Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Rumah yahudi tak laku

Penjualan rumah untuk imigran yahudi di jalur gaza dan tepi barat anjlok. ada dugaan karena naiknya yitzhak rabin sebagai perdana menteri. shamir mewariskan kondisi ekonomi yang buruk.

12 September 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BARANG berkurang, harga naik. Rumus ekonomi itu ternyata tak berlaku di permukiman baru imigran Yahudi di Jalur Gaza dan Tepi Barat. Juli lalu Perdana Menteri Yitzhak Rabin membekukan rencana pembangunan permukiman di situ. Logikanya, rumah-rumah yang sudah jadi akan menjadi rebutan para imigran. Ternyata, Rabu pekan lalu surat kabar Yedioth Ahronoth menurunkan berita tentang anjloknya penjualan rumah di dua wilayah pendudukan itu. "Cuma dua rumah laku selama Agustus lalu," tulis surat kabar tersebut sebagaimana dikutip oleh Reuters. Banyak yang menduga seretnya penjualan rumah itu karena faktor Yitzhak Rabin, perdana menteri baru dari Partai Buruh itu. Politik Rabin yang moderat membuat banyak imigran Yahudi ragu untuk bertempat tinggal di wilayah pendudukan. Imigran Yahudi itu takut bila wilayah itu diserahkan Rabin pada Palestina, dan karena itu mereka akan jadi warga negara asing. Pernyataan-pernyataan Rabin memang bisa ditafsirkan bahwa ia tak keberatan menyerahkan wilayah pendudukan pada bangsa Palestina, "Sejauh keamanan kami tak terancam." Dulu, Yitzhak Shamir, pendahulunya, terang-terangan berniat menganeksasi wilayah itu. Berita Yedioth Ahronoth diperkuat oleh pernyataan juru bicara Kementerian Perumahan Israel bahwa belakangan ini perusahaan-perusahaan konstruksi di wilayah pendudukan mengeluh, penjualan rumah seret. Bahkan, pekan lalu Kementerian Perumahan terpaksa membeli 42.000 unit rumah di wilayah pendudukan, untuk menolong perusahaan konstruksi. Benarkah penyebab itu adalah politik? Sebenarnya ada faktor yang lebih nyata: turunnya jumlah imigran Yahudi dari republik bekas Uni Soviet. Tahun lalu arus imigran itu rata-rata per bulan sekitar 11.000 orang. Tahun ini, sampai akhir Juni, tercatat sekitar 30.000 imigran atau pukul rata-rata cuma 5.000 per bulan. Dan dua bulan terakhir dikabarkan angka itu makin turun. Itu terjadi karena Yahudi di bekas Soviet, menurut Radio Israel pekan lalu, kini lebih suka berimigrasi ke AS dan Jerman. Dan itu bukan karena naiknya Rabin, melainkan karena kondisi ekonomi Israel, yang terjadi sejak di masa Shamir. Pengangguran yang membengkak di Israel menyebabkan pencari kerja bersaing, dan para imigran biasanya kalah. Sebuah survei di kota Lod dekat Tel Aviv menyimpulkan bahwa 80% imigran Yahudi baru mendapatkan kerja setelah tinggal di Israel lebih dari dua tahun. Itu pun kebanyakan tak menemukan pekerjaan sesuai dengan profesinya. Pekan lalu surat kabar Washington Post memberitakan bahwa pemuda dan pemudi yang di republik-republik bekas Soviet memilih pendidikan teater, olahraga, atau sirkus, di Israel terpaksa bekerja sebagai peran pengganti (stuntman) dalam syuting film untuk adegan berbahaya. "Hanya orang Rusia yang mau menjadi peran pengganti di Israel," kata Sasha Pregman, pemuda Yahudi-Rusia yang sudah beberapa tahun tinggal di Israel. Tapi itu tentu lebih lumayan dibandingkan sejumlah dokter yang dikabarkan terpaksa menjadi tukang batu. Dari sisi lain, ini bisa jadi akan membantu lancarnya Konperensi Damai Timur Tengah. Permukiman itu dulu dibangun dengan rencana agar jumlah orang Yahudi di wilayah pendudukan lebih besar daripada orang Palestina yang lebih dari 1,7 juta itu. Maka, orang Palestina memprotes rencana ini. Melihat kecenderungan sekarang, tanpa protes pun tampaknya permukiman yang kini dihuni lebih dari 100.000 Yahudi itu tak akan berkembang. F.S.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus