PEMBUKAAN Sidang Kongres Rakyat Nasional Cina kali ini ditandai
dengan suasana santai. Udara musim semi mengiringi datangnya
para utusan dan angin meniup bendera-bendera yang dipasang di
sekeliling tempat sidang. Di halaman gedung terlihat orang
berkelompok menikmati hangatnya matahari. Ini berlainan sekali
dengan suasana kaku yang meliputi Sidang Kongres Rakyat Nasional
ke-4 di tahun 1975. Ketika itu "Komplotan Empat" di bawah
pimpinan janda Mao sedang berada di puncak kekuasaannya.
Sejak hari Minggu tanggal 26 Pebruari lalu sekitar 3497 wakil
rakyat telah berkumpul di Balairung Besar Rakyat Peking. Mereka
hadir di sana untuk mengikuti masa persidangan Kongres Rakyat
Nasional ke-5 -- persidangan pertama badan yang setingkat DPR/
MPR di negeri itu sejak meninggalnya Mao.
Kongres dibuka oleh Marsekal Yeh Chien-ying, Wakil Ketua KRN
yang juga memegang kedudukan Menteri Pertahanan dan Wakil
Perdana Menteri. Pada sidang pertama hadirin disuguhi pidato
pengarahan oleh Hua Kuo-feng sebagai orang tertinggi di negeri
itu.
Tidak ada hal yang luar biasa dari pidato pengarahan itu.
Nadanya hampir sama dengan apa yang telah diucapkannya pada
Kongres Partai Komunis Cina yang ke-11 bulan Agustus tahun lalu.
Ketua Hua antara lain berkata: "Segala sesuatu beres saja,
persis seperti yangtelah kita harapkan, bahkan makin bertambah
baik." Menurut Hua, hal tersebut bisa terjadi karena oknum-oknum
dalam partai yang ekstrim dan didalangi oleh "Komplotan Empat"
telah dapat dibersihkan lewat perjuangan yang cukup sengit.
Tapi di samping itu Hua pun mengingatkan bahwa "tugas utama
rakyat negeri ini sekarang masih tetap membersihkan anasir anti
partai dan menunjukkan kesalahan dan mengkritik mereka-mereka
itu agar dapat diketahui semua orang." Dan ini, kata Hua, masih
akan berlangsung cukup lama. Dari sini kita bisa membayangkan
bahwa aksi pembersihan terhadap orang-orang yang dituduh jadi
pengekor Chiang Ching dan kawan-kawan masih akan berjalan.
Politik Sebagai Panglima
Dari politik, Hua beralih ke soal pembangunan ekonomi yang
mempunyai hubungan erat dengan Rencana Pembangunan Ekonomi 10
tahun. Ia mengatakan bahwa prioritas utama akan diberikan kepada
pertanian, industri dasar, perdagangan luar negeri,
penemuan-penemuan teknis baru dan perbaikan kehidupan rakyat.
Dari pidato Hua ini, para pengamat Cina berkesimpulan bahwa niat
pembangunan akan mengurangi peranan semboyan "politik sebagai
panglima."
Dalam bidang politik luar negeri HuaKuo-feng menekankan kembali
diteruskannya kebijaksanaan luar negeri yang telah dirintis oleh
Mao Tse-tung. RRC akan selalu menjalankan formulasi Mao yang
intinya berbunyi "Tiga Dunia" (artinya superpower, Dunia Kedua
yang perindustriannya telah maju dan Dunia Ketiga). Ini berarti
bahwa Cina akan selalu berjuang melawan superpooer Uni Soviet
dan Amerika dengan "sosial imperialis Uni Soviet" sebagai musuh
utama, bersahabat dengan Dunia Kedua untuk membangun negeri
serta "membentuk suatu front persatuan internasional bersama
Dunia Ketiga."
Segera setelah Hua Kuo-feng selesai dengan pidato pengarahannya,
Ketua sidang Yeh Chien-ying tampil dengan materi-materi yang
akan dibicarakan. Hal-hal yang dikatakan oleh Yeh Chienying
inilah yang barangkali akan merupakan kunci untuk melihat
perkembangan intern RRC dalam beberapa tahun mendatang ini.
Marsekal Yeh mengatakan bahwa KRN ke-5 ini akan membicarakan
politik ekonomi baru yang telah ditetapkan oleh Kongres PKC
ke-11 yang lalu, perubahan konstitusi dan penunjukan para
pejabat baru.
Akan halnya konstitusi baru, nampaknya memang akan ada
perubahan. Dan gejala ini diperlihatkan oleh suatu editorial
yang dimuat dalam organ resmi partai dan pemerintah, Harian
Rakyat hanya satu hari setelah KRN mulai bersidang. Nampaknya
kata "Cina sebagai suatu negara demokrasi sosialis" akan
menggantikan kata-kata dalam konstitusi 1954 yang menyebut "Cina
sebagai negara sosialis," atau sebagai negara demokrasi rakyat"
seperti yang dikatakan dalam konstitusi 1975. Seterusnya Harian
Rakyat mengatakan bahwa "Demokrasi sosialis kita akan menjamin
bahwa rakyatlah yang akan bertindak sebagai penguasa di negeri
ini." Para pengamat umumnya berpendapat ada kemungkinan sampai
beberapa tahun mendatang suatu "liberalisasi" atau sedikit
kebebasan bersuara atau mengeritik akan diijinkan di daratan
Cina.
Hua vs Teng?
Yang lebih penting lagi, menutut sebuah analisa, hasil kongres
akan mengungkapkan konflik yang sebelumnya selalu tersamar
antara Hua Kuo-feng, sebagai orang yang ditunjuk Mao untuk
menggantikannya, dengan Teng Hsiaoping yang telah dua kali
menjadi korban kaum radikal Maois. Dalam hal ini Hua harus
dilihat sebagai orang yang muncul ke arena politik berkat
kerja-sama dengan "Komplotan Empat" di masa lalu. Sedangkan Teng
disokong oleh para veteran administrator dan teknokrat, baik
dalam kalangan pemerintahan maupun militer.
Tanda-tanda terselubung rivalitas Teng-Hua kelihatan dalam media
massa Peking. Di awal bulan lalu sebuah suratkabar militer yang
ada di bawah kontrol Teng mengetengahkan serangkaian artikel
yang antara lain menyerang "beberapa oknum oportunis yang telah
menarik keuntungan dari kerjasama dengan kaum radikal." Termasuk
ke dalam kategori ini adalah orang-orang terkemuka yang "telah
luput dari keharusan untuk menanggung akibat perbuatannya."
Secara khusus artikel itu pun menunjuk pula "orang yang telah
menyebabkan terjadinya gempa politik."
Siapa yang dimaksud, tidak jelas. Namun, kalaupun benar ada
konflik, suatu showdown perebutan kekuasaan dan pengaruh antara
Teng dengan Hua dalam waktu dekat tak akan terjadi. Hasil
Kongres akhirnya ternyata menunjukkan bahwa Hua tetap Perdana
Menteri, sedang Teng cuma salah satu dari 13 Wakil Perdana
Menteri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini