IA pendiam. Gemar memakai kacamata hitam, Perdana Menteri
Wojciech Jaruzelski, 58 tahun, sekali ini bersikap tegas.
Keadaan Darurat dinyatakannya berlaku di Polandia. "Negeri kita
sudah di tepi jurang, " katanya. Jaruzelski berbicara lewat
corong radio, 13 Desember pagi, pada rakyatnya. "Tak ada pilihan
lain. Pemerintah harus memberlakukan keadaan itu."
Jaruzelski, jenderal berbintang empat, membantah bahwa kaum
militer telah mengambil kekuasaan di Polandia dengan
diberlakukannya Keadaan Darurat. Alternatif itu diambilnya,
katanya untuk menegakkan kembali disiplin bernegara. Ia melihat
Solidaritas, satu-satunya organisasi pekerja yang punya hak
mogok di negeri sosialis, telah berlaku semena-mena. Solidaritas
sering mogok. Hingga ingin ia menertibkan gerakan buruh itu
dengan cara militer.
Tapi Jaruzelski, melihat kenyataan bahwa keadaan di Polandia
makin buruk. Rakyat terpaksa antre untuk mendapatkan kebutuhan
pokok -- seperti gandum, daging, dan deterjen. Jika militer
tidak ikut mengawasi antrean, dikhawatirkan akan terjadi
keributan setiap hari. Bahkan bisa menjurus pada pertumpahan
darah. "Hal itu harus dicegah," kata Jaruzelski. Dengan Keadaan
Darurat, dia rupanya ingin memelihara ketenteraman. Dan dia jadi
galak, karena terpaksa oleh keadaan.
Tindakan Jaruzelski itu telah dikecam, terutama di Barat.
Jaruzelski dituding telah menginjak-injak hak asasi manusia.
"Saya sendiri sebetulnya juga tak suka dengan Keadaan Darurat
ini," katanya. Jaruzelski berjanji Keadaan Darurat akan segera
dicabut begitu keadaan di Polandia jadi normal. Tak seorang pun
bisa meramalkan kapan situasi ini akan berakhir. Bisa dihitung
bulan, bisa jadi berbilang tahun.
Jaruzelski agak tersendiri di Polandia -- bahkan mungkin di
seluruh Eropa Timur. Selain menjadi PM, ia juga menteri
pertahanan, dan sekretaris Partai Persatuan Pekerja Polandia
(P4). Ia juga punya naluri militer yang selalu siap mengamankan
negeri dari arena pertarungan kekuasaan.
Tokoh ini memang tidak asing terhadap konflik. Di masa Perang
Dunia II, ia berjuang melawan tentara pendudukan Jerman. Dari
1945 sampai 1947 ia memerangi gerilya anti-Komunis. Walau bukan
pahlawan legendaris, Jaruzelski tercatat sebagai jenderal
termuda dalam sejarah Angkatan Bersenjata Polandia. Ia dilantik
menjadi jenderal pada usia 33 tahun.
Tahun 1962, Jaruzelski diangkat sebagai deputi menteri
pertahanan -enam tahun kemudian menjadi menteri penuh. Tapi ia
baru menarik perhatian orang waktu Polandia dilanda demonstrasi
menentang kenaikan harga di tahun 1976. Ia menolak permintaan
pimpinan partai agar tentara dikerahkan menghadapi demonstran.
"Tentara Polandia tidak akan dipergunakan menghadapi kaum
pekerja," kata Jaruzelski.
Jaruzelski juga menampik permintaan Sekretaris P4 Edward Gierek
ketika massa Nrun lagi ke jalan, Agustus 1980. Akibatnya: Gierek
jatuh dan gerakan buruh bebas Solidaritas muncul. Solidaritas
bahkan mendapat pengakuan parlemen satu bulan kemudian. Sebagai
pengganti Gierek terpilih Stanislaw Kania.
Jaruzelski tak hanya melonjak cepat di lingkungan militer, tapi
juga dalam P4. Tak disebutkan sejak kapan ia bergabung dengan
P4. Tapi tahun 1960, ia sudah jadi komisaris politik di
lingkungan angkatan bersenjata. Tak lama kemudian ia terpilih
sebagai anggota Komite Sentral. Tahun 1970, Jaruzelski menjadi
anggota pengganti Politbiro instansi tertinggi di P4. Ia
menjadi anggota penuh Politbiro satu tahun berikutnya. Dan
Oktober 1981, ia terpilih sebagai Sekretaris P4 -- menggantikan
Kania.
Ketika Komite Sentral P4 mengumumkan Jaruzelski sebagai
sekretaris partai yang baru, harnpir semua orang Polandia
menyambut gembira--termasuk Solidaritas. Ketua Solidaritas, Lech
Walesa, yang waktu itu berada di Paris memenuhi undangan Serikat
Buruh Prancis, menilai Jaruzelski sebagai orang yang tepat untuk
memimpin Polandia. - Walesa, yang dikabarkan ditahan setelah
berlakunya Keadaan Darurat, kini mungkin berpendapat lain. Tapi
Jaruzelski di mata rakyat Polandia sangat sederhana ia tidak
dikenal sebagai tokoh yang doyan main perempuan. Tidak punya
dacba--tempat peristirahatan. Juga tidak terbetik menyimpan uang
di luar negeri. "Jaruzelski bagi kami.merupakan tokoh teladan,"
kata seorang sopir taksi di Warsawa, ibukota, Polandia.
Ketika Jaruzelski terpilih sebagai PM, Februari, rakyat
optimistis bahwa perbaikan nasib mereka akan cepat terjadi.
Program pemerintahnya terkenal dengan 10 langkah kebijaksanaan:
Penyediaan bahan makanan yang lengkap bagi penduduk, dan
mengawasi pendistribusiannya.
Memperketat pengawasan penjualan barang eceran di pasar bebas
untuk mencegah spekulasi.
Memperbaiki fasilitas kesehatan masyarakat--menyediakan sarana
dan obat.
Menjamin perumahan yang baik.
Meningkatan pendapatan rakyat. Juga menyediakan perawatan
khusus bagi orang tua, orang cacad, dan para veteran.
Mencegah menurunnya produksi pertanian dengan melakukan
pengolahan tanah sebaik-baiknya.
Meningkatkan produksi batubara untuk mencegah ketergantungan
dari energi minyak.
Mengkonsentrasikan diri pada proyck yang cepat memberi untung
bagi masyarakat. Misalnya, proyek pertanian.
Memperbesar ekspor dan memperketat impor--kecuali bahan
makanan.
Meningkatkan disiplin kerja guna mempertinggi produksi.
Tapi semua itu tampak masih di kertas saja. Situasi di Polandia
makin hari kian buruk saja. Sampai rokok pun dicatut.
Pemerintah, menurut Jaruzelski tak bisa bekerja bukan karena
dirongrong terus oleh pemogokan Solidaritas.
Ia telah mengirim satuan militer ke scgenap pelosok Polandia
untuk mengawasi pertikaian lokal, membantu pendistribusian bahan
makanan, serta membantu keamanan. Tak hanya itu tugas yang
diberikan pada tentara. Jaruzelski juga memperkuat kabinetnya
dengan sejumlah jenderal. Kini sudah merupakan pemandangan biasa
menteri memakaiseragam militer.
Tentara Polandia di masa lalu memang mendapat simpati rakyat.
Tapi suksesnya pemulihan keamanan kali ini tergantung juga pada
sikap serdadu muda terhadap Solidaritas.
Jaruzelski percaya dia tidak keliru. "Hanya satu yang saya
inginkan: perdamaian. Kita harus keluar dari krisis ini dengan
kekuatan sendiri. Jika gagal, sejarah tidak-akan mengampuni kita
semua," kata Jaruzelski. Walau mendapat pendidikan militer di
Uni Soviet, dan memboyong istri dari sana pula, ia tampak tidak
ingin pasukan tetangganya itu ikut campur terang-terangan di
Polandia.
Intervensi diramalkan akan terjadi bila hegemoni Soviet di Eropa
Timur terancam, dan bila P4 sudah tidak berdaya lagi. Semua itu
akan banyak tergantung pada Jaruzelski, yang selain mendapat
banyak tanda penghargaan militer, juga memperoleh medali
tertinggi kaum pekerja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini