Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kembalinya obote dengan pemilu

Pemilihan umum di uganda, partai obote (vpc) dinyatakan menang. (ln)

27 Desember 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KAMPALA mendadak jadi sepi selama 3 hari. Jalanjalan pada lengang, orang hampir tak berani ke luar rumah. Sementara itu sebagian besar toko juga ikut tutup Ibukota Uganda yang berpenduduk 400 ribu jiwa itu nyaris bagaikan kota mati. Penduduk rupanya begitu khawatir kalau pemilihan umum yang sudah berlangsung itu membawa akibat buruk buat mereka. Apalagi pada malam hari suara tembakan terus berdentum. Tentara rupanya sengaja menembakkan senjata mereka ke udara. Maksudnya bukanlah untuk memeriahkan pemilu, tapi sekedar peringatan kepada lawan politik Dr. Milton Obote agar menerima begitu saja pengumuman hasil pemilu. Soalnya ialah sejak sebelum berlangsungnya pemilu, tentara secara terangterangan mendukung Obote. Memang permainan kotor diungkapkan. Partai Demokrat yang dipimpin Paul Ssemogorere mengeluarkan pernyataan menolak hasil pemilu itu. Ia bahkan menghimbau agar dilangsungkan lagi pemilu di bawah pengawasan komisi yang independen. Soalnya ialah berbagai pelanggaran telah terjadi di tujuh wilayah. Dan Ssemogorere menuduh bahwa pejabat militer dan sipil telah ikut membantu memenangkan Partai Kongres Rakyat Uganda (UPC). Pendukung Obote konon telah melakukan intimidasi terhadap pengikut Partai Demokrat, dengan memaksa mereka meninggalkan tempat sebelum surat suara dihitung. Membuka Jalan Pemilihan. umum yang berlangsung 10 Desember itu semula dibayangkan akan mengakhiri tirani di negara itu. Belum tentu. Sejak digulingkannya Marsekal Idi Amin dengan bantuan tentara Tanzania, kekerasan bersenjata ternyata belum punah. Penggantinya, Presiden Yusufu Lule juga terguling setelah bentrokan dengan Muwanga. Dan begitu pula nasib presiden berikutnya, yaitu Godfrey Binaisa. Ia digulingkan Muwanga, Mei lalu, untuk membuka jalan bagi kembalinya bekas Presiden Milton Obote (lihat box). Maka jauh hari sebelum pemilu itu kalangan pengamat sudah menduga bahwa partai Obote, UPC, pasti akan menang. Dan hasil pemilu yang diumumkan kemudian (13 Desember) menunjukkan UPC menguasai 67 kursi dalamparlemen. Sedang Partai Demokrat hanya dapat 47 kursi. Buat mereka yang bukan pendukung Obote hasil pemilu ini sungguh tidak mengejutkan. Karena Muwanga mengambil oper proses penghitungan suara. Ia juga mengumumkan dirinya sebagai hakim yang menentukan sah atau tidaknya surat suara yang masuk. Jalan yang ditempuh Obote kelihatan agak sah, apalagi melalui suatu pemilu yang juga disaksikan oleh wakil Negara Persemakmuran. Namun prosesnya hampit tak berbeda dengan cara Amin dulu merebut kekuasaan. Komisi pengawas pulang sehari setelah berlangsungnya pemilu. Dalam kesimpulannya, komisi yang dipimpin Ebenezer Debrah, bekas Dubes Ghana di London, menyatakan bahwa "Pelaksanaan pemilu adalah sah." Namun beberapa anggota tim pengawas menyatakan kesangsiannya. "Yang saya tidak mengerti mengapa hasil pemilu itu begitu lama baru diumumkan," kata seorang anggota. Komisi itu mengumumkan kesimpulan mereka sehari sebelum Muwanga mengambil oper penghitungan suara. Menurut sumber di Kampala, hasil pemilu itu sengaja ditunda pengumumannya karena tersebar berita Partai Demokrat menang mutlak. Obote tampaknya tidak mempedulikan berbagai kecaman. Ia tetap mengangkat sumpah pekan lalu sebagai Presiden Uganda berdasarkan hasil pemilu.Segera setelah itu Obote membebaskan bekas Presiden Godfrey Binaisa dari tahanan rumah. Binaisa pada masa pemerintahan Obote dulu pernah menjabat Jaksa Agung. Tapi buat Obote tantangan utama adalah bagaimana menyelesaikan konflik bersenjata yang sering terjadi di dalam negeri. Sementara itu penyakit busung lapar masih melanda penduduk di beberapa daerah. Di Provinsi Karamoja ribuan penduduk hidup dalam keadaan lapar. Mereka sehari-hari hanya menanti belas kasih bantuan negara asing. Yang jelas pemerintahan Obote akan lebih kuat ketimbang rezim sebelumnya. Apalagi ada dukungan penguasa militer Paulo Muwanga, yang juga diangkat sebagai wakil presiden merangkap menteri pertahanan. Dan Tanzania, tetangga dekat Uganda, juga sudah menyatakan mendukung Obote.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus