TAK ada lagi kesan kaku dalam diplomasi pimpinan Uni Soviet kali ini. Mengenakan jas perlente model Barat, didampingi istrinya yang - selalu mengulum senyum, pekan lalu, Mikhail Gorbachev, pemimpin tertinggi Partai Komunis Uni Soviet, tiba di Paris, untuk menawarkan ide peredaan perlombaan senjatanya kepada para pimpinan Prancis. "Api peperangan harus dipadamkan, sebelum meletup," ujarnya, beberapa saat setibanya di bandar udara Orly, tanpa nada mengancam. Bahkan, pimpinan PKUS yang baru diangkat enam bulan lalu itu menganggap Eropa sebagai tanah air bersama. Juga tak kalah menariknya adalah penampilan Nyonya Gorbachev, yang gaya dandanannya dianggap berselera tinggi dan Barat. Para wanita Paris pun, yang ambil bagian dalam upacara penyambutan pasangan paling berkuasa di Soviet itu di bandar udara, sempat dibuat bengong begitu melihat nyonya besar tersebut menuruni tangga pesawat. Bahkan Pierre Cardin, pemilik dan perancang mode terkemuka di dunia saat ini, melemparkan pujian yang tak kepalang tanggung. "Anggun dan cantik," ujarnya. Dalam kunjungan resminya yang berlangsung tiga hari itu, Gorbachev bertemu sampai tiga kali dengan Presiden Francois Mitterrand, di samping berbicara di depan Parlemen Prancis. Dan dalam acara-acara jamuan resmi, ia tampil dengan santai serta tidak canggung menghadapi kelakar tinggi gaya Paris. Sehingga, seorang pembantu dekat Mitterrand yang sudah beberapa kali bekerja untuk Presiden Prancis, menilai penampilan Gorbachev lebih mirip pimpinan sebuah perusahaan Amerika. Prakarsa perdamaian yang dibawanya ke Paris itu, menurut Gorbachev, kalau berhasil, akan memberi peluang besar dalam penghapusan total persenjataan nuklir dari muka bumi. "Manusia harus diamankan dari ancaman perang nuklir," ujar Gorbachev, yang mengaku sudah menyingkirkan sebagian peluru kendali berkepala nuklirnya, SS 20, dari daratan Eropa. Kunjungan Gorbachev ini, yang juga merupakan perjalanan pertamanya ke negeri Barat sebagai pimpinan PKUS, sebenarnya merupakan persiapan rencana pertemuan puncaknya dengan Presiden AS Ronald Reagan di Jenewa, bulan depan. Oleh sebab itu, dua pokok pembicaraan yang dibawanya ke Paris juga menyangkut hubungannya dengan AS: pengurangan separuh dari senjata nuklir AS dan US yang sanggup saling menjangkau wilayah masing-masing - termasuk senjata Kartika Yudha, dan pembicaraan langsung Soviet dengan Prancis dan Inggris tentang peluru kendali jarak menengah. Di samping itu juga dijanjikan bahwa peluru-peluru kendali yang telah di cabutnya dari daratan Eropa akan dimusnahkan. Namun, dari Cincinnati, Ohio Reagan menyatakan bahwa pihaknya akan terus mengembangkan persenjataan Kartika Yudha, dan tidak mempercayai janji Gorbachev. "Peluru-peluru kendali SS 20 sangat mudah dipindah-pindahkan, sehingga setiap saat, bila dibutuhkan, akan segera ditampilkan kembali," ujar Reagan. Presiden yang antikomunis itu menduga bahwa secara diam-diam Soviet telah memasang kembali peluru-peluru kendali itu di wilayah Asia. Sedangkan Prancis dan Inggris sendiri mengambil sikap dingin terhadap usul-usul Gorbachev itu. Di masa lalu, kedua negara itu menolak setiap pembicaraan yang menyangkut kebebasan kekuatan nuklir mereka, karena kekuatan nuklir mereka masih terlalu kecil dibanding kekuatan Amerika dan Soviet. Sementara itu, Nyonya Raisa Gorbachev, yang tampaknya enggan mencampuri urusan politik suaminya, menghabiskan waktunya dengan mengunjungi butik-butik terkemuka di Paris, mengenakan pakaian model Barat mutakhirnya. Sehingga, sebuah koran populer Perancis, France Soir, memasang foto first lady Negara Tirai Besi itu sebesar lima kolom di halaman depan. "Penampilan yang menarik dan anggun first lady Soviet adalah senjata rahasia pimpinan Kremlin," demikian keterangan yang tertera di bawah foto itu. Dan senjata rahasia itu tampaknya masih kurang ampuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini