INI baru berita. Partai Komunis Jepang (Nippon Kyosan To) tahun lalu memperoleh dana Rp 237 milyar, dua kali lipat dari keuntungan yang diperoleh Mitsui & Co. -- perusahaan kedua terbesar di Jepang. Dana partai ini melebihi enam partai politik lainnya di Jepang, termasuk Partai Liberal Demokratik (LDP) -- partai terbesar di Jepang di bawah pimpinan PM Jepang Yasuhiro Nakasone -- yang hanya bisa mengumpulkan Rp 207,7 milyar. Angkaangka ini dikutip dari laporan Departemen Dalam Negeri awal September ini. Di Jepang semua parpol diwajibkan melaporkan dana politik (seiji shikin) yang mereka peroleh setiap tahun. Tampaknya keberhasilan ini berkat prinsip independen yang dianut PKJ. "Melalui sidang umum PKJ ketujuh tahun 1958. partai kami memutuskan tak akan membeo pada apa yang dikatakan Uni Soviet dan RRC. Kami berusaha memiliki dana yang bebas," ujar Hachiro Nashima, Kepala Bagian Keuangan dari Komite Sentral PKJ kepada Seiichi Okawa dari TEMPO. PKJ mengeduk uang dari iuran 480 ribu anggotanya dari usaha penerbitan dan sumbangan dari sejumlah donatir pribadi. Menurut catatan, sumbangan terbesar (91,6 persen) berasal dari usaha penerbitan koran dan majalah. Sisanya didapat dari bunga uang di beberapa bank, usaha penyewaan tanah dan timah, serta iuran para anggotanya. Dana PKJ yang berlimpah itu diperoleh berkat penjualan koran Akahata (Bendera Merah) yang beroplah 600 ribu eksemplar tiap hari, sedang edisi minggunya beroplah 2,4 juta. Wajah Akahata memang tak jauh bedanya dengan koran umum biasa, berbeda dengan koran partai politik Jepang lainnya, walau artikelnya sangat dipengaruhi oleh pikiran komunis. Koran setebal 16 halaman ini diisi dengan rubrik ekonomi, luar negeri, olah raga dan dilengkapi dengan acara televisi dan radio Jepang. Harian yang pada mulanya bernama Sekki itu diedarkan secara gelap oleh PKJ pada tahun 1928 dengan oplah hanya 600 eksemplar. Setelah Perang Dunia ke-II koran organ PKJ ini masih tetap dibekukan pemerintah Jepang. Untuk melancarkan komunikasi antar-anggotanya, PKJ menerbitkan edisi mingguannya dengan nama Akahata pada 1959. Sejak itulah Akahata berkembang pesat. Kini ia memiliki percetakan di enam kota, 380 wartawan, termasuk 13 koresponden di Uni Soviet, Eropa Timur, bahkan di negeri kapitalis seperti AS dan Prancis. Sementara itu, partai terbesar Jepang, LDP, boleh puas dengan dana Rp 207,7 milyar. Padahal, mereka mendapatkan sumbangan dari perusahaan raksasa seperti Nippon Steel Corp, dan sejumlah bank swasta: Mitsubishi, Sumitomo, dan Fuji. Tak mengherankan jika suara sumbang terdengar, dengan menyebutkan bahwa PKJ bukanlah partai politik, melainkan sebuah perusahaan penerbitan. "Cara kerja PKJ yang menggantungkan hampir seluruh pendapatannya pada usaha penerbitan menunjukkan bahwa PKJ adalah partai politik modern yang sesungguhnya," bantah Hachiro Nashima, yang menjadi anggota PKJ sejak 1948. Jaringan penjualan berbagai penerbitan PKJ dikelola sendiri oleh para anggota PKJ, hingga PKJ mirip gabungan orpol dan bisnis. Tak ada data jelas yang menunjukkan berapa besar kekayaan Partai Komunis Jepang itu. Selain memiliki sejumlah percetakan, mereka pun memiliki duagedung berlantai lima dan sebelas yang dipakai sebagai kantor pusat PKJ di Tokyo, dan sebuah gedung besar sebagai tempat tinggal para pejabat tinggi PKJ di Kota Atami. Partai Komunis Jepang 'Nippon Kyosan To' didirikan pada 15 Juli 1922 di Tokyo. Partai yang bertujuan melepaskan kelas buruh Jepang dari tekanan imperialisme AS dan kapitalisme monopoli Jepang itu mempunyai 43 kursi (dari 638 kursi) di parlemen. Sepuluh di antara wakil PKJ ini wanita, padahal LDP yang memiliki 452 kursi cuma 9 yang wanita. Ini bisa dimaklumi: 38% anggota PKJ wanita. Didi Prambadi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini