Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Komerad or-ba

Hasil-hasil kongres rakyat nasional: pemungutan pajak pendapatan, mengakhiri kewarganegaraan rangkap orang cina di perantauan, pergantian tampuk pimpinan a.l: pm. hua guo-feng diganti dg zhao ziyang.(ln)

20 September 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BARU kali ini dalam sejarah Kongres Rakyat Nasional di RRC suara tidak setuju ataupun blanko terdengar. Itu terjadi dalam pemungutan suara untuk mengadakan perubahan konstitusi. Ada suara blanko, misalnya, dalam pemungutan suara mengenai dicabutnya hak menyuarakan pendapat melalui poster dinding. Dan ketika UU Perkawinan yang baru diajukan, terdapat 4 suara yang menolak. Begitu pun Kongres itu akhirnya pekan lalu mencapai rekor, melahirkan 2300 keputusan, sesudah 12 hari bersidang. Antara lain mengenai pemungutan pajak pendapatan bagi perorangan dan perusahaan patungan. Adalah pertama kalinya dalam sejarah RRC bahwa warganegara yang berpenghasilan lebih dari 800 yuan (Rp 300.000) akan dikenai pajak yang berkisar 5 sampai 45%. Sementara itu bagi perusahaan patungan, beban pajaknya ditetapkan sebesar 33% dari keuntungan. Dan diputuskannya yang tak kurang pentingnya, mengenai kewarganegaraan. Yaitu orang Cina yang menjadi warganegara non-Cina tak boleh lagi sekaligus mempunyai kewarganegaraan Cina. Ini berarti RRC resmi mengakhiri kewarganegaraan rangkap orang Cina di perantauan selama ini. Korban Pembersihan Dari semua keputusan Kongres itu, pengunduran diri PM Hua Guo-feng dan 7 wakil PM, termasuk Deng Xiao-ping, tentu saja merupakan puncak acara sidangnya kali ini. Karena pergantian tampuk pimpinan pemerintahan di suatu negara komunis jarang berlangsung selancar itu. Apalagi Kongres juga mengesahkan pemisahan kekuasaan partai dan pemerintahan. Dengan struktur kekuasaan yang baru ini, partai hanya berfungsi menetapkan garis besar kebijaksanaan, sementara pemerintah menjadi pelaksana yang bebas dari campur tangan partai. "Ini merupakan langkah ke depan dari suatu perubahan sistem kepemimpinan negara," kata Ye Jianying, Ketua Kongres Rakyat Nasional pada pidato penutupan sidang. Ye, marsekal yang berusia 82, tampaknya belum akan pensiun. Walaupun belum pikun, Ye sebenarnya sudah uzur, berjalan dengan dipapah ke kursi khususnya selama sidang. Hasil kongres ini paling tidak menandakan semakin tergesernya pengikut Mao yang setia. Apalagi pimpinan pemerintahan yang baru pernah iadi korban Revolusi Kebudayaan. ZhaoZiyang, kini PM yang menggantikan Hua, seorang korban pembersihan yang dilakukan 'komplotan 4' yang dipimpin janda Mao, Jiang Qing. Begitu pula halnya dengan Yang Jingren, seorang dari 3 wakil PM yang baru saja diangkat. (Dua wakil PM lainnya adalah Menlu Huang Hua dan Deputi Kepala Staf Tentara Zhang Aiping yang disetujui Kongres). Yang Jingren 65 tahun, tokoh Islam dari Provinsi Ningxia, Cina Utara, memang bukan orang baru dalam partai. Ia telah memegang berbagai jabatan baik di bidang sipil maupun militer. Sebelum diganyang 'komplotan 4'-- karena dituduh 'penganut jalan kapitalis' -- Yang adalah Sekretaris Pertama PKC di Provinsi Hui. Dengan pengangkatan Yang, pertama kalinya seorang Islam, Imam pula, mendapat posisi yang begitu tinggi dalam pemerintahan Cina. PM Zhao, 61 tahun, dikenal pragmatis. Sebagai korban Revolusi Kebudayaan, Februari 1967, ia sempat harus berpawai di sepanjang jalan di Canton sambil diteriaki massa. Ia dituduh 'belajar dari kaum kapitalis' dan lebih 'mengutamakan produksi dari pada politik'. Waktu itu ia jatuh bersama Deng Xiao-ping. Berkat bantuan mendiang PM Zhou Enlai (Chou En-lai) beserta Ye Jianying dan Li Xiannian, (bekas Wakil PM), ia bisa lebih cepat muncul kembali dalam arena politik ketimbang Deng. Ia mendapat tugas batu di Mongolia pada Mei 1971, sementara itu Deng kembali menduduki jabatan di pemerintahan pada tahun 1973. Lahir di Provinsi Henan tahun 1919 Zhao adalah anak seorang tuan tanah. Pendidikannya kira-kira setaraf dengan SMA. Dari segi pengalaman luar negeri, ia sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan mendiang Zhou Enlai, Dalam waktu belakangan ini ia baru 2 kali ke Eropa. Sebelum itu ia sama sekali tidak pernah keluar dari Cina. "Saya kira itu bukan masalah, bagaimana pun ia pintar dan lihai," komentar seorang diplomat Barat di Beijing. Namun sukses Zhao dalam menerapkan gaya ekonomi kapitalis di Provinsi Sichuan telah membawanya ke jenjang tertinggi di bidang pemerintahan. Ia adalah orang pertama yang memperkenalkan sistem bonus dan pembagian keuntungan di perusahaan negara. Hal itu pulalah yang sempat membuat dia terdepak ketika Revolusi Kebudayaan berkecamuk. Sekarang peluang semakin terbuka buat Zhao untuk menerapkan gaya ekonomi kapitalis, bukan hanya di Sichuan tapi buat seluruh Cina. Dan sidang Kongres mengesahkan pengangkatannya sebagai PM dengan suara bulat. Tapi anaknya, Zhav Jin, terpaksa "tercampak" jauh dari kesenangan hidup di Beijing. Karena sang ayah bakal jadi PM. Zhao Jin -- perwira tentara yang berusia 31 mendadak dapat tugas baru ke wilayah perbatasan Yunnan yang tawan. Itu suatu contoh langkah yang agaknva membuat rakyat Cina menghargai Orde Baru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus