Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Tanpa Uang Kuliah

Didirikan untuk keperluan pendidikan tinggi kader kepolisian tahun 1946. Semula menerima tamatan SMA. Sejak tahun 1965 hanya menerima lulusan AKABRI Kepolisian.

9 Desember 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MINAT masuk PTIK cukup besar. Konon ada anggapan, tamatan PTIK akan lancar naik pangkat dan mendapat jabatan baik. Contoh: hampir semua Kadapol kini lulusan perguruan itu, kecuali tokoh seperti Anton Sudjarwo, misalnya, Kadapol Metro Jaya sekarang. Tapi hal itu dibantah Kadispen PTIK Mayor Pol Bombong. "Pergantian pimpinan kan secara alamiah," katanya. Mayjen Pol drs Utarjo, Dan Jen Kobangdiklat, juga tidak sepenuhnya setuju dengan anggapan tersebut. "Lulusan PTIK tidak otomatis lancar naik pangkat. Hal itu kan juga ditentukan oleh faktor lain. Misalnya konduite dan sebagainya," kata Utarjo. Tapi jadi taruna PTIK memang enak. Belajar dalam rangka dinas yang tanpa uang kuliah, mereka bebas dari tugas. Tapi keluhan ada saja perwira polisi terpaksa harus belajar lama sekali, sementara mutu kuliah dan ujiannya perlu selalu diteliti. Tentu saja keluhan begini biasanya dibantah. Didirikan 1946 oleh Jawatan Kepolisian Negara (kini Polri) yang ketika itu berkedudukan di Purwokerto, PTIK mula-mula disebut Akademi Polisi. Bersamaan dengan itu didirikan pula Sekolah Polisi Negara yang terdiri dari 2 tingkat. Tingkat rendah di Sukabumi, tingkat menengah dan tinggi di Mertoyudan, Magelang. Akademi Polisi, yang lama pendidikannya 2 tahun itu, menyelenggarakan kuliah di Sekolah Polisi Negara tingkat tinggi di Mertoyudan. Lembaga pendidikan kepolisian yang menerima tamatan SMA dan Inspektur Polisi tingkat I untuk dijadikan Komisaris Polisi itu lantas pindah ke Yogya, kemudian Jakarta. Dengan alasan "pendidikan ini bertingkat universiter dan untuk memajukan ilmu kepolisian," tahun 1950 Akademi Polisi menjelma menjadi PTIK. Empat tahun kemudian PTIK membagi jenjang pendidikan menjadi tingkat bakaloreat (3 tahun) dan doktoral (2 tahun). Sebelum mengikuti pendidikan di PTIK, para taruna diwajibkan mengikuti latihan dasar di Sekolah Kepolisian Negara di Sukabumi. Dengan munculnya UU Kepolisian -- sementara Polri diintegrasikan ke dalam ABRI, 1965 -- PTIK pun diurus Komando Utama Pusat, kemudian ditangani Kobangdiklat Polri. Gagasan pembentukan Akademi Angkatan Bersenjata, mendorong didirikannya Akademi Ilmu Kepolisian yang kemudian dirubah menjadi akademi Angkatan Kepolisian, diresmikan 1 Oktober 1965, dan akhirnya menjadi AKABRI Kepolisian. Sedang PTIK di Jakarta ditingkatkan sebagai "lembaga pendidikan lanjutan dengan metode universiter". Sejak itu, PTIK hanya menerima tamatan AKABRI Kepolisian. Dalam buku peringatan Dies PTIK ke 25, 1971. juga disebutkan bahwa dwifungsi ABRI bahkan memperkuat perlunya pendidikan tinggi "kader kepolisian". Juga diharapkan agar PTIK bisa ditingkatkan menjadi Institut Ilmu Kepolisian. Yang belum disebut secara jelas ialah apa itu "ilmu kepolisian". Mungkin ini kombinasi pelbagai disiplin ilmiah?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus