Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

internasional

Kapal Angkatan Laut Filipina Diusir Patroli China di Laut China Selatan, Manila: Mirip David Vs Goliath

Filipina bertekad tidak akan meninggalkan pulau karang di Laut China Selatan, yang disengketakan dengan China.

7 Agustus 2023 | 17.21 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Filipina bertekad tidak akan meninggalkan pulau karang di Laut China Selatan, yang disengketakan dengan China, setelah menuduh penjaga pantai China menggunakan meriam air dan gerakan "berbahaya" untuk mencegah Manila mengirim pasokan ke pasukannya di terumbu karang itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menyamakan insiden 5 Agustus dengan "situasi David vs Goliath", Jonathan Malaya, seorang pejabat senior Dewan Keamanan Nasional Filipina (NSC) mengatakan peningkatan kehadiran China di Second Thomas Shoal tidak akan menghalangi tekad Filipina untuk melindungi posisinya di sana.

"Kami tidak akan pernah meninggalkan Beting Ayungin," kata Malaya, menggunakan nama lokalnya, saat dia menolak seruan China agar Manila memindahkan kapal perangnya dari atol, yang sengaja dikandangkan pada 1999 untuk memperkuat klaim kedaulatan Filipina.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kami akan terus memasok pasukan di kapal yang dikandangkan selama diperlukan," kata Malaya dalam konferensi pers bersama dengan militer, Penjaga Pantai Filipina (PCG), dan kementerian luar negeri, Senin, 7 Agustus 2023.
 
"Adalah hak kami untuk membawa apa yang diperlukan untuk memelihara posko dan untuk memastikan bahwa pasukan kami di sana telah disiapkan dengan baik."

China sebelumnya mengatakan kepada Manila untuk tidak mengirim kapal ke beting dan tidak mengirim "bahan konstruksi yang digunakan untuk perbaikan dan penguatan skala besar" ke kapal perang setelah mengetahui rencana pasokan baru-baru ini, kata penjaga pantai China dalam sebuah pernyataan. 
 
China mengklaim kedaulatan atas hampir seluruh Laut China Selatan, sebuah pernyataan yang ditolak secara internasional, sementara Malaysia, Vietnam, Brunei, Taiwan, dan Filipina memiliki berbagai klaim atas wilayah tertentu.

Penggunaan meriam air oleh Penjaga Pantai China pada hari Sabtu bukanlah yang pertama. Mereka juga menyemprotkan air ke kapal-kapal Manila dalam misi memasok makanan dan air, untuk sejumlah kecil pasukan yang tinggal di kapal perang berkarat pada November 2021.

Tindakan terbaru China, yang oleh militer Filipina digambarkan sebagai "berlebihan", merusak upaya untuk memperkuat kepercayaan antara Manila dan Beijing, dan menggarisbawahi "sangat dibutuhkan" untuk kode etik, kata juru bicara kementerian luar negeri.

Hubungan antara Filipina dan China semakin tegang di bawah Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr, dengan Manila beralih kembali ke sekutu tradisionalnya, Amerika Serikat, yang menyatakan dukungannya untuk Manila dan menuduh China "mengancam perdamaian dan stabilitas regional."

Marcos mengatakan negaranya menyampaikan keluhannya kepada Duta Besar China di Manila, yang telah dipanggil oleh kementerian luar negeri.

Tidak ada yang terluka dalam insiden 5 Agustus di beting, tetapi salah satu dari dua kapal Filipina yang mengangkut perbekalan gagal menyelesaikan misinya.

REUTERS

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus