Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Seram Tapi, Tak Muram

Kualitas dan kuantitas pembunuhan di jakarta menurut kasus yang ditangani. lembaga kriminologi u.i. selama 1980 tercatat 112 pembunuhan dengan menggunakan senjata tajam.

20 September 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

CUKUP seraam juga: rata-rata setiap dua hari sekali terjadi pembunuhan di Jakarta. Tapi gambaran yang terlihat tak sepenuhnya muram. Terutama bila kita dengar keterangan dr. Abdul Mun'im Idries, 33 tahun, Sekretaris Bidang Akademis Lembaga Kriminologi UI (LKUI). Lembaga ini menangani kasus pembunuhan, atau yang diduga korban pembunuhan, di Jakarta. Menurut ahli Patologi Forensik ini, jumlah pembunuhan di Jakarta tidak menunjukkan kenaikan yang berarti. Pertambahannya masih seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Ia menunjuk angka-angka. Pada 1968-1972, terdapat hampir 600 kasus pembunuhan dan yang diduga korban pembunuhan. Jumlah penduduk Jakarta pada 1970 hampir 4,5 juta jiwa. Jadi besarnya angka kematian akibat pembunuhan adalah 13,35 per 100 ribu penduduk. Lima tahun berikutnya (1973-1978) terdapat hampir 750 kasus pembunuhan. Dibanding jumlah penduduk yang mendekati 5,5 juta (1975), angka kematian akibat pembunuhan adalah 13,56 per 100 ribu orang. "Jadi boleh dibilang perkembangannya biasa-biasa saja," ujar Mun'im Selama 1980, sampai Juli, tercatat 112 pembunuhan di Jakarta atau alias sekali setiap 2 hari. Dari kasus yang ditangani LKUI, Mun'im menilai pembunuhan dengan menggunakan senjata api cenderung menurun. Selama periode 1968-1972 tercatat ada 75 pembunuhan dengan senjata api (24,67%). Angka ini menurun menjadi 63 (13,70%) pada 1973-1977. "Justru penggunaan senjata tajam yang meningkat," katanya. Yaitu dari 118 (38,82%) pada 1968-1972 menjadi 317 (68,91%) pada 1973-1977. Mengapa meningkat? "Sebab senjata tajam praktis, mudah diperoleh serta agak leluasa dipergunakan. Tukang buah juga membawa senjata tajam walaupun bukan untuk kejahatan," kata Mun'im. Metode pembunuhan lain yang tercatat misalnya menggunakan benda tumpul, pencekikan, penjeratan dan pembekapan. Juga dipakai cara menenggelamkan, menyiramkan air panas atau menggunakan racun. Mun'im melihat ada semacam "musim-musim" dalam pembunuhan, Ada "musim" ketika yang banyak dibunuh ialah sopir taksi, ada "musim" main tusuk, dan sebagainya. Juga terlihat semacam pola: pembunuhan sering terjadi pada triwulan pertama dan keempat, "Apa sebabnya belum diketahui," ujarnya. Juga: banyak pembunuhan terjadi pada hari Rabu. Dalam beberapa kasus, terlihat peningkatan kualitas. Misalnya kasus pembunuhan Drs. Wibowo. Wibowo dibunuh dengan menggunakan insektisida. Berarti pembunuhnya mempunyai pengetahuan tentang racun. Apa yang mendorong kejahatan ini? Menurut Mun'im umumnya disebabkan karena sesuap nasi. "Boleh dibilang hampir 90% karena kebutuhan perut," ujar dokter Mun'im pula. Akibatnya sering terjadi ketidakseimbangan antara hasil dengan perbuatan. Misalnya: orang membunuh sopir taksi D untuk memperoleh uang Rp 10.000. Menurut Mun'im, ini dapat diterangkan dengan teori akumulasi frustrasi. "Frustrasi sudah menumpuk, hingga sangat sensitif," katanya. Misalnya anak mau sekolah, tapi uang sekolah tak ada. Misal lain meskipun membayar, orang naik bis juga mesti berdesak-desakan. Frustrasi ini terhimpun. Begitu ada yang menyulut, biarpun soal kecil, terjadilah tindakan kriminal itu. Operasi Sapujagat? Menurut Mun'im melihat Laksus yang menangani kejahatan bersenjata yang ada sekarang, tentunya ada dugaan meningkatnya kejahatan politik. Ia sendiri, berdasar data pembunuhan yang ada di LKUI, merasa "tidak ada apa-apa". Tapi lanjutnya, "saya tidak tahu kasus kejahatan lain yang tidak kami tangani."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus