Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEOUL - Pesawat-pesawat tempur dari empat negara kemarin berhadapan dalam konfrontasi yang belum pernah terjadi sebelumnya di atas sebuah pulau kecil yang disengketakan di lepas pantai Korea Selatan dan Jepang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kementerian Pertahanan Nasional Korea Selatan menyatakan dua pesawat pengebom Rusia dan dua pesawat pengebom Cina dilaporkan memasuki wilayah Zona Identifikasi Pertahanan Udara Korea (KADIZ) di atas Pulau Dokdo sekitar pukul 09.00 waktu setempat. Pulau Dokdo atau Takeshima merupakan wilayah yang disengketakan Korea Selatan dan Jepang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ini adalah pertama kalinya pesawat militer Rusia melanggar wilayah udara Korea Selatan," ujar pejabat di Kementerian Pertahanan Nasional di Seoul, seperti dikutip dari Reuters.
Sebagai respons, Angkatan Udara Korea Selatan mengerahkan beberapa pesawat F-15k dan F-16k untuk mencegat jet Rusia dan menembakkan flare serta ratusan tembakan peringatan ke jet Rusia itu. Pejabat JCS mengatakan jet Korea Selatan menembakkan sekitar 360 butir amunisi selama insiden tersebut.
Seoul menyatakan ada tiga jet tempur Rusia yang berupaya memasuki wilayah KADIZ, tapi hanya satu yang benar-benar menerobos wilayahnya dan berlangsung selama tiga menit. Setelah mendapat tembakan peringatan, pesawat Rusia tersebut dikabarkan sempat menjauhi KADIZ.
Namun, berselang 30 menit, pesawat Rusia itu kembali memasuki KADIZ selama empat menit hingga memaksa Korea Selatan melepaskan tembakan peringatan kedua.
Kantor kepresidenan Korea Selatan menyatakan bahwa penasihat keamanan utama Chung Eui-yong melayangkan protes keras kepada Sekretaris Dewan Keamanan Rusia, Nikolai Patrushev, dan meminta Dewan menilai insiden itu serta mengambil tindakan yang tepat. "Jika diulang, kami akan mengambil tindakan yang lebih tegas," ujar Chung, menurut kantor kepresidenan Korea Selatan.
Kementerian Luar Negeri Korea Selatan berencana memanggil Wakil Kepala Misi Rusia Maxim Volkov dan Duta Besar Cina Qiu Guohong untuk mengajukan protes keras dan mendesak mereka mencegah terulangnya kembali peristiwa itu. Demikian dikatakan juru bicara Kementerian, Kim In-chul.
Bantahan pun dilontarkan Kementerian Pertahanan Rusia. Mereka membantah pesawat pengebom Rusia menerobos wilayah udara Korea Selatan. Kemhan Rusia menyatakan pesawatnya sedang melakukan latihan di atas perairan internasional.
"Dua pengebom strategis Tu-95 dari Angkatan Udara Rusia melakukan penerbangan terencana di wilayah udara perairan netral di Laut Jepang," demikian pernyataan Kemhan Rusia.
Menurut Rusia, dua jet tempur Korea Selatan, yakni F-15k dan F-16k, mendekati pesawat Rusia dan melakukan manuver tidak profesional dengan memotong rute penerbangan pesawat Rusia dan mengancam keselamatan kru.
Apalagi pilot jet tempur Korea Selatan tak melakukan kontak terlebih dulu dengan kru pesawat Rusia. Pesawat pengebom juga diklaim tidak menyimpang dari jalur, yakni lebih dari 25 kilometer dari pulau-pulau yang disengketakan itu. Rusia juga memastikan tidak ada tembakan peringatan yang dilepaskan. Sebab, pilot Rusia pasti akan membalas tembakan itu. "Seandainya pilot Rusia merasa terancam, responsnya tidak akan datang lama."
Adapun Kementerian Luar Negeri Cina menyatakan tidak mengetahui detail insiden. "Anda menggunakan kata ‘intrusi’ dan saya akan memperingatkan agar tidak menggunakan istilah-istilah seperti itu, mengingat Cina dan Korea Selatan adalah tetangga yang bersahabat dan situasinya belum jelas," kata Hua Chunying, juru bicara Kemenlu Cina.
Insiden penerobosan ini tak ayal juga turut menyeret Jepang. Meski mengakui insiden tersebut, Jepang heran dan mengkritik Korea Selatan karena mengambil tindakan. Sebab, menurut mereka, pesawat pengebom Rusia, Topulev Tu-95, itu terbang di wilayah udara Negeri Sakura.
"Seharusnya Jepanglah yang bertindak terhadap pesawat Rusia," ujar Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono, sambil menambahkan bahwa Jepang sudah mengajukan protes ke Korea Selatan dan Rusia terkait dengan insiden ini. REUTERS | AL JAZEERA | CNN | SITA PLANASARI AQUADINI
Konflik Terbaru di Asia Timur
Meskipun Asia Timur diliputi berbagai perselisihan wilayah yang sudah berlangsung lama, Rusia dan Korea Selatan jarang terlibat konflik hingga kemarin.
Bahkan dua pemimpin negara itu terlihat akrab dalam perhelatan G20 di Osaka, Jepang, pada Juni lalu. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Korea Selatan adalah "salah satu mitra utama kami" di Asia.
Apa yang memicu konfrontasi atau mengapa pesawat Rusia dan Cina berada di wilayah itu, belum jelas. Namun analis mengatakan misi tersebut mungkin dirancang oleh Rusia guna menarik keluar pesawat Korea Selatan dan Jepang untuk tujuan pengumpulan intelijen.
"Misi ini akan memberi mereka peta komprehensif sistem pertahanan udara nasional (Korea Selatan)," kata Peter Layton, seorang mantan pilot dan analis Angkatan Udara Australia di Griffith Asia Institute, kepada CNN.
Carl Schuster, mantan direktur operasi di Pusat Intelijen Gabungan Komando Pasifik Amerika Serikat, mengatakan tindakan militer Korea Selatan melepaskan tembakan peringatan di udara "sangat, sangat serius" dan "sangat, sangat langka".
Schuster mengatakan fakta bahwa tembakan dilancarkan berarti Seoul telah melihat pelanggaran itu sebagai tindakan yang serius dan disengaja. Namun ia tidak bisa menjelaskan mengapa pesawat Rusia kembali lagi setelah peringatan pertama.
"Berbalik ke titik di mana tembakan peringatan dilakukan biasanya merupakan hasil dari keputusan yang disengaja untuk menembus wilayah udara itu," ujar dia. CNN | SITA PLANASARI AQUADINI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo