagasan partai oposisi waktu
itu. Ketua CEOE, Carlos Ferrer Salat, berkata, "Partai
(sosialis) itu cenderung menasionalisasi berbagai industri."
Ini, menurut dia, akan menyebabkan defisit anggaran pemerintah,
meningkatkan laju inflasi dan memperbesar campur tangan.
Boyer menandaskan bahwa pengambilalihan itu bukan berarti kaum
sosialis mulai melaksanakan program nasionalisasi besar-besaran.
Tapi kali ini perlu "tindakan pengamanan", katanya lagi, demi
kepentingan para pemegang saham, nasabah bank dan lebih 60.000
pekerja dalam lingkungan Rumasa.
Sejumlah besar kelompok usaha, industri dan bank sudah dikuasai
negara, bahkan sejak zaman kekuasan Franco. Terutama di bidang
perkeretaapian, perkapalan, telekomunikasi, perhotelan, radio
dan televisi. Ratusan pabrik dan industri terhimpun atau
dikuasai melalui saham oleh INI (Instituto Nacional de
Industria), perusahaan negara di bawah Kementerian
Perindustrian. Antara lain INI menguasai saham terbesar dalam
industri pesawat terbang CASA (Construcciones Aeronauticas SA),
yang bekerja sama dengan PT Nurtanio dari Indonesia.
Rumasa itu didirikan Jose Maria Ruiz Mateos, seorang pengusaha
sherry (anggur khas Spanyol) di tahun 1961. Dengan cara agresif,
Mateos membeli berbagai perusahaan dan bank, sehingga dalam 20
tahun ini Rumasa menjelma sebagai raksasa di sektor keuangan dan
Industri.
Tapi tahun 1981, Rumasa membeli jaringan pertokoan di Spanyol,
Galeria Preciados. Langkahnya itu merupakan "investasi riskan
dan pengembangan usaha tak wajar", menurut pengamatan pemerintah
sosialis. Bahkan Rumasa membeli pula perwakilan Sears Roebuck
Co., jaringan toserba dari Amerika Serikat. Transaksi US$19 juta
(Rp 13,3 milyar) itu bertentangan dengan nasihat Banco de
Espana.
Ternyata omset Rumasa tahun lalu ditaksir masih mencapai 350
milyar peseta (Rp 1,9 trilyun), atau Rp 700 milyar lebih besar
dari tahun sebelumnya. Tak heran kalau Mateos beberapa waktu
sebelum pengambilalihan itu sempat menyatakan bahwa kelompok
perusahaannya memberi andil sebesar 1,8% dari GDP Spanyol.
Pengambilalihan itu, menurut Boyer, mencakup semua perusahaan
yang bernaung di bawah Rumasa. Tapi daftar resmi hanya
mencantumkan sekitar 240 perusahaan, jauh kurang dari sekitar
400 yang diduga menjadi milik Rumasa. Memang Boyer mengakui,
"bahkan para penyelidik bank dan pajak pun tak mampu menguraikan
berapa banyak perusahaan menjadi bagian dari jaringan Rumasa
itu".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini