Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Sehari Dalam Hidup Bung

Sekilas tentang ketua mpr/dpr adam malik menjelang su mpr. adam malik tidak menerima tamu karena minggu tenang. ditengah kesibukan lobbying, kehidupan adam malik & keluarganya tetap tenang. (nas)

11 Maret 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENJELANG Sidang Umum MPR, apa saja kerja Adam Malik sehari-hari? Di tengah kesibukan lobbying, kehidupan Ketua DPR/MPR itu bersama keluarganya, nampak tetap tenang. Linda Djalil dari TEMPO, yangditugaskan mengikuti Adam Malik selama dua hari, menurunkan laporannya: Ketua DPR/MPR Adam Malik tak lagi menerima tamu sejak 8 Maret ini. Beberapa hari menjelang sidang umum MPR, ia merasa perlu juga mematuhi ketentuan pemerintah. "Selain ada waktu untuk istirahat, kan itu minggu tenang," katanya. Tapi kebiasaan sehari-hari tetap ia jalankan. Bangun jam 5 pagi, lepas sembahyang ia sarapan dan, setengah jam kemudian sudah siap dengan baju golf. Cukup 9 holes, Adam Malik, 61, sudah merasa segar, lalu jam 8 pagi sudah bisa kembali di rumah. "Dengan demikian waktu kerja saya tak terganggu," katanya. Tampaknya ia termasuk pandai mengatur waktu. Itupun dilakukannya di tengah ramainya suara keluarga di rumah. Di ruang kerjanya, di rumah kediman resmi di Jl. Diponegoro 29, Sabtu pagi pekan lalu Adam Malik tampak membuka tasnya yang tebal itu. Ia memeriksa segumpal berkas. Tiba-tiba terdengar suara "Halo, si bapak." Yang menyapa akrab itu adalah Budi, putera ketiga yang sudah berkeluarga dan tinggal di situ. SI bapak lantas memberikan sebuah berkas kepada Budi yang entah apa isinya. "He, baca dulu, jangan buru-buru kasih komentar," kata Adam Malik, sementara anaknya yang kumisan itu senyum-senyum. Lalu Ny. Sumiati, sekretaris pribadinya, sibuk melayani "boss" memeriksa berkas-berkas. Sejak 14 tahun sekretaris pribadi Adam Malik yang cekatan itu mengatur segala urusan memeriksa surat masuk, tamu-tamu yang datang dan acara tiap hari. Berbeda dengan isterinya, dam Malik tampak kalem sekali meskipun sudah harus siap berangkat memenuhi undangan. Ny. Neli Malik tampak ingin cepat-cepat berangkat ke BKKBN yang pagi itu diresmikan gedung barunya di Jl. Letjen M.T. Haryono. "Ya, ya, ya... sabaarr..., ujar suaminya yang meneruskan membaca berkas-berkas. Dalam perjalanan menuju Pasar Minggu, Ny.Neli Malik tampak masih kuatir kalaukalau tiba belakangan dari Presiden. Tapi ia menarik nafas lega ketika sedan Mercy hitam model mutakhir itu tiba di tempat tujuan sebelum acara dimulai. Adam tak lupa membawa kamera. "Kalau tak bawa kamera, seperti tak membawa potiod," katanya. Setelah ceprat-cepret sebentar, Ketua DPR bersama isteri kemudian menuju kursi yang sudah disediakan. Tapi itu tak berarti Adam Malik betah duduk. Sebelum Presiden dan Ny. Tien Soeharto tiba, Adam Malik yang rupanya merasa gerah kemudian beranjak dari kursinya, menuju tempat Wakil Presiden Sultan Hamengkubuwono, yang hari itu kelihatan sehat. Mereka tampak bisik-bisik, agak serius. Adam Malik tak kelihatan senyum ketika kembali ke kursinya. Selesai acara, ia juga tak segera pulang. Tapi omong-omong dulu. Tak mudah juga baginya untuk pergi lebih dulu, karena ada saja yang mencegatnya. Sebelum menuju ke mobilnya, ia tampak asyik ngobrol dengan Dubes India A.C. Mishra. Rupanya yang dibicarakan Dubes Mishra itu menyangkut keterangan Adam Malik dalamharian The Straits Times akhir pekan lalu, yang digunting sensor. Sekitar jam 11, Mercy hitam yang dikawal jip putih kembali masuk pekarangan Jl. Diponegoro 29. Di rumah model kuno tapi sejuk itu Adam dan nyonya disambut ketiga cucunya. Si Bung, demikian ia dipanggil cucunya, kemudian mencium pipi mereka. Ketiga bocah itupun minta dipotret oleh si Bung, kemudian ramai main kucing-kucingan sambil jungkir-balik di dekat meja kerja Adam Malik. Terganggu? "Sama sekali tidak. Saya malah tak enak kalau tak bertemu mereka sehari," katanya. Siang itu juga Adam Malik masih menyempatkan diri ke Senayan. Ruang kerjanya di DPR tampak sederhana tapi bersih juga di sana ia hanya duduk sebentar. "Maklum hari Sabtu bapak tak banyak acara," kata Sidik sekretarisnya. Ia tak segera pulang, tapi masuk ruang rapat di lantai II yang sudah dihadiri para fraksi. Hari itu Adam Malik melanjutkan acara "lobbying" dengan DPP PDI, PPP dan Golkar, serta pimpinan fraksi ABRI dan Utusan Daerah. Bahwa di sana-sini masih ada beda pendapat, menurut Adam Malik soal yang lumrah. Tapi dia merasa tiap anggota "dapat mengerti dan tidak terlalu kaku, sehingga tidak mengambil sikap ekstrim." Acara lobblng itu, kata Malik, akan terus berlangsung selama sidang umum MPR. Ketika siap pulang, dalam lift yang penuh sesak itu, Adam Malik disapa orang. Sampai ke mobil pun dia tetap ditegur banyak orang. Kamera tetap dipegang di tangan kanan. Marlisa, si ajudan duduk di depan, di samping Bay, sopir Adam selama 15 tahun. Begitu sampai di rumah, Ny. Neli menyambut. Tapi sang suami tampak masih ingin melanjutkan kesibukannya dengan menuju ke ruang kerja. Maka Ny. Neli pun jadi tak sabar. "Ayo dong. Sudah laper nih, itu makanan sudah siap," katanya. Dan mereka pun menuju ruang makan di tingkat atas. Selama makan mereka berbincang sana-sini. Situasi sekarang menjadi topik siang itu. "Wah pa, di MPR nanti harus ada keadilan lho. Jangan sampai ada yang main kasar," kata salah seorang puteranya bersemangat. Si bapak tampak mengangguk-angguk lalu menjelaskan panjang-lebar Adam Malik, selain pandai melayani setiap pertanyaan anak-anaknya, juga dikagumi di rumah. Setiap kali ia bicara soal keadaan sekarang, anak-anaknya tampak mendengarkan dengan penuh perhatian. Senin kemarin, Adam Malik tampak lebih rapih dari biasa. Berjas coklat muda, dasi coklat, begitu pula warna sepatunya. Apakah ibu yang pilih kombinasi? "Saya bisa memilihkan baju untuk dia," kelakar Adam Malik seraya menunjuk isterinya. "Tapi dia tak bisa memilihkan untuk saya." Ia juga mengaku lebih cermat mengepak koper bila beperyian ke luar negeri. KINI, sebagai Ketua DPR/MPR, Adam Malik tentu tak perlu, sering mengepak koper seperti masih jadi Menlu. Tapi dia merasa lebih tenang sekaran karena lebih dekat dengan rakyat. "Dulu tamu-tamu saya para dutabesar, kini para utusan rakyat kecil adalah gantinya," katanya. Dan salah satu puteranya nyeletuk "Wah macam-macam yang datang, sampai wakil pedagang kecil." Tentang minggu renang, Adam Malikberanggapan tak perlu dilakukan secara Lerlebihan. "Tak perlu libur sekolah atau libur kerja. Seolah-olah kita ini sedang nervous saja," katanya. "Padahal maksudnya-kan agar jangan meruncingkan keadaan." Jadi "wajar sajalah," tutupnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus