MULAI 2 Juli nanti, tak akan ada lagi uang Jerman Timur. Pertemuan para ahli ekonomi kedua Jerman, yang berakhir Senin pekan ini, sudah sukses "mencabut duri yang mengganjal", konon. Bila memang demikian, penyatuan Jerman tinggal selangkah lagi. Yakni soal status militer Jerman Bersatu. Untuk itulah PM Jerman Timur Lothar De Maiziere bertemu dengan Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev di Moskow pekan lalu, konon, untuk "melunakkan" duri yang lain, yakni sikap Kremlin yang menghendaki Jerman yang netral. Dukungan Kremlin memang wajib hukumnya, guna melicinkan rembukan tingkat menteri, soal status militer Jerman Bersatu yang irencanakan di Bonn, Sabtu pekan ini. Pertemuan dua Jerman dengan empat negara pemenang PD II, AS, Inggris, Prancis, dan Uni Soviet -- disebut oleh pers Jerman dengan "Pertemuan Dua Plus Empat" -- guna membahas lebih jauh status militer Jerman setelah bersatu. Sedangkan pertemuan pertama tingkat pakar militer keenam negara sudah berlangsung Senin pekan ini. De Maiziere, profesor musik, yang baru diangkat menjadi perdana menteri dua pekan lalu, tampaknya berusaha melangkah dengan aman dan hati-hati. Kepada kantor berita Soviet Tass, Sabtu silam, ia menyatakan penolakannya atas usulan Jerman Barat, yang menyarankan suatu Jerman sebagai bagian NATO (Pakta Militer Atlantik). Sementara itu, ia juga menampik gagasan Soviet, soal status militer Jerman yang netral. Jerman yang netral tidak sesuai dengan perkembangan dunia dewasa ini, dan mencerminkan cara berpikir usang berdasarkan dua blok militer, kata Maiziere. "Yang diperlukan saat ini sebuah sistem keamanan bersama Eropa. Sebelum sistem ini ada, kehadiran militer NATO di wilayah Jerman Timur tak diizinkan," Maiziere melanjutkan. Untunglah, Kremlin bersikap lentur. Menteri Luar Negeri Soviet Shevardnadze tak lagi mengulang desakan Kremlin untuk menjadikan Jerman negara yang netral. Tapi cukup Jerman, setelah reunifikasi, yang nonblok. Dan tampaknya sikap fleksibel Kremlin masih akan berlangsung. Uni Soviet mungkin siap menerima Jerman Bersatu menjadi anggota NATO, jika aliansi militer Barat itu mengadakan perubahan struktural dan strategis. Kata De Maiziere, ia juga sependapat dengan Gorbachev, bahwa perubahan ke arah status politik dan defensif NATO penting adanya. "Kami rasa NATO bakal lebih berperan dalam fungsi ekonomi dan politik serta mengurangi fungsi militer," kata De Maiziere, yang juga menolak usul status nonblok bagi Jerman Bersatu. Toh, di negerinya sendiri, Gorbachev tetap mengatakan bahwa "sikap Uni Soviet terhadap masuknya Jerman Bersatu dalam NATO tetap negatif." Di pihak lain, Washington pun berbicara negatif soal sistem keamanan bersama Eropa yang diinginkan De Maiziere untuk menggantikan NATO. Sistem keamanan kolektif Eropa memang tujuan yang diinginkan Soviet sejak dulu, tapi ditampik Barat. Dulu, keinginan itu dinilai Barat sebagai cara untuk mengusir tentara Amerika dari Eropa agar Moskow bisa mendominasi. Alasan inilah yang dikemukakan para pejabat AS, saat mengomentari usul De Maiziere. Sementara itu, dari segi ekonomi proses reunifikasi Jerman, seperti sudah disebutkan, berjalan lebih mulus. Tantangan bagi pihak Timur tinggal memperoleh keyakinan bahwa standar hidup rakyatnya tidak anjlok sesudah penyatuan ekonomi kedua Jerman, Juli depan. Untuk itu, PM De Maiziere mengusulkan agar sampai waktu tertentu, subsidi pemerintah untuk makanan dan jasa praktek yang biasa dalam sistem sosialis -- tetap dijalankan di Jerman Timur. Sesuai dengan janji Kohl, warga Jerman Timur boleh menukar mata uangnya dengan DM -- dengan perbandingan 1:1, sampai sejumlah 4.000 mark. Selebihnya ditukar dengan 1:2 -- kurs resmi selama ini 1:3, dan di pasar gelap bisa meningkat menjadi 1:5. Adapun jumlah 4.000 mark ditentukan dengan pertimbangan bahwa dengan jumlah itu, setiap keluarga dengan empat jiwa bakal memperoleh 16.000 DM, atau US$ 9.400. Jumlah, yang menurut perhitungan ahli ekonomi Jerman Barat, bukan saja menjaga, tapi juga meningkatkan simpanan keluarga Jerman Timur. Risiko bagi DM memang ada, yakni menaikkan inflasi yang kini cuma 3%. Karl Otto Pohl, presiden Bundesbank (bank sentral Jerman Barat), menganggap konsep Kohl itu akan menambah mata uang yang beredar sampai milyaran mark. Tak heran jika banyak warga pihak Barat mulai "berhitung" soal beban "ongkos reunifikasi" yang harus ditanggung mereka. Untuk menenangkan mereka, pagi-pagi Kohl sudah menjanjikan tak akan menaikkan pajak. Biaya reunifikasi, kata Kohl Jumat pekan lalu, "Akan diambil dari pengurangan anggaran pertahanan dan sektor lain." Selama ini, Bonn memang berniat merampingkan jumlah tentaranya, dari 490.000 menjadi 400.000 saja. Karena itu, "pemerintah mengharapkan semangat, keberanian, dan imajinasi warga Jerman Barat untuk mendukung proses penyatuan." Dari sudut kaca mata pihak Timur, "kemurahan hati" Kohl dianggap belum cukup. De Maiziere meminta agar batasan yang 4.000 mark ditambah lagi. Awal bulan ini, ribuan warga Jerman Timur juga turun ke jalan memprotes batasan tukaran uang itu. Yusril Djalinus (AS) dan Farida Sendjaja
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini