Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

<font size=1 color=#FF9900>SBY - JK</font><br>Belum Ada Waktu untuk Kalla

Semenjak datang dari luar negeri, Kalla belum diberi waktu untuk melapor ke Presiden Yudhoyono. Bertemu Hillary pun tak dijadwalkan. Pertanda duet kian kritis?

23 Februari 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SALAT Jumat baru saja kelar, disambut gerimis siang pekan lalu. Di dalam masjid di kompleks kantornya, di ka­wasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Wakil Presiden Jusuf Kalla tak segera beranjak. Ia duduk bersila dike­lilingi puluhan jemaah. ”Mereka peng­urus Golkar daerah dan tokoh Islam pendukung beliau,” kata seorang stafnya di kantor yang sarat pohon dadap merah itu. Sekretaris Wakil Presiden, Tursandi Alwi; dan cendekiawan muslim yang kini menjadi petinggi di kantor Kalla, Azyumardi Azra, ikut pula mendampingi.

Menjelang masuk koridor Istana Wakil Presiden, mereka berpamitan satu per satu, sambil bersalaman dan saling peluk. Berpuluh langkah kemudian, Kalla, yang kala itu berbaju koko putih, masuk ruangan. Puluhan wartawan sudah menantinya—dan inilah jumpa pers pertamanya semenjak pulang dari lawatan ke Jepang, Amerika Serikat, Belgia, dan Belanda, Ahad dua pekan lalu. Pertanyaan berkisar pada kesiapan JK untuk maju sebagai calon presiden jika kelak diusung Partai Golkar yang dipimpinnya.

Kalla sedikit menjelaskan ihwal ­operasi ”daging tumbuh di kanan kepala” di Amerika Serikat. Ia membantah gosip terkena stroke ringan. ”Manalah saya stroke. Saya sehat, bisa keliling ke banyak negara,” katanya menjawab Tempo (lihat ”Operasi Kutil di Klinik Mayo”). Mimiknya agak gusar ketika ditanya tentang dua perkara sensitif: mengapa sejak pulang dari lawatan jauh itu belum diterima Presiden Yudhoyono, lalu kenapa pula tak dijadwalkan bertemu Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton?

Padahal Kalla pernah berujar bahwa dirinya akan bertemu Hillary. Ketika bertandang ke Wakil Presiden Joe Biden di Gedung Putih, Washington, DC, awal Februari lalu, JK menyatakan siap membantu menyelesaikan konflik di Palestina. Sebagai penggagas perdamaian dengan Gerakan Aceh Merdeka, dia punya resep khusus. Proposal inilah yang sejatinya akan dibahas jika bertemu istri mantan presiden Clinton itu. Tapi hingga sang tamu negara pulang, tak ada jadwal untuk Kalla. ”Menteri Luar Negeri Nur Hassan Wirajuda akan mengusahakan, tapi jadwalnya ketat sekali,” kata JK.

Hillary hanya bertemu Menteri Wirajuda dan Presiden Yudhoyono—ia disambut hingga di halaman Istana Negara. Selebihnya, dia melihat proyek sanitasi yang dibiayai Amerika, meninjau kantor ASEAN, berdiskusi dengan para editor, bahkan mengisi acara talk show di RCTI yang dipandu Isyana Bagus Oka dan artis Luna Maya dengan latar belakang penyanyi Agnes Monica dan Melly Goeslaw. Sang tamu istimewa cekikikan ketika mengaku suka musik Rolling Stones dan The Beatles. ”Hah, ngapain dia datang ke acara itu?” ujar sumber Tempo di kantor Kalla, setengah berteriak.

Tapi, dari Kedutaan Besar Amerika di Jakarta ada jawaban. ”Padanan beliau (Hillary) adalah Menteri Wirajuda, dan bagi kami, kalau sudah bertemu presiden, umumnya tak lagi bertemu wakil presiden,” ujar Duta Besar Cameron R. Hume kepada Hermien Y. Kleden dari Tempo. ”Kebetulan Hillary pengen ketemu Presiden, ndak ada politik-politikan di sini,” ujar Prasetyo Budhi, Kepala Sub-Direktorat Upacara Diplomatik di Departemen Luar Negeri. Menurut juru bicara departemen ini, Teuku Faizasyah, belum pernah ada permintaan kunjungan ke Wakil Presiden.

Masih ada yang lebih gawat. Sepulang dari lawatannya ke luar negeri, hingga akhir pekan lalu, Kalla, yang hendak melaporkan hasil kunjungannya, belum juga diberi waktu ”menghadap”. ”Kami tak tahu maksud Presiden belum juga menerima beliau, apa susah­nya bertemu sejenak,” kata seorang staf Kalla. Baru kali inilah sepanjang perjalanan Wakil Presiden melawat ke luar negeri, tak segera diberi waktu Presiden. ”Beliau sibuk, sempat pilek, dan keburu berangkat ke Jawa Timur,” ujar seorang pengusaha yang menjadi karib SBY-JK.

Kalla sudah meminta waktu. Begitu dia mendarat di Halim Perdanakusuma, Ahad dua pekan lalu, dia sudah siap berangkat ke rumah atasannya itu di Cikeas, Bogor, untuk melapor. Tapi tak tembus, hanya bicara via telepon. Esok harinya, Kalla siap menemui SBY seusai syuting sebuah stasiun televisi di Hotel Four Seasons, Jakarta. ”Pak Kalla mendapat kabar bahwa Pak SBY kena flu, nanti malah menular,” kata sebuah sumber. Batal lagi, sampai akhirnya Presiden ke Jawa Timur dan menerima Hillary. ”Kami rasa cukuplah sudah bicara lewat telepon,” kata Kalla kepada pers.

Adakah ini isyarat bahwa duet yang berkuasa sejak 2004 itu mulai tak akur? ”Waduh, saya enggak tahu sama sekali, mungkin keduanya sama-sama sibuk,” kata juru bicara kepresidenan, Dino Patti Djalal. ”Dua-tiga hari ini saya sakit dan berada di luar kota, jadi belum tahu persis,” kata Andi Mallarangeng, kolega Dino. Sebuah sumber di kantor Wakil Presiden menyayangkan SBY masih kerap ”meragukan” lo­yalitas Kalla, yang kerap pasang badan untuk bos besarnya itu. ”Bawaannya curiga terus, padahal JK sudah berbuat banyak untuk SBY,” katanya.

Belakangan tensi Partai Golkar dan Demokrat agak panas. Pemicunya, pernyataan Ahmad Mubarok, petinggi partai pro-SBY itu, pada medio Februari lalu. Dia mengatakan bahwa partainya emoh berkoalisi dengan Golkar, yang diperkirakan meraup hanya 2,5 persen suara. Kalla, yang saat itu berada di Den Haag, Belanda, meradang. ”Sungguh mimpi buruk kalau kami cuma dapat segitu, kalau orang lain yang mimpi buruk, silakan,” katanya. SBY sampai turun tangan, menegur keras Mubarok—walau lewat pesan pendek.

Wahyu Muryadi, Iqbal Muhtarom, Akbar Tri Kurniawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus