Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebagai arsitek, bisnis properti tentu bukan hal aneh bagi Gatot Setyo Waluyo. Namun siapa sangka, dinamika hidup mengantarnya sebagai bos PT Pembangunan Jaya Ancol, yang mengelola taman hiburan dan pantai di pesisir Jakarta Utara.
Sejak Mei 2013, Gatot berfokus dalam bisnis theme park, yang harus memberikan kesenangan bagi banyak orang. Beragam tantangan dan masalah pun dihadapi. Tapi Gatot tak melupakan tugasnya sebagai arsitek, dengan berupaya membawa Ancol sebagai pemain besar dalam bisnis properti.
Kepada Dewi Suci dan Arie Firdaus, beberapa waktu lalu, Gatot menuturkan beberapa langkahnya dalam mengembangkan Ancol. Berikut ini petikan wawancaranya.
Bagaimana awalnya Anda terpilih untuk memimpin pengelolaan Ancol?
Saya baru tahu menjadi kandidat yang dinominasikan oleh Jaya Property setelah ditelepon Pak Ahok. Seminggu sebelumnya, saya memang sudah memberikan curriculum vitae. Langsung saya menghadap beliau, pada hari-H RUPS, dan menjalani semacam fit and proper test. Ngobrol-ngobrol tentang dunia rekreasi, Ancol itu seperti apa, apa kekurangannya, dan segala macam.
Anda berpengalaman dalam bisnis properti. Kini, apa pandangan Anda saat dipercaya mengelola industri rekreasi?
Industri rekreasi tidak semata-mata identik dengan permainan. Tapi yang dilakukan di Ancol adalah edutainment theme park. Semua bisa, sebagai fungsi rekreasi, edukasi. Tidak harus masuk ke Dufan, Atlantis, Gelanggang Samudra, tapi begitu masuk ke Ancol, suasananya sudah rekreasi. Pantai, jalan di Ecopark sudah termasuk rekreasi. Itu yang saya bilang harus ditingkatkan. Jadi, rekreasi yang tidak identik dengan mahal.
Saat fit and proper test bersama Pak Ahok, konsep apa yang Anda tawarkan?
Komposisi antara pendapatan rekreasi dan properti belum ideal. Properti cuma hampir 30 persen dan rekreasi masih dominan sekali. Saya bilang, idealnya rekreasi sekitar 55-60 persen maksimal dan didukung oleh bisnis properti. Hasil dari properti diinvestasikan ke industri rekreasi. Kecuali, pemerintah daerah DKI selaku pemegang saham mayoritas mau menyuntikkan modal terus-menerus untuk industri rekreasi, ya boleh. Tapi saya bilang tidak akan tahan.
Apa benchmark internasional untuk Ancol dan bagaimana cara untuk menyamai mereka?
Singapura punya Universal Studio; Tokyo, Hong Kong punya Disney. Kalau kita ingin sejajar, harus ada komitmen pengembangan. Ini rencana strategis kami pada 2018. Pertama, infrastruktur di sini harus dibenahi. Termasuk perilaku pengunjung maupun layanan lain yang berinteraksi di sini. Salah satunya dengan menertibkan taksi. Kami membuat MoU dengan perusahaannya, seperti taksi bandara, tapi kami tidak mengutip biaya, melainkan mengharuskan mereka memberi fasilitas kepada pengunjung. Pedagang asongan juga akan ditempatkan di satu tempat, kapal-kapal juga.
Seperti apa pengembangan bisnisnya?
Pengembangan dan kerja sama yang dilakukan per wahana dan akan dicoba menjadi per kawasan. Jika di Singapura ada Universal Studio, di Tokyo juga ada. Skema semacam itu yang kami ingin dirikan di Ancol dan semuanya bergantung pada pasar. Untuk mendukung pengembangannya, kami akan memperluas lahan melalui reklamasi. Tahun ini kami selesaikan 32 hektare. Separuhnya, 16 hektare, digunakan untuk pengembangan rekreasi, termasuk properti berupa area hotel dan apartemen yang disesuaikan dengan tema taman hiburan itu. Total akan ada lahan 1.000 hektare.
Tahun 2015, apa yang menjadi fokus garapan Ancol?
Properti dan rekreasi. Penyewaan lahan hanya menjadi bisnis pendukung. Selama lima tahun, kami menargetkan pertumbuhan pendapatan 17 persen dan kenaikan pendapatan 27 persen per tahun. Karena itu, praktis semua lini harus mempunyai pertumbuhan yang imbang. Komposisi pendapatan dari properti 40 persen dan rekreasi 60 persen. Target pengunjung hingga tahun depan mungkin 18 juta orang, naik dari 2014 yang mencapai 16 juta. Dengan rencana pengembangan itu, kami yakin target bisa tercapai.
Ada berapa wahana baru yang dibangun?
Kelanjutan Hello Kitty, karena yang sudah diresmikan baru tahap pertama. Karena fokusnya theme park dan yang bersifat menantang adrenalin, kami coba masukkan wahana Ice Age. Mendekati akhir tahun, akan dibuka satu wahana lagi. Fokusnya lebih ke wahana indoor untuk memperkuat segmentasi sebagai arena rekreasi keluarga. Pada 2015, Ancol sudah harus bisa berstandar internasional.
Untuk kinerja keuangan, apa proyeksi Anda?
Tahun 2013, laba sudah mencapai Rp 192 miliar dan pada 2014 targetnya Rp 234 miliar. Tahun ini kami bisa mendapatkan Rp 250 miliar dan dalam lima tahun bisa tumbuh 27 persen per tahun. Tahun 2020, targetnya Rp 1 triliun. Untuk mencapai target, banyak yang dievaluasi. Tapi strategic plan sudah jelas. kami harus melakukan apa, kapan, berapa biayanya. Yang paling penting adalah kesiapan operatornya. Karena itu, saya sampaikan ke teman-teman untuk meningkatkan kompetensi karena, dalam bisnis properti, kami ini termasuk pendatang baru.
Biodata:
Nama lengkap: Gatot Setyo Waluyo
Tempat, Tanggal Lahir: Yogyakarta, 23 April 1946
Pendidikan:
Karier:
Pengalaman Organisasi:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo