Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kim Jong Un Ingin Terus 'Bergandengan Tangan' dengan Putin

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un ingin terus 'bergandengan tangan' dan menjadi sekutu dekat Presiden Putin, termasuk dalam invasi ke Ukraina.

12 Juni 2023 | 10.37 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un bersulang dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, saat acara jamuan makan malam di Vladivostok, Rusia, 25 April 2019. Presiden Putin mengatakan dia sangat berharap kunjungan Kim ini bisa membantu Rusia memahami apa yang bisa dicapai kedua belah pihak. KCNA via REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un ingin terus "bergandengan tangan" dan menjadi sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin. Pyongyang hendak meningkatkan kerja sama strategis dengan Moskow untuk memperkuat negara mereka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam sebuah pesan kepada Putin, yang menandai Hari Nasional Rusia, Kim membela keputusan Kremlin untuk menginvasi Ukraina. Ia menunjukkan dukungan penuh dan solidaritasnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Keadilan pasti menang dan rakyat Rusia akan terus menambah kejayaan dalam sejarah kemenangan," kata Kim dalam pesan yang dipublikasikan media pemerintah Korea Utara KCNA, Senin, 12 Juni 2023, dilansir Reuters.

Korea Utara telah berusaha untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Kremlin dan mendukung Moskow setelah menginvasi Ukraina tahun lalu. Pyongyang menyalahkan kenaifan dan kebijakan “hegemonik” Amerika Serikat dan Barat.

Dalam pernyataan resmi pertamanya atas serangan Rusia, Februari 2022, Kementerian Luar Negeri Korea Utara mengatakan bahwa Barat bersalah atas "penyalahgunaan kekuasaan". Pyongyang menilai Barat memaksa diri mereka sendiri dalam kesewenang-wenangan dan penyalahgunaan kekuasaan terhadap negara lain.

Washington berulang kali menyerukan dimulainya kembali pembicaraan tentang pembongkaran program nuklir dan rudal Pyongyang. Korea Utara telah menolak tawaran tersebut, dengan menuntut upaya perselisihan dan standar ganda Amerika Serikat dibatalkan.

REUTERS

Daniel Ahmad Fajri

Daniel Ahmad Fajri

Lulus dari Universitas Gunadarma jurusan Sastra Inggris pada 2019. Bergabung dengan Tempo pada 2021. Kini reporter di kanal Nasional untuk meliput politik dan kebijakan pemerintah. Bertugas di Istana Kepresidenan 2023-2024. Meminati isu hubungan internasional, gaya hidup, dan musik.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus