Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pada Jumat, 29 November 2024, sebuah patung yang didedikasikan untuk Basil al Assad, kakak Presiden Suriah Bashar al Assad dirobohkan oleh kelompok pemberontak yang beroposisi terhadap rezim Bashar. Insiden ini terjadi di kota Aleppo, yang selama ini dikenal sebagai salah satu titik pertempuran sengit dalam konflik Suriah yang berkepanjangan.
Patung tersebut, dikutip dari washingtonpost.com, yang sebelumnya berdiri sebagai simbol penghormatan kepada Basil al-Assad, yang merupakan sosok yang dipersiapkan untuk menjadi penerus kepemimpinan Suriah sebelum kematiannya pada 1994, kemudian menjadi sasaran vandalisme.
Sosok Basil Al-Assad
Basill al-Assad, putra tertua dari Presiden Suriah, Hafizh al-Assad, lahir pada 23 Maret 1962 di Damaskus, Suriah. Basill dianggap sebagai calon penerus ayahnya dalam memimpin negara, namun tragisnya, ia meninggal dunia pada usia yang relatif muda, yaitu 31 tahun, dalam sebuah kecelakaan mobil pada 21 Januari 1994. Kematian Basill mengubah arah kepemimpinan di Suriah, karena Bashar al-Assad, adiknya, yang pada awalnya bukan pilihan utama, akhirnya mengambil alih sebagai Presiden Suriah.
Sejak usia muda, Basill sudah menunjukkan bakat dan kepemimpinan yang luar biasa. Ia dididik di sekolah-sekolah elit dan menerima pelatihan militer yang ketat, mengikuti jejak ayahnya yang juga seorang mantan perwira militer. Basil kemudian melanjutkan pendidikan di Akademi Militer Suriah, tempat di mana ia mendapatkan dasar yang kuat dalam kepemimpinan dan strategi militer. Setelah itu, ia terlibat dalam berbagai proyek dan program militer yang memperkuat posisinya sebagai calon penerus yang paling menjanjikan.
Basil juga dikenal memiliki minat yang besar pada olahraga, terutama berkuda. Ia sering mewakili Suriah dalam berbagai kompetisi internasional dan menjadi simbol kebanggaan nasional. Basill dianggap sebagai figur karismatik yang mampu menarik perhatian masyarakat Suriah. Pada masa hidupnya, ia dianggap sebagai pemimpin muda yang mampu membawa perubahan, dan banyak pihak yang berharap ia akan membawa Suriah menuju modernisasi.
Sebagai bagian dari persiapan untuk menggantikan ayahnya, Basil banyak terlibat dalam urusan politik dan administrasi negara. Ia diangkat dalam berbagai posisi penting, dan terlibat langsung dalam kebijakan militer serta pemerintahan. Ayahnya, Hafizh al-Assad, yang memerintah Suriah sejak 1971, dengan hati-hati mempersiapkan Basil untuk mengambil alih kekuasaan setelahnya.
Namun, pada tahun 1994, dikutip dari latimes.com, nasib tragis menimpa Basil. Ia meninggal setelah terlibat dalam kecelakaan mobil yang terjadi saat ia mengemudi dengan kecepatan tinggi di dekat Bandara Internasional Damaskus.
Setelah kematian Basil, rencana suksesi keluarga Assad terpaksa berubah. Bashar al-Assad, adik Basil yang sebelumnya tidak terlalu terlibat dalam urusan politik, kemudian dipersiapkan untuk menggantikan posisi Basil. Bashar, yang sebelumnya merupakan seorang dokter spesialis oftalmologi, akhirnya terpilih menjadi Presiden Suriah pada tahun 2000 setelah ayahnya, Hafizh al-Assad, meninggal.
Meski tidak pernah memegang kekuasaan, warisan Basil al-Assad tetap dihormati di Suriah. Pemerintah Suriah menamakan sejumlah fasilitas dan jalan dengan nama Basil untuk mengenang kontribusinya dalam pembangunan negara.
Pilihan Editor: Suriah Mencekam, Pemberontak Rebut dan Kuasai Istana Presiden di Aleppo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini