Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk pertama kalinya se--jak berdinas di Jakarta, Zu-hair al-Shun memperingati Hari Nakba dalam suasana Ra--madan, Jumat, 17 Mei lalu. Hari itu merupakan peringatan atas ter-usirnya separuh penduduk atau sekitar 700 ribu warga Palestina dari kampung ha-la-mannya akibat Perang Arab-Israel pada 1948. Di bekas tanah tempat mereka tinggal itulah kemudian berdiri negara Israel.
“Rakyat Palestina diserang dan diusir, ta--nahnya diambil, semua hartanya dirampas sehingga merasa hancur,” kata Al-Shun, yang menjabat Duta Besar Palestina untuk In-donesia sejak 23 November 2018.
Kendati rakyatnya terdesak oleh aksi pendudukan Israel, yang terus meningkat di era Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Al-Shun mengatakan, pemerintah Pales-tina tidak berniat membalasnya dengan ke-kerasan. “Palestina hanya bisa bergerak me-lalui cara-cara diplomatik,” kata pria 59 tahun ini.
Al-Shun menerima wartawan Tempo, Abdul Manan dan Mahardika Satria Hadi, di ruang kerjanya di lantai dua sebuah rumah berkelir krem di Jalan Ki Mangunsarkoro, Jakarta Pusat, yang menjadi kantor ke-du-taan. Dia menjawab dalam bahasa Arab dan diterjemahkan oleh anggota stafnya, Faiz Farid Syukri.
Bagaimana pandangan Anda terhadap pendudukan Israel di era Benjamin Netanyahu?
Pendudukan tanah Palestina merupakan hal yang sangat menyulitkan. Ini permasalahan mendasar. Dengan memperluas pendudukan, mereka mencuri tanah dan mengambil wilayah Palestina. Hal itu akan menghambat terciptanya perdamaian di antara kedua negara. Kubu mana pun yang berkuasa, Israel mengedepankan perluasan pendudukan. Politik Israel hanya satu, yaitu menguasai Palestina.
Apa pengaruhnya terhadap terwujudnya solusi dua negara?
Jika pendudukan terus terjadi, suatu saat Palestina akan hilang dan menjadi milik Israel.
Kini Netanyahu kembali berkuasa. Apakah otoritas Palestina tetap menempuh jalan negosiasi?
Para petinggi dan pejabat Palestina, termasuk Presiden Mahmud Abbas, terus mencari solusi terbaik melalui kancah dunia. Lewat pertemuan-pertemuan dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa atau forum lain untuk mencari jalan terbaik demi terciptanya perdamaian tersebut.
Bagaimana strategi Palestina untuk menyetop perluasan permukiman ilegal Israel?
Di (Otoritas) Palestina memang sedang ada dua kubu, Hamas dan Fatah. Kami menentang segala macam bentuk penjajahan atau penguasaan wilayah. Tapi kami menolak perlawanan dalam bentuk kekerasan. Itu bukan cara kami. Palestina hanya bisa bergerak melalui cara-cara diplomatik. Dengan cara inilah kami mendapat bantuan dan dukungan moral dari seluruh dunia demi tercapainya perdamaian.
Apakah penembakan roket seperti yang dilakukan Hamas adalah bagian dari strategi itu?
Ihwal roket-roket yang diluncurkan Hamas, saya hendak mengatakan Fatah pun melakukannya. Itu bagian dari cara kami melawan, tapi mungkin yang kerap yang didengar hanya Hamas. Kami sebetulnya menolak semua itu. Kami menginginkan perdamaian dengan cara terbaik, yaitu negosiasi.
Bagaimana pemerintah Palestina melihat perubahan kebijakan Netanyahu?
Netanyahu sekarang sudah menjabat lima kali sebagai pemimpin Israel. Saya tidak pernah melihat ada keseriusan dalam dirinya, termasuk saat dia bersikap lemah-lembut seolah-olah mendukung (upaya perdamaian). Dia seperti bermain drama saja. Pada dasarnya, sikap Netanyahu sangat kaku. Dia tidak pernah bersikap lembut terhadap Palestina. Saya tidak melihat ada keinginannya menciptakan perdamaian. Ditambah lagi Amerika Serikat sangat mendukungnya dalam segala hal.
Apa harapan Palestina kepada negara-negara di dunia, terutama Indonesia yang kini menjadi Presiden Dewan Keamanan PBB?
Indonesia selalu terdepan dalam menolong permasalahan Palestina. Banyak bantuan yang diberikan kepada rakyat dan pemerintah Palestina. Melalui kepemimpinan di Dewan Keamanan, kami berharap Indonesia bisa menggebrak dunia, menyampaikan aspirasinya tentang persoalan Palestina, serta tetap bisa membantu kami semampunya sampai terciptanya perdamaian dan kemerdekaan Palestina.
Sampai kapan Palestina akan menggunakan pendekatan seperti sekarang ketika perluasan permukiman Israel terus berlanjut?
Apakah Anda punya tentara yang siap datang ke Palestina dan melawan Yahudi? Kalau Anda punya, saya akan berdiri di belakang Anda. Tapi permasalahannya bukan itu. Kami meminta dukungan dari seluruh dunia agar bisa mendesak Israel karena tabiat Israel memang seperti itu. Mereka berdiri di tanah kami. Ini tanah kami, bukan tanah mereka. Tapi kami Palestina adalah kaum yang tertulis dalam Al-Quran sebagai kaum yang perkasa dan hebat. Kami akan terus berjuang sampai tiba waktunya mereka tunduk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo