WILAYAH bergolak Kashmir makin panas. Dua negara tetangga yang "memperebutkannya" -- India dan Pakistan -- tinggal selangkah lagi menuju perang walau berkali-kali dibantah oleh kedua pihak. Setidaknya diberitakan, kini New Delhi kian garang menghadapi gerilyawan muslim Kashmir yang militan, yang sebagian, konon, dilatih di Azad Kashmir (Kashmir Pakistan). Sabtu pekan lalu Pemerintah India menyatakan akan mengambil tindakan tegas guna mencegah infiltrasi baru kaum separatis anti-India dari wilayah Kashmir Pakistan. Juga New Delhi memperingatkan, pasukannya siap melintasi perbatasan untuk menghancurkan kamp-kamp gerilyawan muslim di wilayah Kashmir Bebas (Azad) di Pakistan itu. Jika pasukan India sampai melintasi perbatasan dan masuk wilayah Azad Kashmir, jelas perang terbuka India-Pakistan susah dicegah lagi. Seperti diketahui, kedua negara tetangga ini sudah tiga kali terlibat perang, dua di antaranya mengenai masalah Kashmir. "Kekisruhan di Kashmir adalah ciptaan teroris yang ditunjang pemerintah Islamabad," tuduh Aftab Zeth, juru bicara Departemen Luar Negeri India. Dakwaan itu memang lagu lama yang terus diulang New Delhi dan juga selalu dibantah Pakistan. Islamabad menjawab bahwa masalah Jammu-Kashmir merupakan masalah dalam negeri India. Pakistan juga menyatakan tak sanggup menghentikan penyusupan militan muslim lewat wilayah gencatan senjata, soalnya para pejuang militan di Jammu-Kashmir ingin melepaskan diri dari India. Pakistan sendiri menginginkan diterapkannya plebisit untuk menentukan nasib sendiri bagi rakyat Jammu-Kashmir, yang mayoritas penduduknya Islam. Tuding-menuding antara kedua pemerintah ini jelas menimbulkan dugaan bakal meletusnya perang. Padahal, pekan lalu menteri luar negeri kedua negara yang berembuk di New York, AS, sepakat untuk meredakan ketegangan di Kashmir. Tapi kenyataannya "perang kata-kata" masih dan kian gencar berjalan. Selain itu pasukan kedua pihak pun sudah "siaga tempur" di sepanjang perbatasan. Walau Pemerintah India membantah berita pengerahan pasukan ke wilayah perbatasan, sebagian besar "perangkat militer berat" India (walau disembunyikan dan disamarkan) tampak dari jalan raya menuju wilayah Jammu. Pihak angkatan bersenjata India membantah penempatan perangkat perang baru. Katanya, itu cuma "merupakan bagian rotasi rutin". Sejak marak pertengahan Januari silam, pergolakan di Kashmir sudah menelan korban sekitar 3OO jiwa. Sekitar 10O.OOO warga Hindu - yang di Kashmir merupakan minoritas - mengungsi ke luar Jammu-Kashmir, karena kerusuhan yang tak kunjung berhenti itu. Pemerintah India, yang kewalahan menangani masalah pengungsi Hindu ini, Ahad kemarin melarang arus pengungsi ke luar wilayah bergolak itu. "Warga Hindu akan dilindungi dan diberi tempat berteduh oleh pemerintah," kata Menteri Perumahan India Mufti Muhammad Sayeed. Walau sang menteri telah memberikan jaminan, menurut polisi, tiga warga Hindu terbunuh lagi di sebuah kampung di Kashmir. Hizbul Mujahideen, salah satu kelompok militan, mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan itu. Di pihak Pakistan pun masalah pengungsi Kashmir membuat puyeng pemerintah Islamabad. Sekitar 4.000 pemuda Kashmir, melewati medan sulit pegunungan bersalju, berusaha masuk ke wilayah Pakistan. "Kami datang ke Pakistan untuk berjihad. Kami membutuhkan senjata untuk berperang," kata Rashid Rata, seperti dikutip Reuters. Para pemuda ini berkumpul di Muzaffarabad, ibu kota Azad Kashmir. Jelas, kehadiran mereka merupakan masalah bagi pemerintah Islamabad, yang berupaya tak memberikan bukti bahwa Pemerintah Pakistan berada di belakang pemberontakan muslim di Jammu-Kashmir. Sikap Pakistan untuk "menjinakkan" para pejuang militan ini menimbulkan kekecewaan. "Kami mengharapkan orang Pakistan memberi kami senjata. Nyatanya, kami cuma disuruh makan-tidur saja sepanjang hari," gerutu seorang pemuda. Pemerintah Azad Kashmir berusaha menempatkan 2.000 pemuda militan itu dalam sebuah kamp yang dikontrol ketat. Tapi tak mudah melaksanakannya. Lebih dari 2.000 memilih tinggal dengan para pendukung Jammu and Kashmir Liberation Front (JKLF), kelompok militan paling kuat yang beroperasi di Kashmir India. Sisanya tinggal bersama di bawah perlindungan Jamaat Islami, partai politik konservatif Pakistan. Benarkah di Azad Kashmir terdapat kamp-kamp latihan militer untuk menggembleng para pejuang Islam dari Jammu-Kashmir? Menurut laporan koresponden majalah Inggris The Economist, kamp-kamp seperti yang diberitakan itu tak ia jumpai. Bahkan koresponden itu pun tak melihat adanya pengiriman senjata dari Azad Kashmir kepada para pejuang muslim di Jammu-Kashmir. Pihak Islamabad sendiri membantah melatih para pejuang muslim Jammu di wilayah Pakistan. Memang banyak pemuda Kashmir dari Jammu yang masuk ke Azad. Sejak terjadi bentrokan di Jammu-Kashmir diduga sekitar 5.000 pemuda Jammu masuk ke Azad. Konon, mereka menghindarkan diri dari penggeledahan tentara India yang masuk rumah guna menangkap yang dicurigai. "Tapi mereka datang, makan roti, dan kemudian pergi lagi," tutur seorang penduduk Azad. Menurut laporan wartawan majalah berita dwimingguan India Today, memang tak ada secara nyata kamp-kamp latihan maupun usaha pengiriman senjata. Tapi ia merasakan bahwa seluruh Azad Kashmir diliputi semangat juang untuk membebaskan Jammu-Kashmir (lihat Selingan, "Nyala Jihad di Azad Kashmir"). Mereka siap diterjunkan ke medan perang. Kalau toh memang ada yang memperoleh latihan kemiliteran, kuat diduga pelatih datang dari pihak pejuang muslim Afghanistan. Tapi ada yang menyangsikan hal ini karena pejuang muslim Afghanistan sendiri masih membutuhkan pelatih. FS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini