DIDIRIKAN oleh sekelompok ulama pada 1926, Nahdlatul Ulama
umumnya dianggap lahir sebagai reaksi kelompok tradisional itu
terhadap munculnya gerakan modernisasi Islam yang dilakukan
Muhammadiah.
Organisasi sosial keagamaan ini mulai meninggalkan cirinya pada
1952, tatkala keluar dari Masyumi dan mandiri sebagai partai.
Secara politis NU membuat langkah yang mengejutkan tatkala
menempati urutan ke-3 dan meraih 45 kursi dalam Pemilu 1955
(sebagai perbandingan, PNI dan Masyumi masing-masing mendapatkan
57 kursi, sedang PKI 39 kursi).
Maka mulailah berkembang sayap politik NU, di samping ulama.
Dalam tahap ini para politisi yang mewakili NU pada lembaga
legislatif dan eksekutif, datang dari "bawah", dengan akar kuat
pada tradisi NU.
Keterlibatannya yang semakin dalam di bidang politik menyebabkan
NU makin jauh dari kehadirannya sebagai jamiyah. Porsi terbesar
kegiatannya juga semakin beralih ke bidang politik. Sebab ketika
itu ukuran "kebesaran" dinilai dari keberhasilan suatu partai
dalam berpolitik.
Pembaharuan struktur politik, berupa penyederhanaan struktur
kepartaian, yang terjadi setelah Pemilu 1971 ternyata berakibat
panjang. Parpol yang berfusi, turun derajatnya menjadi unsur.
Konflik antarunsur -- seperti antara NU dan MI dalam PPP --
terjadi dalam usaha memperebutkan kendaii politik partai.
Intern unsur NU pun tak sepi dari konflik antara ulama dan
politisi memperebutkan kepemimpinan.
Pembaharuan struktur politik antara lain juga mengharuskan
pemisahan agama dan politik. Tingkah laku politik yang dianggap
oposisi dan apatis tidak dikehendaki. Ini juga mengakibatkan
konflik dalam parpol, hingga menimbulkan pergeseran-pergeseran.
Kelompok yang dianggap "kurang akomodatif" bisa di-recall
keanggotaannya di DPR, atau tidak dicalonkan lagi dalam Pemilu.
Dalam hal ini pemerintah, yang berkepentingan memelihara
stabilitas demi pembangunan, sangat berperan.
Hingga kemudian buat para politisi parpol, hubungan baik dengan
pemerintah menjadi amat penting, guna memperkuat posisi
politiknya. Hubungan ini bahkan terasa lebih penting ketimbang
dukungan dari bawah Kebijaksanaan "massa mengambang" juga makin
menjauhkan politisi dari akarnya.
Di NU, perkembangan ini menyebabkan peran ulama makin
dikesampingkan. Semula mereka merupakan perantara antara
politisi dan massa. Kini, seperti terlihat dalam penyusunan
daftar calon PPP untuk Pemilu 1982, para politisi bisa
melepaskan ketergantungannya pada ulama.
Idham Chalid, yang dikenal punya hubungan baik dan diterima
pemerintah karena sikapnya yang moderat, tampaknya merupakan
tumpuan kelompok politisi NU yang condong bersikap akomodatif.
Bisa dimengerti jika para pendukungnya tidak ingin melihat
patron mereka ini digeser dari kedudukannya.
Menyusutnya peranan semula NU rupanya disadari oleh para ulama.
Dalam Muktamar Semarang 1979 disepakati untuk mengembalikan NU
sebagai organisasi sosial-keagamaan seperti waktu didirikan pada
1926. Dibanding dengan Muhammadiah, misalnya, yang memiliki
banyak sekolah, rumah sakit dan usaha sosial lainnya, NU memang
ketinggalan jauh. Ini rupanya yang antara lain ingin dikejar.
Dengan kembali sebagai organisasi sosial, para ulama NU di
samping ingin mengembalikan wibawa ulama juga ingin menjauhi
konflik yang gampang timbul jika NU tetap terlibat dalam
politik. Para politisi NU dengan demikian kelak tidak akan lagi
tampil sebagai wakil NU, tetapi sebagai pribadi. Dengan kata
lain, NU akan kembali ke pesantren.
Rencana ini tampaknya didukung oleh sebagian besar warga NU,
termasuk Idham Chalid. "Saya berharap agar NU nanti akan lebih
banyak mencurahkan kegiatan di bidang dakwah dan pendidikan,"
ujarnya.
Dukungan juga datang dari generasi muda NU. Bekas ketua umum
Perhimpunan Mahasiswa Islam Indonesia Ahmad Bagja menilai,
"sebagai organisasi sosial-keagamaan, manfaat kehadiran NU akan
bisa langsung dirasakan oleh masyarakat, khususnya jamaah NU
sendiri," katanya.
Kebijaksanaan pemerintah, agar semua parpol dan ormas nantinya
hanya berasaskan Pancasila, tampaknya tak bertentangan dengan
rencana NU kembali ke khittah-nya semula. Tahun depan, agaknya
banyak menjanjikan perubahan dalam kehidupan politik di
Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini