DI Kampala kini duduk Yusufu Lule, Presiden Uganda yang
menggantikan Idi Amin, Lule, 67 tahun bekas Rektor Universitas
Makarere, selama beberapa tahun hidup di Tanzania sebagai orang
pengasingan.
Pemerintah baru Uganda memulai kegiatannya untuk menenteramkan
penduduk yang melancarkan tindakan balas dendam kepada sisa
pengikut Amin. Sejumlah pengikut Amin yang tak sempat melarikan
diri dipukuli sampai mati. Harta mereka dan kekayaan negara
menjadi sasaran perampokan.
Laporan dari Kampala menyebutkan orang Kakwa Islam -- sukunya
Amin dan Nubia Islam menderita amat parah oleh aksi balas dendam
itu. Di mata orang Uganda sekarang, orang Nubia adalah tentara
sewaan yang menjadi penopang kekuasaan Amin.
Di Jinja, kota tempat Amin melarikan diri, yang terletak di
Uganda utara, perampokan dan pembunuhan Juga terjadi. Tapi yang
melakukannya adalah anak buah Amin yang panik. Dari Jinja itulah
rupanya pekan silam Amin menyiarkan pesan radionya yang
membantah berita mengenai telah jatuhnya Kampala. "Saya masih
menguasai 90% wilayah Uganda. Saya masih berada di Kampala,"
kata Amin. Tapi diketahui bahwa di mobil Amin pun ada pemancar
radio.
Sebelum terusir dari Kampala, Amin melawan serbuan Tanzania
dengan mobil sportnya yang mundar-mandir antara Kampala dan
lapangan terbang Entebbe. Di lapangan terbang itu ikut bertempur
sejumlah pasukan Libya. Serbuan Tanzania ternyata cukup hebat,
sedang pasukan Libya tidak siap tempur -- mereka datang ke
Uganda dengan tugas mengatasi pergolakan sipil -- hingga Amin
terpaksa mundur. Pasukan Libya akhirnya ditarik oleh Presiden
Gaddafi, tapi yang sempat tewas di Uganda kabarnya sekitar 400
orang.
Yang menarik dari kejatuhan Amin oleh invasi Tanzania adalah
tidak adanya protes di PBB. Sebaliknya malah yang terjadi.
Banyak negara secara terbuka menyatakan kegembiraannya atas
kejatuhan Amin. Inggeris dengan segera menyatakan kesediaan
membuka hubungan diplomatik dengan Uganda ketika Amerika Serikat
mengumumkan kesediaan memberikan bantuan ekonomi. Satu-satunya
negara yang memprotes invasi Tanzania adalah Irak.
Meski tidak ada yang mengecamnya, Presiden Tanzania, Julius
Nyerere, nampaknya merasa perlu juga membela diri: "Ada orang
yang menuduh saya melanggar hukum internasional. Saya siap
datang ke PBB untuk menjawab tuduhan demikian . . . Apa yang
kami lakukan cuma suatu aksi terpaksa setelah OAU tidak berhasil
menertibkan Amin."
Idi Amin, bekas juara tinju kelas berat Angkatan Darat Uganda
pernah menantang duel Presiden Nyerere. Hingga awal pekan ini
tidak terdenar komentarnya. Bahkan kurang diketahui apakah ia
masih berada di Uganda atau sudah melarikan diri ke Libya atau
Irak.
Amin terkenal oleh kekejamannya - membnuh banyak orang dengan
cara yang sadis -- tapi juga terkenal oleh lelucon tingkat
tingginya. Beberapa tahun silam, Amin sering mengirimkan
telegram ke berbagai pemimpin dunia dengan pesan yang aneh dan
lucu. Ia pernah meminta Ratu Elizabeth dari Inggeris mengirimkan
pesawat terbang pritbadinya untuk ditumpangi Amin ke Kanada
menghadiri Konperensi Persemakmuran. Dan dalam perjalanan yang
direncanakan itu, Amin akan dikawal oleh orang-orang Palestina
yang tergabung dalam kelompok Black September.
Meski mengaku pintar dan tahu cara bertindak, serbuan Amin ke
Tanzania 31 Oktober 1978 ternyata membawa bencana bagi pemimpin
Uganda ini. Serbuan ke Tanzania itulah yang menyebabkan
kemarahan Presiden Julius Nyerere yang kemudian mengirimkan
tentaranya ke Uganda.
Kejatuhan Amin dirayakan di Kampala, kota yang lama menyaksikan
kekejaman Amin. Tapi kepergian Amin tidak pula berarti pulihnya
keamanan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini