KONFLIK Palestina-Israel untuk pertama kalinya memasuki suasana yang benar-benar baru. Pekan lalu di Washington, dalam perundingan bilateral dengan delegasi Suriah, Israel menerima adanya Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 242. Itulah resolusi yang antara lain menyatakan, "Penarikan mundur tentara Israel dari wilayah konflik belakangan ini." Kepada Suriah delegasi Israel menawarkan penarikan mundur pasukan Israel dari sebagian dataran Tinggi Golan. Pihak Suriah menolak. Yang diharapkan Suriah adalah penarikan pasukan Israel dari seluruh Golan. Maka, kata PM Israel Yitzhak Rabin, "Masih ada perbedaan interpretasi pada Resolusi 242." Ini menarik. Karena, konsekuensinya kepada delegasi Palestina pun, Israel seharusnya menawarkan hal serupa. Tapi, sebelum perundingan dilanjutkan, setelah sampai pada babak yang menarik itu, Konperensi Damai Timur Tengah putaran keenam memasuki masa istirahat sampai Senin pekan depan. Tawar-menawar belum jelas diterima tidaknya. Setiap delegasi pulang, untuk berkonsultasi dengan kepala pemerintahan masing-masing. Maka, ketua delegasi Palestina, Heidar Abdullah Shafi, Kamis pekan lalu muncul di Balai Sidang Jakarta, menemui Yasser Arafat yang sedang mengikuti KTT Gerakan Nonblok. Kebetulan ketika itulah wartawan TEMPO Leila Chudori diterima Arafat untuk sebuah wawancara di sebuah kamar di lantai II Hotel Hilton. Arafat didampingi menteri luar negerinya, Farouk Kaddoumi, duta besarnya untuk Jakarta, dan beberapa duta besarnya untuk negara Asia. Apa komentar pemimpin Palestina itu tentang perkembangan terakhir ini? Berikut petikan wawancara itu: Bagaimana tanggapan Anda tentang tawaran Israel pada warga Palestina untuk membentuk badan administratif? Saya baru bicara dengan ketua delegasi Palestina itu. Menurut saya, Israel tidak menawarkan apa-apa. Mereka menawarkan badan administrasi saja, bukan pemerintahan. Kami menolak tawaran ini. Israel selalu menolak platform yang ditawarkan pada kami, termasuk inisiatif Presiden Bush tentang "tanah untuk damai". Mereka melanggar Resolusi PBB Nomor 242 dan 358, yang memerintahkan Israel menarik diri dari semua teritorial Palestina dan Arab yang diduduki Israel, termasuk Yerusalem. Untuk kami, masalahnya jelas: mereka menduduki tanah kami dan mereka harus pergi. Kami sudah cukup berkompromi dan melakukan negosiasi dalam Konperensi Damai. Kami mengusulkan berdirinya pemerintahan otonomi Palestina, tapi mereka menolaknya. Mereka hanya menawarkan badan administrasi yang kurang penting. Di dalam badan administrasi ini mereka bahkan tidak berbicara tentang wewenang. Banyak analis yang menganggap Yitzhak Rabin lebih kompromistik dalam soal Palestina dibandingkan Shamir. Rabin berbicara tentang berkompromi, tapi kompromi macam apa yang ditawarkannya? Kompromi yang menguntungkan pihaknya? Buat apa kompromi jika mereka tetap melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB? Rabin mengumbarkan slogan yang indah, tapi perubahan yang ditawarkannya sangat kosmestik sifatnya. Itu bukan kompromi. Kabarnya Rabin sudah melepaskan sejumlah tahanan Palestina. Tahukah Anda berapa tahanan Palestina dalam penjara Israel? 123.000 orang. Dan seandainya pun ia melepaskan 800 orang tahanan, ia akan menangkap orang Palestina lebih banyak lagi, dengan alasan yang berbeda. Ada berbagai versi tentang jumlah orang Palestina yang menjadi korban Israel. Berapa jumlah sesungguhnya? Dalam perang di Beirut saja, dalam tiga bulan, 72.000 orang Palestina dan Libanon mati dan luka. Dalam perjuangan intifadah, 2.000 orang mati, 105.000 yang cedera, termasuk 8.000 wanita yang keguguran karena senjata kimia. Harap Anda ketahui, yang mereka sebut sebagai gas air mata itu bukan gas air mata, tapi senjata kimia. Pada saat Perang Teluk, kelihatannya Anda dan orang-orang Palestina dalam dilema, karena Irak dan Kuwait adalah kawan baik Palestina. Mengapa akhirnya Anda berpihak pada Saddam Hussein? (Diam dan menghela napas.) Anda harus ingat inisiatif kami pada bulan Agustus ketika militer Irak beroperasi (Arafat lalu menunjukkan pernyataan resmi PLO tertanggal 30 Agustus). Kami berusaha agar perang tidak terjadi. Kami menganggap perang ini akan menjadi sebuah bencana bukan hanya bagi Kuwait dan Irak, tapi semua Arab dan seluruh dunia. Kami menyerahkan usulan kami pada tanggal 30 Agustus, dan dalam kalimat pertama kami katakan, sebaiknya Irak menarik diri dari Kuwait. Pernyataan itu kami sebarkan ke Gerakan Nonblok, pemerintah Belanda, Liga Arab, OKI, MEE, PBB, dan semua badan dunia. Tapi, sayang sekali kami tidak didengar. Ternyata genderang perang lebih keras daripada suara kami. Saddam Hussein menjadi pahlawan bagi orang Palestina, padahal orang tahu apa yang dilakukannya di dalam negerinya. Anda harus mengerti mentalitas rakyat Palestina. Kami ditindas oleh Israel sejak tahun 1948. Kami menderita karena standar ganda yang digunakan oleh badan-badan internasional dan banyak negara Barat. Karena itu Anda harus memahami jika ada yang berharap (di antara orang Palestina) bahwa salah satu cara untuk lepas dari pendudukan bangsa Israel adalah dengan roket Irak. Anda harus mengerti jiwa orang-orang tertindas untuk mengerti sikap mereka. Bagaimana hubungan Palestina dengan Irak dan Kuwait saat ini? Hubungan kami dengan Irak normal-normal saja. Tapi, dengan Kuwait ... apa yang terjadi, setelah krisis dan Perang Teluk, kamilah orang-orang yang pertama kali dikalahkan. Komunitas Palestina adalah komunitas terbesar dan terkaya di Kuwait. Karena Perang Teluk kekayaan mereka lebih dari US$ 12 milyar hilang. Mereka diusir keluar Kuwait. Semuanya. Memang masih ada 35 ribu orang Palestina di sana, karena mereka tak punya tempat untuk berlindung di tempat lain. Sekarang kami sedang menanyakan pada PBB, cara mencari solusi untuk 35 ribu Palestina di Kuwait ini. Beberapa analis menganggap Saddam Hussein sebenarnya hanya memanfaatkan isu Palestina ini untuk kepentingan politiknya sendiri. (Arafat diam agak lama.) Kami tak bisa mengatakan demikian. Orang Indonesia selalu menganggap perjuangan Palestina adalah perjuangan Islam. Kami memang muslim. Tapi 20% penduduk Palestina adalah Kristen. Dan jangan lupa, Tanah Suci itu bukan hanya untuk muslim, tapi juga untuk Kristen. Dan dua orang dalam delegasi kami di Washington yang bernegosiasi dengan orang Israel adalah orang Yahudi. Kami tidak menentang orang Yahudi sama sekali. Kami menentang Zionisme. Jika anda seorang muslim murni yang tahu sejarahnya, Anda harus menjadi Yahudi dan Kristen sekaligus. Sebagai muslim kita juga percaya Musa, Yesus, dan semua nabi lainnya selain Muhammad. Jika intifadah adalah perlawanan dengan batu, kenapa Anda masih percaya dengan senjata yang Anda bawa itu? (Arafat memang dikenal selalu membawa pistol di pinggang.) Kita harus berjuang semampu kita. Dengan intifadah, dengan senjata. Kita harus menggunakan metode apa pun jika kita diduduki dan ditindas, untuk membela anak-anak dan istri dan masa depan. Indonesia juga berjuang dengan senjata melawan Belanda dan Jepang. Eropa berjuang melawan Nazi Amerika melawan Inggris Afrika melawan Prancis, Portugis, Inggris, Itali, Belanda. Kenapa Palestina tak boleh?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini