Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pertikaian yang timbul antara Israel dan kelompok Palestina Hamas mengenai kesepakatan pembebasan sandera dan pertukaran tahanan tampaknya menemukan titik temu, menurut laporan media Israel pada Rabu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Setelah Hamas mengumumakan akan menunda pembebasan sandera, krisis muncul dalam kesepakatan pertukaran tahanan yang sepertinya akan terselesaikan, ungkap harian Israel Yedioth Ahronoth seperti dikutip Anadolu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan mengutip seorang pejabat Israel secara anonim, laporan itu menyebutkan bahwa baik Israel maupun Hamas menginginkan tahap pertama perjanjian berhasil. Hamas juga mengirim pesan yang menunjukkan kesediaannya untuk melanjutkan kesepakatan.
Pejabat itu juga mengatakan ancaman Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahwa "neraka akan terjadi" jika Hamas tidak membebaskan sandera yang tersisa paling lambat Sabtu 15 Februari 2025 siang "menempatkan Israel dalam dilema."
Sebelumnya pada Selasa, pemimpin otoritas Israel Benjamin Netanyahu ikut mengancam mengakhiri gencatan senjata Gaza jika Hamas menolak membebaskan sandera pada Sabtu sore.
Ancaman tersebut muncul sehari setelah Hamas mengatakan akan menunda pembebasan sandera berikutnya sebagai tanggapan atas pelanggaran gencatan senjata oleh Israel.
Pihak berwenang Palestina telah mencatat serangkaian pelanggaran Israel terhadap kesepakatan tersebut, termasuk penembakan warga sipil dan penolakan akses terhadap bahan bantuan, termasuk tenda untuk warga sipil yang mengungsi di Gaza.
Sesuai perjanjian tahap pertama gencatan senjata, sebanyak 33 sandera Israel akan dibebaskan sebagai imbalan pembebasan tahanan Palestina.
Channel 12 Israel juga melaporkan bahwa organisasi internasional diperkirakan akan mengirimkan bahan bakar dan pasokan medis yang sangat dibutuhkan ke Gaza pada Kamis 13 Februari 2025.