Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Jendral yang terpaksa galak

Pm. wojciech jaruzelski tak menyukai keadaan darurat. dulu ia dikenal tak mau menggunakan tentara untuk menindas kaum buruh. ia berjanji akan mencabut keadaan darurat jika polandia sudah normal.

26 Desember 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IA pendiam. Gemar memakai kacamata hitam, Perdana Menteri Wojciech Jaruzelski, 58 tahun, sekali ini bersikap tegas. Keadaan Darurat dinyatakannya berlaku di Polandia. "Negeri kita sudah di tepi jurang, " katanya. Jaruzelski berbicara lewat corong radio, 13 Desember pagi, pada rakyatnya. "Tak ada pilihan lain. Pemerintah harus memberlakukan keadaan itu." Jaruzelski, jenderal berbintang empat, membantah bahwa kaum militer telah mengambil kekuasaan di Polandia dengan diberlakukannya Keadaan Darurat. Alternatif itu diambilnya, katanya untuk menegakkan kembali disiplin bernegara. Ia melihat Solidaritas, satu-satunya organisasi pekerja yang punya hak mogok di negeri sosialis, telah berlaku semena-mena. Solidaritas sering mogok. Hingga ingin ia menertibkan gerakan buruh itu dengan cara militer. Tapi Jaruzelski, melihat kenyataan bahwa keadaan di Polandia makin buruk. Rakyat terpaksa antre untuk mendapatkan kebutuhan pokok -- seperti gandum, daging, dan deterjen. Jika militer tidak ikut mengawasi antrean, dikhawatirkan akan terjadi keributan setiap hari. Bahkan bisa menjurus pada pertumpahan darah. "Hal itu harus dicegah," kata Jaruzelski. Dengan Keadaan Darurat, dia rupanya ingin memelihara ketenteraman. Dan dia jadi galak, karena terpaksa oleh keadaan. Tindakan Jaruzelski itu telah dikecam, terutama di Barat. Jaruzelski dituding telah menginjak-injak hak asasi manusia. "Saya sendiri sebetulnya juga tak suka dengan Keadaan Darurat ini," katanya. Jaruzelski berjanji Keadaan Darurat akan segera dicabut begitu keadaan di Polandia jadi normal. Tak seorang pun bisa meramalkan kapan situasi ini akan berakhir. Bisa dihitung bulan, bisa jadi berbilang tahun. Jaruzelski agak tersendiri di Polandia -- bahkan mungkin di seluruh Eropa Timur. Selain menjadi PM, ia juga menteri pertahanan, dan sekretaris Partai Persatuan Pekerja Polandia (P4). Ia juga punya naluri militer yang selalu siap mengamankan negeri dari arena pertarungan kekuasaan. Tokoh ini memang tidak asing terhadap konflik. Di masa Perang Dunia II, ia berjuang melawan tentara pendudukan Jerman. Dari 1945 sampai 1947 ia memerangi gerilya anti-Komunis. Walau bukan pahlawan legendaris, Jaruzelski tercatat sebagai jenderal termuda dalam sejarah Angkatan Bersenjata Polandia. Ia dilantik menjadi jenderal pada usia 33 tahun. Tahun 1962, Jaruzelski diangkat sebagai deputi menteri pertahanan -enam tahun kemudian menjadi menteri penuh. Tapi ia baru menarik perhatian orang waktu Polandia dilanda demonstrasi menentang kenaikan harga di tahun 1976. Ia menolak permintaan pimpinan partai agar tentara dikerahkan menghadapi demonstran. "Tentara Polandia tidak akan dipergunakan menghadapi kaum pekerja," kata Jaruzelski. Jaruzelski juga menampik permintaan Sekretaris P4 Edward Gierek ketika massa Nrun lagi ke jalan, Agustus 1980. Akibatnya: Gierek jatuh dan gerakan buruh bebas Solidaritas muncul. Solidaritas bahkan mendapat pengakuan parlemen satu bulan kemudian. Sebagai pengganti Gierek terpilih Stanislaw Kania. Jaruzelski tak hanya melonjak cepat di lingkungan militer, tapi juga dalam P4. Tak disebutkan sejak kapan ia bergabung dengan P4. Tapi tahun 1960, ia sudah jadi komisaris politik di lingkungan angkatan bersenjata. Tak lama kemudian ia terpilih sebagai anggota Komite Sentral. Tahun 1970, Jaruzelski menjadi anggota pengganti Politbiro instansi tertinggi di P4. Ia menjadi anggota penuh Politbiro satu tahun berikutnya. Dan Oktober 1981, ia terpilih sebagai Sekretaris P4 -- menggantikan Kania. Ketika Komite Sentral P4 mengumumkan Jaruzelski sebagai sekretaris partai yang baru, harnpir semua orang Polandia menyambut gembira--termasuk Solidaritas. Ketua Solidaritas, Lech Walesa, yang waktu itu berada di Paris memenuhi undangan Serikat Buruh Prancis, menilai Jaruzelski sebagai orang yang tepat untuk memimpin Polandia. - Walesa, yang dikabarkan ditahan setelah berlakunya Keadaan Darurat, kini mungkin berpendapat lain. Tapi Jaruzelski di mata rakyat Polandia sangat sederhana ia tidak dikenal sebagai tokoh yang doyan main perempuan. Tidak punya dacba--tempat peristirahatan. Juga tidak terbetik menyimpan uang di luar negeri. "Jaruzelski bagi kami.merupakan tokoh teladan," kata seorang sopir taksi di Warsawa, ibukota, Polandia. Ketika Jaruzelski terpilih sebagai PM, Februari, rakyat optimistis bahwa perbaikan nasib mereka akan cepat terjadi. Program pemerintahnya terkenal dengan 10 langkah kebijaksanaan:  Penyediaan bahan makanan yang lengkap bagi penduduk, dan mengawasi pendistribusiannya.  Memperketat pengawasan penjualan barang eceran di pasar bebas untuk mencegah spekulasi.  Memperbaiki fasilitas kesehatan masyarakat--menyediakan sarana dan obat.  Menjamin perumahan yang baik.  Meningkatan pendapatan rakyat. Juga menyediakan perawatan khusus bagi orang tua, orang cacad, dan para veteran.  Mencegah menurunnya produksi pertanian dengan melakukan pengolahan tanah sebaik-baiknya.  Meningkatkan produksi batubara untuk mencegah ketergantungan dari energi minyak.  Mengkonsentrasikan diri pada proyck yang cepat memberi untung bagi masyarakat. Misalnya, proyek pertanian.  Memperbesar ekspor dan memperketat impor--kecuali bahan makanan.  Meningkatkan disiplin kerja guna mempertinggi produksi. Tapi semua itu tampak masih di kertas saja. Situasi di Polandia makin hari kian buruk saja. Sampai rokok pun dicatut. Pemerintah, menurut Jaruzelski tak bisa bekerja bukan karena dirongrong terus oleh pemogokan Solidaritas. Ia telah mengirim satuan militer ke scgenap pelosok Polandia untuk mengawasi pertikaian lokal, membantu pendistribusian bahan makanan, serta membantu keamanan. Tak hanya itu tugas yang diberikan pada tentara. Jaruzelski juga memperkuat kabinetnya dengan sejumlah jenderal. Kini sudah merupakan pemandangan biasa menteri memakaiseragam militer. Tentara Polandia di masa lalu memang mendapat simpati rakyat. Tapi suksesnya pemulihan keamanan kali ini tergantung juga pada sikap serdadu muda terhadap Solidaritas. Jaruzelski percaya dia tidak keliru. "Hanya satu yang saya inginkan: perdamaian. Kita harus keluar dari krisis ini dengan kekuatan sendiri. Jika gagal, sejarah tidak-akan mengampuni kita semua," kata Jaruzelski. Walau mendapat pendidikan militer di Uni Soviet, dan memboyong istri dari sana pula, ia tampak tidak ingin pasukan tetangganya itu ikut campur terang-terangan di Polandia. Intervensi diramalkan akan terjadi bila hegemoni Soviet di Eropa Timur terancam, dan bila P4 sudah tidak berdaya lagi. Semua itu akan banyak tergantung pada Jaruzelski, yang selain mendapat banyak tanda penghargaan militer, juga memperoleh medali tertinggi kaum pekerja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus