Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Pro Mao, Anti Mao Bergilir

Kampanye poster dinding melanda peking. Kritik dan kecaman terhadap Mao memang direstui pemerintah. Tapi Teng Hsiao-ping menilai isi poster itu sangat berlebihan. (ln)

9 Desember 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ANAK muda itu tiba-tiba berteriak: "Hidup Mao. Siapa yang mengkeritik Mao akan mampus." Dan orang ramai yang asyik membaca poster dinding di jalan raya Chang An itupun mengeroyok si anak muda. Kejadian di Peking pekan silam itu dengan segera dilupakan. Orang lebih sibuk dengan poster dinding yang makin banyak saja bermunculan. "Dari poster yang ditulis pada kertas lembaran buku tulis hingga kertas yang berukuran selebar dinding kini memenuhi dinding di sekitar lapangan Tien An Men," tulis seorang koresponden Jepang dari Peking. Tidak hanya merasa cukup dengan menulis poster, mereka juga berpidato. Bahkan muncul pula cara diskusi. Para wartawan asing di Peking melaporkan terjadinya kelompok diskusi di sepanjang jalan Chang An dan Hsi Tan di sekitar lapangan Tien An Men. Menjadi topik diskusi masaalah demokrasi dan hakhak azasi manusia. "Bagaimana mungkin negeri ini bernama Republik Rakyat Cina jika rakyat tidak punya hak untuk menentukan pilihan mengenai siapa yang harus memimpinnya," kata seorang pembicara. Pembicara lainnya menjadi bersemangat ketika tampak hadir beberapa wartawan asing. "Kenapa ekonomi kita tidak bisa semaju perekonomian Taiwan di bawah klik Chiang Kai-sek?" Seorang yang hadir di situ mendekati Philip Short, wartawan radio Inggeris, BBC. "Apakah kejadian di Peking ini disiarkan pers di luar Cina?" tanya orang itu. Ketika diberitahu bahwa koran, radio dan televisi dunia menempatkan berita Cina sebagai berita penting, mereka di situ menjadi amat gembira. Ketika poster dinding, pidato serta diskusi berlangsung seru di sekitar Tien An Men, di Balai Besar Rakyat berlangsung pula pertemuan para pemimpin Cina. Tidak diketahui pasti apa yang dibicarakan di sana. Tidak Apa-apa Wakil Perdana Menteri Teng Hsiaoping pekan silam menjelaskan bahwa antara dia dengan Ketua Hua Kuo-feng tidak terjadi apa-apa. Ia bahkan membantah spekulasi bahwa ia akan mengguling kan Hua. "Kampanye yang sedang berlangsung sekarang ini memang mendapat dukungan pemerintah. Tujuannya bukan membersihkan, melainkan untuk mengoreksi kesalahan yang dulu terjadi." Pernyataan Teng itu tersiar luas. Lantas seorang anak muda memasang poster yang mencela Teng sebagai "mencoba menutup-nutupi kesalahan Mao." Anak muda itu juga menulis "Cina mempunyai dua tembok. Tembok besar untuk menahan bahaya serangan asing, dan tembok spirituil yang dibangun oleh kaisar Chin Shih-huan." Kaisar Shih-huan bertahta di Cina 3 abad sebelum masehi. Memerintah secara otoriter dan terpusat, Mao Tse-tung sering menyamakan dirinya dengan kaisar tersebut. Kepada kolomnis Amerika, Robert Novak, yang menemuinya pekan silam, Teng menjelaskan: "Kampanye poster dinding itu bagus. Tapi tidak semua yang dikatakan di sana itu benar. Misalnya soal Mao. Mao itu mereka tuduh benar 70%. Itu tidak betul. Kebaikan Mao lebih 70%. Saya sendiri kebaikan saya cuma 60%, kesalahan saya 40%. "Pada wawancara yang sama Teng mengakui bahwa kampanye poster dinding, pidato dan diskusi itu direstui pemerintah. Katanya: "Menulis poster dinding itu dijamin undang-undang kami. Pemerintah tidak punya hak mencegahnya. Kalau rakyat marah, kita harus memberi jalan kepada mereka untuk menyatakan perasaan tersebut." Posisi Hua Kuo-feng juga dijelaskannya. Menunjuk kepada insiden berdarah Tien An Men 5 April 1976, Teng menjelaskan: "Hua waktu itu tidak punya hubungan langsung dengan Mao. Ia dihalang-halangi Gerombolan Empat." Setelah itu nada poster dinding memang agak berubah. Kini yang menjadi sasaran adalah demokrasi dan pembangunan ekonomi. Harian Rakyat Peking juga mendesak agar pembuatan undang-undang kriminil dan perdata "untuk melindungi hak azasi rakyat" dipercepat. Dalam sebuah kesempatan, Chao Tsang-pi, Menteri Keamanan Rakyat, mengungkapkan bahwa "Komite sedang dibentuk untuk membuat undang-undang tersebut." Rehabilitasi Koran Hongkong Ta Kung Pao melaporkan terjadinya rehabilitasi besar-besaran terhadap koran kaum radikal di Cina dalam pekan-pekan terakhir ini. Sumber yang dikutip koran itu menyebutkan rehabilitasi tersebut meliputi mereka yang tahun 1950-an mengkeritik "Lompatan Jauh Ke Depan" dan korban Revolusi Kebudayaan serta mereka yang diganyang "Gerombolan Empat." Di antara yang direhabiliter itu terdapat nama Liu Ping, sekretaris komite partai pada Universitas Tsing Hua. Liu yang kiri mendapat jabatan di Universitas Lanchau, Propinsi Kansu, disingkirkan pada tahun 1975 setelah ia bersama sejumlah temannya menulis surat kepada Mao mengadukan tingkah laku "Kelompok Empat." Terjadi pula sejumlah penggantian pejabat Komisaris utarna militer Peking Chi Teng-kui, seorang yang dianggap amat dekat dengan Mao dan "Gerombolan Empat," pekan silam digantikan oleh Jenderal Chin Chi-wei. Jenderal berumur 67 tahun ini teman lama Teng. Komandan militer Peking -- jabatan yang lebih tinggi dari komisaris politik -- berada di tangan Jenderal Chen Hsilien. Para pengamat di Peking meramalkan bakal terjadinya pergantian komandan dalam waktu singkat. "Jenderal Chen Hsi-lien dulu amat dekat dengan Chiang Ching, isteri Mao yang digusur itu," tulis koran Hongkong tersebut. Modal Asing Pekan silam Harian Rakyat maupun Kwanming, sama-sama menyiarkan tulisan Lenin mengenai perlunya modal asing dalam pembangunan. Di sana dikatakan bahwa selama modal asing itu tidak lebih besar dari modal domestik, bahaya masih tetap bisa dihindari. Itulah rupanya maka Teng memutuskan untuk menciptakan "ketenangan dan stabilitas." Awal pekan ini massa secara resmi dilarang melancarkan kritik dengan terang-terangan menyebut nama Mao. Dalam apa yang disebut "19 pasal dokumen Komite Sentral" --nampaknya merupakan hasil rapat penting di Peking, Mao diakui telah melakukan kesalahan, tapi "diperlukan waktu panjang sebelum masalaah tersebut bisa dipersoalkan. Biarkanlah generasi mendatang melakukannya. " Perubahan baru di Peking ini kemudian menyebabkan timbul pula poster pro Mao. Laporan dari Peking juga menyebut adanya perubahan sikap penduduk terhadap orang asing awal pekan ini. Hanya beberapa hari sebelumnya orang asing mendapat sambutan hangat, demikian laporan itu, "kini mereka bahkan membisikkan nama 'mata-mata Soviet' ketika seorang asing muncul di jalan yang penuh dengan poster dinding itu." Seorang diplomat di Peking dikutip oleh seorang wartawan sebagai menyebut adanya usaha untuk "mencegah makin kacaunya keadaan." Bagaimana tidak kacau kalau tiap orang menggunakan kesempatan untuk mengadukan masaalah pribadinya. Misalnya: sekelompok anak sekolah menempelkan poster dinding menuduh gurunya "radikal kacau" hanya karena sang guru menyuruh murid-murid itu mengerjakan pekerjaan rumah. Seorang tua dari Mongolia memasang poster protes terhadap pemerintah karena anaknya, seorang perwira Angkatan Udara, tewas 15 tahun silam. Nampaknya kekacauan macam inilah yang hendak dicegah Teng. Lagi pula, tanpa poster dinding, Teng kelihatannya memang telah menguasai keadaan. Dengan poster dinding yang seenaknya, keadaan malah bisa lebih kacau, sebab Mao toh masih punya pengikut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus