Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Jeju Air: DNA Bebek Baikal di Mesin Pesawat hingga Mendalami Dugaan Penyebab Kecelakaan

Kedua mesin pesawat Jeju Air ditemukan bekas DNA bebek baikal, menurut laporan awal pada Senin, 27 Januari 2025

28 Januari 2025 | 16.27 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Puing-puing pesawat Jeju Air di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, 30 Desember 2024. REUTERS/Kim Hong-Ji

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Korea Selatan menyelesaikan operasi pencarian dan pemulihan serta penyelidikan jatuhnya pesawat Jeju Air pada 29 Desember 2024 yang menewaskan 179 orang. Harian Korea JoongAng pada Minggu, 26 Januari 2025 melaporkan bahwa keluarga korban setuju untuk mengakhiri penyelidikan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

1. DNA Bebek di Mesin Pesawat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kedua mesin pesawat Jeju Air ditemukan bekas DNA bebek, menurut laporan awal pada Senin, 27 Januari 2025. Pihak berwenang masih berupaya menentukan penyebab kecelakan ini. Dalam laporan enam halaman yang dirilis oleh otoritas Korea Selatan sebulan setelah kecelakaan itu kedua mesin Boeing 737-800 berisi DNA dari baikal teal. Hewan ini jenis bebek terbang (itik baikal) yang migrasi pada musim dingin dalam kawanan besar.

2. Penyelidikan Kecelakaan Diakhiri

Asosiasi yang mewakili keluarga korban kecelakaan Jeju Air mengumumkan bahwa keputusan menghentikan pencarian jenazah. Pengumuman ini menyusul pertemuan kedua yang diadakan di Bandara Internasional Muan yang akan tetap ditutup hingga 18 April. Adapun jenazah dan harta benda korban kecelakaan yang tidak teridentifikasi telah diserahkan ke Layanan Forensik Nasional.

Pihak berwenang mengatakan bahwa hasil penyelidikan menunjukkan bulu dan noda darah itik baikal di kedua mesin pesawat. Tim berupaya untuk sinkronisasi dan menganalisis kotak hitam serta rekaman komunikasi kontrol zona waktu untuk memeriksa kondisi pengoperasian pesawat, pengaruh eksternal, dan segala kelainan pesawat atau mesin.

3. Blackbox

Dikutip dari Yonhap, kotak hitam pesawat berhenti merekam sekitar 2 kilometer sebelum pesawat landasan pacu. Komite investigasi di bawah Kementerian Perhubungan mengungkapkan perkiraan lokasi kotak hitam yang terdiri atas perekam data penerbangan (FDR) dan perekam suara kokpit (CVR) berhenti berfungsi.

Kotak hitam berhenti merekam pada pukul 08:58:50 pada 29 Desember 2024, empat menit tujuh detik sebelum pesawat menabrak lokasi di dekat landasan pacu. Perlu waktu beberapa bulan untuk menganalisis FDR dan CVR untuk verifikasi.

Kementerian Transportasi Korea Selatan pada Sabtu, 25 Januari 2025 menjelaskan bahwa pesawat Jeju Air menerima peringatan dari pengatur lalu lintas udara tentang aktivitas burung hanya satu menit sebelum pencatatan kotak hitamnya dihentikan. Komite investigasi di bawah kementerian mengatakan rekaman pengawasan dari saat kecelakaan di Bandara Internasional Muan mengonfirmasi bahwa pesawat tersebut mencoba berputar-putar ketika menabrak kawanan burung.

4. Bongkar Tanggul

Kementerian Transportasi Korea Selatan pada Rabu, 22 Januari 2025 membongkar tanggul beton yang dipasang di Muan setelah kecelakaan pesawat Jeju Air. Meskipun tim masih menyelidiki penyebab jatuhnya pesawat Jeju Air 7C2216, termasuk laporan soal menabrak burung, para ahli mengatakan tanggul yang menopang antena navigasi di ujung landasan kemungkinan membuat kecelakaan makin membahayakan.

5. Penyesuaian Fondasi

Dikutip dari Reuters, pihak berwenang akan membuat fondasi baru atau penyesuaian lain untuk antena serupa di tujuh bandara termasuk Bandara Internasional Muan dan Jeju. Keputusan tersebut diambil setelah meninjau struktur penampung antena yang memandu pendaratan di bandara-bandara di seluruh negeri yang dikenal sebagai Instrument Landing Systems (ILS), atau localizer. “Bandara Internasional Muan berencana untuk menghapus seluruh beton yang ada dan memasang kembali localizer pada struktur yang rapuh,” kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Reuters.

Dewi Rina Cahyani turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus