Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Luar Negeri telah menyiapkan rencana kontingensi bagi pasukan Indonesia yang berada di Lebanon. Strategi tersebut sudah dikantongi oleh Kemlu untuk digunakan apabila situasi memburuk di perbatasan Israel-Lebanon.
Kelompok Lebanon Hizbullah dan Israel telah meningkatkan baku tembak di perbatasan sejak perang Israel di Gaza pecah pada 7 Oktober lalu. Meningkatnya kekerasan baru-baru ini sebagian besar hanya terjadi di wilayah perbatasan, meskipun Israel telah melakukan serangan udara terbatas lebih dalam ke wilayah Lebanon.
Sejak pertempuran dimulai, lebih dari 150 orang telah terbunuh di pihak Lebanon, menurut penghitungan Committee to Protect Journalists (CPJ). Sebagian besar dari mereka adalah pejuang Hizbullah, sementara belasan adalah warga sipil, dan tiga di antaranya adalah jurnalis.
Di pihak Israel, setidaknya empat warga sipil dan sembilan tentara telah tewas sejak 7 Oktober, menurut angka dari militer Israel.
Kemlu mengatakan sejauh ini tidak ada perubahan mandat dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap pasukan Indonesia di Lebanon. “Kita terus men-engage pasukan-pasukan kita di Lebanon melalui duta besar kita di Lebanon,” ujar Retno saat ditemui di Jakarta Selatan pada Rabu, 27 Desember 2023.
Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) dan Badan Hukum Indonesia (BHI) di Kemlu, Judha Nugraha, mengatakan ada sekitar 217 WNI di Lebanon.
“Jadi dari waktu ke waktu, kita tidak hanya melihat situasi di Gaza tetapi juga dengan negara lain yang kemungkinan terdampak oleh situasi di Gaza,” ujarnya.
Menurut catatan terakhir Kemlu pada Oktober lalu, terdapat 1.200 anggota kontingen Indonesia yang bertugas di Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL). Mereka ditempatkan di Lebanon selatan, sepanjang perbatasan darat dan laut Lebanon-Israel.
NABIILA AZZAHRA A. | AL JAZEERA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini