Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Karena lapangan yang keramat

Pengadilan moskow menjatuhkan hukuman 4 th kerja paksa terhadap mathias rust, yang dituduh memasuki wilayah uni soviet secara ilegal, melanggar ketentuan penerbangan internasional & menimbulkan kekacauan.

12 September 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WAJAH Mathias Rust bersemu merah tatkala menyimak keputusan hakim Monika, ibunya, tampak terhenyak di kursi mendengar hukuman yang ditimpakan pada anak sulungnya itu. Mathias, 19 tahun, akhirnya dijatuhi hukuman empat tahun kerja paksa oleh pengadilan Moskow Jumat lalu. Ternyata, hukumn itu tidak bisa lebih ringan, kendati perbuatannya tidak digerakkan oleh maksud-maksud jahat. Dalam sidang Rabu pekan lalu, Rust mengakui sebagian kesalahan yang dituduhkan hakim Soviet Robert Tikhomirnov. Pemuda itu dituduh secara ilegal memasuki wilayah Soviet, melanggar ketentuan penerbangan internasional, dan menimbulkan kekacauan. Ketiga tuduhan berpangkal dari ulah anak muda berkaca mata ini, yang mendaratkan pesawat Cessna-172 di Lapangan Merah, tempat yang dikeramatkan masyarakat Soviet, pada 28 Mei berselang. Dengan terbata-bata tapi nyaris tanpa ekspresi, Rust berkata, "Yah, saya baik-baik saja. Hukuman itu tepat." Sesaat kemudian ia berpelukan dengan kedua orangtuanya Karl-Heinz dan Monika -- serta adik lelakinya Ingo. Mereka tiba di Soviet Senin lalu, sehari sebelum sidang dimulai. Namun, permohonan Karl Heinz dan Monika untuk tampil sebagai saksi sudah ditolak lebih dulu oleh pengadilan Moskow. Menanggapi pertanyaan pers, yang menghadang di luar gedung pengadilan, Mathias berkomentar singkat, "Saya sudah siap." Ibunya dapat menerima putusan hahm, seraya mendoakan agar anaknya bisa segera bebas. Seorang simpatisan menyerukan pada Gorbachev agar melepaskan Mathias. "Anak itu adalah pahlawan kami. Ia berjuang untuk kebebasan kami," teriak seorang pemuda dalam bahasa Inggris. Putusan hakim Tikhomirnov ditetapkan setelah mendengar tuduhan dan tuntutan Jaksa Vladimir Andrejev, pembelaan Rust sendiri serta pembelanya Vsevolod Yakovlev. Yang agaknya lebih memberatkan adalah keterangan dari delapan saksi yang diajukan. Dalam pengakuannya, Rust, yang memakai setelan jas biru tua, berkata bahwa tujuannya ke Moskow semata-mata untuk berjumpa dengan pemimpin Soviet, Mikhail Gorbachev. Ia ingin membahas masalah perdamaian dunia dengan orang kuat Kremlin itu. Tidak terlihat kesedihan ataupun air mata di wajah Rust ketika ia sempat berdialog dengan orangtuanya. Beberapa diplomat memperkirakan, Kremlin sesewaktu bisa mengeluarkan "fatwa" agar pemuda pendiam dan pemalu ini segera dibebaskan. Pendaratannya yang spektakuler di Lapangan Merah, mengakibatkan Menteri Pertahanan Sergei Sokolov, 75 tahun, dan Panglima Pertahanan Udara Alexander Koldunov, 63 tahun, dipecat. Dengan pemecatan itu, militer Uni Soviet kehilangan wakilnya di Politbiro. Sebelum diajukan ke pengadilan, pemuda Rust terus-menerus diinterogasi. Ada kekhawatiran jangan-jangan anak muda ini diam-diam bergerak sebagai agen rahasia. Selain itu pasti, perbuatan Rust sangat merepotkan Kremlin. Citra Uni Soviet sebagai negara adidaya bisa rontok kalau pemuda itu dipulangkan begitu saja kepada orangtuanya Namun, kalau Rust yang gemar musik klasik ini dijatuhi hukuman terlalu berat, maka dunia akan sangat mengecam Soviet. Padahal, Gorbachev sedang berusaha keras menampilkan citra Soviet yang lebih manusiawi. Bagaimanapun pembelanya menegaskan bahwa Rust harus diberi keringanan hukuman. "Ia tidak tahu bahwa Lapangan Merah itu dianggap keramat," kata Yakovlev. Lagi pula, terbukti bahwa Mathias Rust melakukan penerbangan bukan untuk kepentingan pribadi (jaksa penuntut menuduh Rust ingin menarik perhatian gadis-gadis dan supaya namanya tercatat dalam buku rekor dunia). Mulai pekan ini, Rust akan kembali ke penjara Lefortovo. "Sekarang saya tahu bahwa saya telah melakukan kesalahan besar. Tapi saya ingin meyakinkan sekali lagi bahwa saya idak bermaksud membahayakan, menyerang, ataupun melukai seseorang," kata Rust akhirnya. Pesawat Cessna-172 yang selama ini mendekam di hanggar bandara Sheremtyevo, Moskow, akan segera dikembalikan ke pemiliknya, Aeroclub Hamburg. Yulia S. Madjid, Laporan kantor-kantor berita

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus