Di Seminari St. Vincent Ferre Archdiocesan di Ilolo City, Filipina, seorang remaja mengancam Bunda Maria. Nadanya datar, tapi terdengar amat serius. Jika asma yang dideritanya tidak juga angkat kaki hingga hari lulusnya nanti, niscaya berakhirlah cita-citanya yang mulia: menjadi pendeta. Ia tak kuat lagi. Si remaja akhirnya lulus, dan asma yang menyebalkan itu tak datang lagi.
Mungkin doa itu didengar, mungkin hasrat buat sembuh tinggi. Yang jelas, Jaime Lachica Sin, remaja itu, telah meraih anak tangga tertinggi dalam hierarki Gereja Katolik di negeri itu. Kita tahu ia, Jaime Cardinal Sin, 75 tahun, seorang kardinal populer yang baru saja pensiun. Pekan lalu pihak Vatikan telah menunjuk Gaudencio B. Rosales, bekas Uskup Agung Batangas, menempati posisinya yang tinggi. Waktu bergerak, tapi peraturan tak berubah: seorang uskup harus lengser begitu merayakan ulang tahunnya yang ke-75. Dan sebuah misa ulang tahun pensiunannya telah dilangsungkan tanggal 31 Agustus lalu.
Monsinyor Sin adalah nama yang tak bisa dihapus dari sejarah kontemporer Filipina, satu negeri yang mengawali demokratisasi dengan sebuah revolusi yang damai pada 1986. Waktu itu, di saat-saat genting sebelum Presiden Ferdinand Marcos turun takhta, ia melakukan sesuatu yang amat menentukan masa depan posisi Gereja Katolik. Mungkin ia sekadar menjalankan tugas, tapi Filipina bisa merasakan bahwa langkahnya berakibat jauh. Kardinal Sin menelepon para biarawati di Poor Claire Sisters, Pink Sisters, dan Carmelite Sisters.
"Keluarlah kalian dari sel-sel kalian. Kalian harus berdoa sambil bersujud di lantai. Kalian harus mulai puasa malam ini dan tidak makan makanan yang keras sampai saya bilang kapan berakhir. Kita sedang berperang. Kalau kita tidak menang dalam pertempuran ini, kalian harus puasa sampai akhir hayat kalian," ujar Sin. Setelah itu, ia menyeru lewat radio, meminta rakyat Filipina membuat barikade di Kamp Crame dan Kamp Aguinaldo di Quezon City. Tujuannya, melindungi para tentara di bawah pimpinan Menteri Pertahanan Juan Ponce Enrille dan ribuan orang yang menuntut Marcos mundur.
Kardinal Sin dan Gereja Katolik sosok yang berwibawa dan berpandangan kritis terhadap para penguasa. Tapi saat itu, Februari 1986, sejarah tengah bergerak dengan suara gemuruh, dan tanpa ragu mereka menentukan sikap. Lima belas tahun kemudian, pada 2001, gereja dan sang Kardinal terbukti masih punya gigi. Presiden Joseph Estrada dinilainya telah kehilangan moral untuk memerintah, dan bekas bintang film itu pun tersungkur sebelum masa jabatannya habis.
Kardinal yang amat high profile ini kerap heroik, tapi juga tak kurang kontroversial. Para pengkritiknya sering kali mengolok-olok kesediaannya menerima "uang haram", bantuan dari hasil kasino dan para bangsawan penjudi buat orang-orang miskin. Ia juga tampak amat konservatif ketika berbenturan pendapat dengan Presiden Fidel Ramos yang Protestan dalam soal peraturan keluarga berencana. Tapi rekan-rekannya biasa menggoda, melukiskan kontras dengan menghubungkan nama (Sin, dosa) dengan kedudukannya di gereja.
Kontroversi berjalan, tapi karisma politik kardinal berayah Cina beribu Filipina ini belum lagi redup. Gereja memang bukan hanya tempat bersembahyang atau mengaku dosa. Dari sana, kekuasaan mendapat restu atau rongrongan. Sin pernah menyebut kecurangan Marcos dalam pemilu sebagai dosa tak terampunkan. Dan tak kalah geram, Marcos menamakannya "tukang kipas pemberontakan dan corong segala pernyataan subversif". Tapi, ketika era otoritarian Ferdinand Marcos berakhir, lebih banyak orang yang mencari restu.
Hingga kini, mantan presiden Corazon Aquino termasuk orang yang kerap datang kepadanya. Demikian pula Presiden Gloria Macapagal Arroyo. Bahkan beberapa waktu lalu, dengan tubuh yang lemah didera sakit, Kardinal Sin sempat mendorong Gloria Arroyo maju dalam pemilu mendatang. Penghormatan jelas tergambar di misa hari ulang tahunnya. Presiden Gloria Arroyo terlihat dengan takzim mencium tangannya. Sang gembala masih menjalankan tugas penggembalaannya.
Purwani D. Prabandari (Manila Bulletin, Inquirer News Service, Sun Star)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini