Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Jepang Taro Ono meminta media internasional untuk memperbaiki penulisan nama Perdana Menteri yang selama ini salah, Shinzo Abe. Menurutnya, Jepang menggunakan nama keluarga terlebih dahulu ketika menulis nama Jepang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kono mengatakan pemerintah Jepang meminta nama Perdana Menteri akan ditulis Abe Shinzo, bukan lagi Shinzo Abe. Cara penulisan nama Jepang sama seperti Cina dan Korea Selatan seperti Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in.
"Saya berencana untuk meminta ke media internasional," kata Kono kepada wartawan kemarin, dikutip dari CNN, 22 Mei 2019.
Baca juga: Sebagai Ketua G20, Shinzo Abe Janjikan ini di Forum Ekonomi Davos
Kono menyarankan perubahan itu harus diperkenalkan pada acara G20 yang diadakan di Osaka pada akhir Juni.
Selama hampir satu setengah abad, nama-nama Jepang telah ditulis dalam bahasa Inggris yang berlaku sebaliknya, dengan nama yang diberikan terlebih dahulu. Praktek ini diadopsi selama Era Meiji sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk internasionalisasi dan sekarang telah menjadi standar, meskipun ada pengecualian dan banyak nama sejarah masih ditulis dengan nama keluarga terlebih dahulu.
Saat memasuki Era Reiwa yang dimulai pada Mei 2019 , pemerintah Jepang ingin menyelesaikan masalah ini secara tuntas.
Baca juga: Warga Cina Persoalkan Penamaan Kekaisaran Jepang Setelah Akihito
Kono merujuk pada laporan Dewan Bahasa Nasional, Kementerian Pendidikan Jepang yang dikeluarkan hampir 20 tahun yang lalu, untuk mendesak penerapan format Jepang dalam bahasa Inggris. Namun itu tidak terlaksana, orang Jepang dan kalangan internasional tetap menulis nama mereka dengan nama keluarga pada bagian akhir.
CNN | EKO WAHYUDI