Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Korban Jiwa Sekte Aliran Sesat di Kenya Mayoritas Anak-anak

Pemerintah Kenya mencatat sebagian besar korban meninggal dunia terkait dengan sekte aliran sesat adalah anak-anak.

29 April 2023 | 16.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Dalam Negeri Kenya Kithure Kindiki menyatakan sebagian besar dari 109 korban meninggal dunia yang ditemukan di kuburan massal terkait sekte aliran sesat, adalah anak-anak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Laporan yang kami terima adalah banyak korban anak-anak. Sebagian besar anak-anak, diikuti perempuan. Laki-laki dewasa lebih sedikit," kata menteri Kindiki kepada wartawan, Jumat, 28 April 2023. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Laporan awal yang kami dapatkan adalah beberapa korban mungkin tidak mati kelaparan. Ada cara lain yang digunakan, termasuk menyakiti mereka, hanya dengan pengamatan fisik dan awal," kata Kindiki. 

Pengikut sekte bernama Good News International Church di dekat kota pesisir Malindi, Kenya, dikabarkan percaya bahwa mereka akan masuk surga jika mereka kelaparan. 

Kindiki menyebut mereka yang berada di balik kematian ini adalah teroris. Dia kemudian mengumumkan peluncuran pencarian udara di atas hutan Shakahola, tempat mayat ditemukan dan sedang digali.  

Menteri menyatakan otopsi pada mayat yang ditemukan akan dimulai pada Senin. Pemerintah akan mengumumkan langkah-langkah baru yang mengatur gereja minggu depan, katanya. 

Pendeta Sudah Ditangkap 

Pemimpin Good News International Church, Paul Mackenzie, telah ditahan polisi sejak 14 April. Media Kenya mengatakan dia dituduh membujuk para pengikutnya untuk mati kelaparan. 

Mackenzie tidak memberikan komentar publik. Dua pengacara yang dipekerjakan Mackenzie menolak mengomentari tuduhan terhadapnya. 

Pada Kamis, seorang pendeta di gereja terdekat yang terpisah, Yehezkiel Odero, ditangkap. Dia muncul di pengadilan di kota pesisir Mombasa pada Jumat, tetapi tidak dituntut dan diperintahkan untuk hadir kembali pada Selasa.  

Sejauh ini Odero tetap dalam tahanan polisi. 

Sebuah dokumen polisi yang diajukan ke pengadilan dan dilihat oleh Reuters mengatakan polisi telah menetapkan bahwa beberapa kematian dicatat antara 2022 dan 2023 dan bahwa mayat-mayat itu mungkin telah dipindahkan ke hutan Shakahola. 

Polisi sedang menyelidiki Odero atas kejahatan termasuk pembunuhan, membantu bunuh diri, penculikan dan kekejaman terhadap anak, kata dokumen itu. 

Pengacara Odero tidak segera menanggapi permintaan komentar. Pada Kamis, dia tidak menjawab pertanyaan dari wartawan saat digiring ke kantor polisi. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus