Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kisah Mantan Pemain Rugbi dari Jepang

Perdana Menteri Yoshiro Mori terancam kehilangan kursinya. Partai berkuasa LDP kesulitan mencari penggantinya. Mori nekat pasang badan.

11 Maret 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Yoshiro Mori pernah populer sebagai pemain rugbi yang tangguh, tapi sebaliknya di panggung politik dialah perdana menteri yang paling tidak populer yang pernah dimiliki bangsa Jepang. Dalam dua pekan belakangan ini, Mori menghadapi derasnya tekanan pengunduran dirinya oleh partai oposisi. Kredibilitasnya selaku perdana menteri diguncang skandal. Media massa menerbitkan fotonya berangkulan akrab dengan tokoh Yakuza, serta mengorek masa lalunya yang pernah tertangkap polisi di distrik lampu merah Tokyo. Februari silam Mori terlambat bereaksi saat terjadi tabrakan antara kapal latih perikanan Jepang dan kapal selam nuklir Amerika Serikat. Celakanya, keterlambatan Mori hanya gara-gara dia asyik berjudi dalam permainan golf. Buntutnya, empat partai oposisi utama yang terdiri dari Partai Demokrat Jepang, Partai Liberal, Partai Sosial Demokrat, dan Partai Komunis Jepang segera menyiapkan mosi tidak percaya. Skandal suap Masakuni Murakami menambah babak-belur wajah Mori. Murakami terpaksa mundur sebagai anggota Majelis Tinggi dan menjadi terdakwa dalam kasus penyuapan 1,5 miliar yen dari sebuah yayasan. Padahal, Murakami yang juga anggota senior koalisi Partai Demokrat Liberal (LDP) adalah salah seorang dari empat tokoh puncak LDP—"Gang of Four"—yang menunjuk Mori selaku perdana menteri, menggantikan almarhum Keizo Obuchi lewat deal di balik pintu pada April tahun lalu. Jaksa penuntut sudah menyiapkan surat penangkapan terhadap Murakami. Skandal Murakami ini menambah amunisi partai oposisi untuk mendepak Mori dari kursi perdana menteri lewat pengajuan mosi tidak percaya. "Jika salah satu dari kelima tokoh LDP ditahan, kami harus menyalahkan perdana menteri," ujar salah seorang pejabat senior Partai Demokrat Jepang. Politisi LDP pun mulai mencium dampak negatif anjloknya popularitas Mori yang terus meluncur ke tingkat paling rendah. Bayangkan, popularitas Mori, yang memang sudah rendah pada akhir tahun lalu (sekitar 20 persen), menggelinding cepat menjadi hanya sekitar 8 persen. Kredibilitas Mori yang payah dikhawatirkan akan membuat LDP keok dalam pertarungan memperebutkan kursi di Majelis Tinggi pada Juli mendatang. Maka, akan masuk akal jika sejumlah tokoh LDP mengisyaratkan agar Mori segera mundur, setidaknya setelah palemen (Diet) mengesahkan anggaran belanja pada akhir Maret. Kekhawatiran tokoh LDP bukannya tak beralasan. Hasil survei koran Shankei Shimbun menunjukkan 44 persen responden lebih suka melihat sebuah koalisi baru tanpa keterlibatan LDP dalam pemerintahan. Hasil survei ini seirama dengan angka survei yang menunjukkan 90 persen responden merasa tidak suka dengan situasi politik belakangan ini. Tapi pada saat yang sama terjadi komplikasi yang lebih parah dengan meningkatnya sikap antipolitik. Bagi analis politik, ini indikasi berkembangnya ketidakpercayaan publik terhadap politik. Politisi LDP boleh pusing memikirkan ancaman terhadap dominasi partai itu di pentas politik Jepang, tapi Yoshiro Mori justru tenang-tenang saja. Bak seorang pertapa, Mori diam seribu basa dengan menghabiskan seluruh waktunya di kediaman resmi perdana menteri. Sikap diam Mori, menurut seorang pembantu seniornya, adalah cara terbaik menghadapi rongrongan partai oposisi. Mori memang belum menanggapi tuntutan pengunduran dirinya, tapi pembantu dekatnya menolak spekulasi yang berkembang tentang skenario pengunduran diri Mori. "Perdana Menteri tidak akan mundur. Dia bertekad melihat perjalanan anggaran belanja tahun fiskal yang akan datang," ujar Kazuhiko Koshikawa, juru bicara Perdana Menteri. Tampaknya, Mori memang tak akan menyerah, apalagi LDP kesulitan memilih pengganti Mori. Bahkan, menurut Muneyuki Shindo, pengamat politik dari Universitas Rikkyo, Mori bakal terus memimpin kabinet meski Majelis Tinggi sudah mengesahkan anggaran belanja. Shindo yakin, tak satu pun politisi LDP berani mengambil alih posisi Mori. "Siapa pun perdana menterinya, dia akan menerima tanggung jawab atas kekalahan pemilihan pada Juli mendatang, dan siapa pula (politisi LDP) yang mau melakukannya?" kata Shindo. Tampaknya, Mori, yang sudah terlatih diseruduk lawan dalam arena rugbi, siap pasang badan untuk babak-belur dan tidak populer. Raihul Fadjri (Reuters, Yomiuri Shimbun, Asahi Shimbun)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus