REKONSILIASI", itulah yang dicanangkan Milton Obote ketika
ia tiba di kota perbatasan Bushenyi. Setelah hampir 10 tahun
hidup dalam pengasingan di Tanzania, hari itu ia disambut dengan
suatu rapat raksasa yang diselenggarakan Partai Kongres Rakyat
Uganda (UPC) yang didirikannya tahun 1960. "Semua rakyat Uganda
mesti bersatu dalam membangun kembali negeri ini. Tidak ada
jalan lain, hidup atau hancur kita harus bersama-sama," ujar
Obote. Pidatonya itu juga disiarkan radio Kampala, 27 Mei lalu.
Ia sengaja memilih Bushenyi sebagai tempat persinggahannya
pertama menuju Kampala, Ibukota Uganda. Memang di Bushenyi ia
lebih populer ketimbang di Kampala. Menurut sas-sus yang beredar
waktu itu, di Kampala terJadi pemogokan sebagai pertanda menolak
kembalinya Obote ke Uganda. Tapi kedatangannya memang sudah
dipersiapkan oleh penguasa militer, Paulo Muwanga, yang baru 3
minggu mengambil alih kekuasaan dari Presiden Godfrey Binaisa.
Milton Obote, lahir tahun 1925 di Desa Akokoro di Lango,
adalah anak ketiga dari seorang kepala suku di wilayah itu.
Pendidikannya terbilang tinggi. Ketika kuliah di Universitas
Makerere, ia mempelajari ilmu politik dan ekonomi. Usahanya
melanjutkan pelajaran pernah dihalang-halangi penguasa kolonial.
Karena itu Obote kemudian pindah ke Kenya.
Di Kenya, Obote bekerja di perkebunan tebu, tempat ia
berkenalan dengan serikat buruh yang kemudian menjadi bidang
studinya. Dan ia ikut aktif dalam aksi politik yang dilancarkan
Persatuan Kenya Afrika (KAU) yang dipimpin Jomv Kenyatta. Ketika
organisasi itu dilarang, 1953, Obote tetap bergerak di Kenya.
Baru tahun 1957 ia kembali ke Uganda.
Setahun di Uganda, ia terpilih sebagai anggota Dewan
Legislatif mewakili Partai Nasional Kongres Uganda (UNC). Semasa
di dewan itu ia tergolong tokoh Afrika yang berani mengritik
penjajah Inggris. Hingga ia selalu menonjol dalam perjuangan
kemerdekaan Uganda. Dan ketika UNC pecah, Obote melangkah maju.
Bersama-sama anggota Partai Persatuan Rakyat Uganda (UPU) ia
mendirikan partai baru, yaitu UPC.
Tujuan utamanysL mendirikan UPC adalah melawan kekuasaan
Raja Mutesa I di Buganda. Di masa penjajahan Inggris, Uganda
terbagi atas 4 wilayah pemerintahan. Satu di antaranya dan
tcrkuat adalah Buganda yang dipimpin oleh Raja Mutesa.
Obote rupanya sudah lama mencitacitakan terbentuk suatu
negara kesatuan Uganda. Tapi tahun 1961, ia terpaksa mengadakan
kompromi dengan Partai Kabaka Yekka (hanya raja) di Buganda
untuk membentuk negara federal.
Ketika Uganda merdeka, 9 Oktober 1962, Obote diangkat
sebagai Perdana Menteri. Partainya menguasai mayoritas kursi di
parlemen. Sejak itu pertentangannya dengan kekuasaan di Buganda
semakin meningkat. Akhirnya Obote memerintahkan Jenderal Idi
Amin Kepala Staf Angkatan Darat, menyerang istana Raja Mutesa,
1966. ntah tahu dari mana akan ada serangan, sang raja sempat
melarikan diri ke Inggris, dan kemudian meninggal di sana.
Sebelum penyerangan itu, Obote sudah mengumumkan
pengangkatan dirinya sebagai Presiden negara kesatuan Uganda.
Ia juga mengumumkan konstitusi tidak berlaku lagi guna
membentuk pemerintahan yang sentralistis. Dan sejak itu Obote
melakukan tur ke daerah untuk mencari dukungan. Tahun 1968, ia
mulai mengumandangkan perlunya 'kultur politik' yang baru bagi
Uganda. Ia secara tegas mengumumkan bahwa Uganda menempuh jalan
sosialis. Atau, dengan istilah yang biasa disebutnya, 'bergerak
ke kiri'.
Gerakan ini tentu saja mendapat tantangan dari kalangan
militer. Bahkan hal ini mempengaruhi hubungannya dengan Idi
Amin. Jenderal ini yang sebelumnya dikenal setia pada Obote
secara diam-diam menyusun kekuatan. Keresahan yang timbul karena
sikap otoriter Obote dimanfaatkan oleh Idi Amin. Itu berpuncak
ketika Obote menghadiri sidang Negara Persemakmuran di
Singapura, Januari 1971.
Melindungi Amin
Begitu pesawat yang membawa Obote dari Singapura singgah di
Bombay, kapten pesawat itu menemuinya dan memberitahukan bahwa
pihak militer mengadakan kudeta di Uganda. Kudeta yang dipimpin
Idi Amin ternyata berhasil. Dan Obote membatalkan perjalanannya
pulang. Ia kemudian dapat perlindungan dari Presiden Tanzania,
Julius Nyerere. Adalah Nyerere pulalah yang membuka jalan buat
Obote kembali ke Uganda. Malah Nyerere mengirimkan 10.000 orang
tentaranya untuk menggulingkan Idi Amin April 1979.
Namun terhadap Idi Amin, Obote punya kesan yang mendalam. Ia
pernah melindungi Amin dari kemungkinan diperkarakan. Amin yang
waktu itu masih pemimpin peleton telah memerintahkan aksi
pembunuhan terhadap suku Turkana. Menjelang kemerdekaan Uganda,
Gubernur Inggris waktu itu Sir Walter Coutts, mengingatkan Obote
agar Amin diadili. Tapi, mengingat perwira pribumi ma5ih
sedikit, Obote membiarkan Amin tanpa diadili. "Saya ingatkan,
perwira ini Idi Amin akan merepotkan anda di kemudian hari,"
kata Sir Walter kepada Obote. Benar itu terjadi kemudian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini