Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kini PM Ohira

Dalam pemilihan PM Jepang, Ohira berhasil menggeser Takeo Fukuda. Tapi pengamat tidak meramalkan adanya perubahan kebijaksanaan dari PM yang baru. Cuma Ohira tampaknya akan bersikap lunak dengan oposisi.(ln)

9 Desember 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERLAINAN dengan dugaan semula, sama sekali terjadi tanpa persaingan sengit. Masayosi Ohira, 68 tahun, pekan ini dilantik sebagai Perdana Menteri Jepang menggantikan Takeo Fukuda, 73 tahun. Ceritanya menjadi menarik karena dalam masa 23 tahun berkuasanya Partai Liberal Demokrat (LDP) di Jepang, baru kali ini anggota dan para simpatisan ikut menentukan pilihan sebelum para anggota LDP di parlemen memutuskannya. Biasanya ketua LDP -- yang otomatis akan jadi Perdana Menteri-hanya dipastikan pilihannya oleh anggota LDP yang berada di parlemen. Pemilihan yang diikuti 1,3 juta anggota dan simpatisan LDP pekan silam memberikan suara terbanyak kepada Ohira. Fukuda menduduki tempat kedua, sedang dua calon lainnya -- Nakasone dan Komura -- mendapat sisanya. Kalangan LDP mengungkapkan bahwa sebenarnya Ohira hampir saja menjadi Perdana Menteri pada pemilihan yang berlangsung 19 bulan silam. Waktu itu, demikian sumber LDP tersebut, Fukuda bisa dengan aman menduduki kursi kepala pemerintahan setelah bersepakat dengan Ohira bahwa ia akan mundur dengan terhormat dalam masa setahun. Ternyata kemudian Fukuda mengabaikan janjinya. Juli, santer terdengar kabar mengenai rencana Fukuda membubarkan parlemen untuk selanjutnya: melangsungkan pemilu. "Dengan cara demikian ia bisa memperpanjang masa pemerintahannya," kata seorang tokoh LDP. Tapi usaha itu mendapat tantangan keras dari anggota fraksinya di parlemen, yang kuatir perpecahan mungkin terjadi karena popularitas LDP sedang merosot. Rencana Fukuda itu nampaknya ber sumber pada kenyataan dalam parlemen yang mayoritas anggota LDP-nya tidak dikontrol Fukuda Di sana fraksi Kakuei Tanaka -- bekas Perdana Menteri yang jatuh karena skandal Lockheed -- ternyata masih cukup kuat. Dan Tanaka adalah teman Ohira. Mereka berdualah yang membuka hubungan dengan Cina di tahun 1972. Pekan silam Fukuda sebenarnya masih berhak mencalonkan diri lagi, sebab kekalahannya dari Ohira pada pemilihan tingkat pertama itu toh tidak terlalu menyolok. "Fukuda mengundurkan diri untuk menyelamatkan perpecahan dalam partai. Hal itu amat saya hargai," komentar Ohira kemudian. Para pengamat tidak meramalkan adanya perubahan kebijaksanaan dari apa yang telah digariskan Fukuda. Yang berbeda nampaknya adalah gaya memerintah. Fukuda dikenal flamboyan, sedang Ohira kelihatan ngantuk dan tak suka menarik perhatian. Sebuah sumber yang dekat dengan Ohira menyebutkan -bahwa untuk urusan dalam negeri, perdana menteri baru itu akan menghindari cara kekerasan yang selama ini ditempuh Fukuda. "Dia lebih suka berunding dengan oposisi," kata sumber tersebut. Ohira -- bekas Menlu dan bekas Menteri Keuangan -- memulai karirnya di bawah almarhum Hayato Ikeda, Perdana Menteri Jepang di tahun 1960-an. Anak petani kelahiran Propinsi Kagawa ini seorang Kristen yang saleh, tapi juga pemain golf yang fanatik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus