Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LONDON - Mohammed Emwazi nyaris menghabisi dirinya sendiri setelah mendapat tekanan luar biasa dari agen badan intelijen domestik Inggris, The Security Serviceatau yang dikenal sebagai MI5, sekitar lima tahun lalu. Pria yang kini menjadi perhatian dunia karena diduga berperan sebagai algojo kelompok Islamic State, yang dikenal sebagai Jihadi John, itu menuturkan kisah ini kepada Asim Qureshi, direktur lembaga advokasi pemuda muslim Inggris, CAGE, pada 2 Juni 2010 lalu.
"Saya memiliki pekerjaan dan tunangan yang menanti saya di Kuwait," kata Emwazi kepada Qureshi melalui surat elektronik yang dilansir Washington Post, kemarin. Namun impian pria yang kini berusia 27 tahun itu buyar setelah agen MI5 menangkapnya dan melarangnya kembali ke Kuwait, tempat kelahirannya.
Dalam e-mail itu, Emwazi bahkan menyebut agen intelijen itu berlaku kasar kepadanya. "Saya merasa seperti tahanan yang tak bisa memiliki kehidupan baru di negara saya, Kuwait. Rasanya lebih baik saya mati," Emwazi menambahka
Qureshi menuding rasa frustrasi akibat perlakuan kasar intelijen Inggris-lah yang menjadi pemicu radikalisasi Emwazi hingga menjadi seperti sekarang. Jihadi John merupakan sosok yang ditakuti para tawanan ISIS. Ia selalu muncul dalam sejumlah video pemenggalan para sandera, seperti terhadap jurnalis Amerika Serikat, James Foley, hingga wartawan Jepang, Kenji Goto. "Inggris telah menciptakan monster dengan tangannnya sendiri," kata Qureshi.
Sebelum serangkaian pengawasan keras MI5, sejumlah pihak menyebut Emwazi adalah seorang pria dengan masa depan cerah. Sejak ia bermigrasi ke Inggris dari Kuwait pada usia 6 tahun, pria penggemar klub sepak bola Manchester United ini adalah bocah yang tampak normal dan populer.
Hal ini juga diungkapkan seorang mantan teman sekelas Emwazi di sekolah dasar Inggris St Maria di Maida Vale, London. "Dia bermain sepak bola setiap makan siang dan di klub sepak bola setelah jam sekolah. Dalam sepak bola, dia selalu ingin menjadi striker," ujar teman Emwazi yang tidak disebutkan namanya kepada Daily Mail, Sabtu lalu.
Tekanan MI5 terhadap dia sejak 2009 diduga membuat pria ahli komputer ini meradang hingga akhirnya memilih ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.
Pernyataan Qureshi yang bernada membela Emwazi menuai kritik dari seluruh penjuru, termasuk dari Perdana Menteri Inggris David Cameron. Tak hanya banjir kritik, ancaman kematian pun kini membayangi Qureshi dan keluarganya. Qureshi tak gentar dan menyatakan, "Respons seperti ini adalah fakta bahwa Inggris tidak mau introspeksi atas peran mereka mengalienasi generasi muda."
Emwazi, menurut Qureshi, bukanlah pemuda Inggris pertama yang mendapat tekanan intelijen Inggris. Qureshi menunjuk kasus Michael Adebolajo, pemuda Inggris yang memeluk Islam dan menusuk seorang tentara Inggris hingga tewas di jalan Kota London beberapa waktu lalu. "Sama seperti Emwazi, Adebolajo juga menjadi radikal akibat tekanan pemerintah."
Info soal radikalisasi Adebolajo didasari pengakuan saudara Michael, Jeremiah, kepada Al Jazeera. "Mereka (MI5) mulai mengganggunya dalam kehidupan sehari-hari. Mereka akan menelepon dan memaksa bertemu. Mereka mendatangi rumahnya hingga mengganggu keluarganya," tutur Jeremiah.
Bekas Kepala MI5, Sir John Sawers, berkukuh radikalisasi yang dialami ekstremis seperti Mohammed Emwazi terjadi bukan karena mengalami kontak dengan aparat dinas rahasia. "Tudingan itu sangat keliru," kata Sawers kepada BBC, kemarin. Sawers mengatakan MI5 akan lebih dikecam jika ada orang yang tak mereka pantau melakukan tindakan kejahatan.
Sawer mengatakan para ekstremis menyedot perhatian MI5 karena kegiatannya dan keterlibatannya dalam lingkaran teroris dan ekstremis. Menurut dia, pendekatan dinas rahasia terhadap individu tertentu yang dicurigai itu semacam peringatan untuk memberi kesempatan kepada untuk mereka menarik diri dari kelompok teroris.
MI5 kini berada dalam tekanan untuk menjelaskan mengapa para petugasnya gagal menghentikan Emwazi bergabung dengan ISIS, meski telah membayanginya selama lima tahun terakhir. "Mungkin ada beberapa ribu orang yang perlu diperhatikan, dan jumlahnya terus bertambah karena makin banyak orang ingin pergi ke Suriah dan Irak untuk bergabung dengan ISIS," ucap Sawers.
Tapi Sawers menegaskan, tidak mungkin memantau orang-orang ini 100 persen. Selain tidak cukup sumber dayanya, Sawers menyebut ada pertimbangan hak asasi manusia pula." Jadi pemantauan harus dilakuan secara berimbang."BBC | WASHINGTON POST | DAILY MAIL
Algojo ISIS 'Jihadi John'
Algojo kelompok militan Islamic State atau ISIS yang dikenal dengan Jihadi John dikabarkan merupakan warga London, Inggris, Mohammed Emwazi, yang berusia 27 tahun.
Mohammed Emwazi:
2009:
Mei 2009:
Akhir 2009:
Juni 2010:
2012:
2013:
Korban dalam video yang menampilkan Jihadi John
1. 19 Agustus 2014:
2. 2 September:
3. 13 September:
4. 3 Oktober:
5. 16 November:
6. 20 Januari 2015:
7. 30 Januari:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo