Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sedikitnya 40 orang tewas setelah danau glasial meluap dan memicu banjir bandang minggu ini di Pegunungan Himalaya, India. Menurut pejabat setempat, tim penyelamat masih mencari puluhan korban yang hilang pada hari kedua.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Danau Lhonak di negara bagian Sikkim yang bergunung-gunung di timur laut meluap pada hari Rabu. Hujan lebat dan longsoran salju, menyebabkan banjir besar di sungai Teesta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Banjir ini adalah salah satu bencana terburuk di kawasan tersebut dalam lebih dari 50 tahun terakhir. Cuaca ekstrem menyebabkan kerusakan luas di Himalaya di Asia Selatan dalam beberapa tahun terakhir, yang oleh para ilmuwan dianggap sebagai penyebab perubahan iklim.
Pihak berwenang di Sikkim mengatakan bencana yang terjadi menjelang hari raya dan musim pariwisata di negara bagian yang indah itu, telah berdampak pada kehidupan 22.000 orang. Para ilmuwan dan otoritas pemerintah sedang mengerjakan sistem peringatan dini untuk banjir glasial di Danau Lhonak. Sistem itu bisa memberi masyarakat lebih banyak waktu untuk mengungsi.
Pada Kamis malam, jumlah korban tewas baru mencapai 18 orang. Para pejabat di negara bagian tetangga, Benggala Barat, mengatakan bahwa tim darurat menemukan 22 jenazah lainnya yang tersapu air.
“Ketinggian air telah surut di beberapa daerah tetapi wilayah utara Sikkim terputus total. Tim bantuan tidak dapat mencapai daerah yang terkena dampak di sana,” ujar Tseten Bhutia, seorang pejabat negara. Jaringan telepon seluler dan telepon rumah di wilayah itu tidak berfungsi.
Sekitar 2.400 orang telah dievakuasi dan 7.600 orang berada di kamp bantuan, kata Bhutia. Institusi swasta dan pemerintah telah ditutup di wilayah tersebut hingga 15 Oktober.
Lima belas jembatan telah tersapu di negara bagian tersebut, sehingga menghambat operasi penyelamatan. Semua jembatan di hilir pembangkit listrik tenaga air NHPC Teesta-V telah terendam atau tersapu air, kata pemerintah India.
Foto dan video di media sosial menunjukkan jalanan tertutup lumpur dan batu, kendaraan macet, dan sungai kecil berlumpur mengalir di lereng bukit.
Tentara mengatakan pihaknya berencana mengevakuasi hampir 1.500 wisatawan yang terdampar menggunakan helikopter seiring membaiknya cuaca di wilayah tersebut.
Peralatan militer, termasuk senjata api dan bahan peledak, hanyut di sungai Teesta, kata juru bicara kementerian pertahanan dalam sebuah postingan di media sosial.
Satu mortir ditembakkan oleh penduduk di distrik tetangga di negara bagian Benggala Barat yang kemudian meledak. Akibatnya satu anak tewas dan enam orang terluka, kata anggota parlemen setempat Pradeep Kumar Barma kepada kantor berita ANI.
Hujan diperkirakan tetap mengguyur wilayah ini, lebih dari dua kali lipat tingkat normal, sehingga menimbulkan banjir yang lebih buruk daripada yang terjadi pada Oktober 1968. Banjir saat itu diperkirakan menewaskan 1.000 orang.
Hujan lebat akan terjadi di beberapa bagian wilayah itu pada hari Jumat. Intensitas hujan kemungkinan akan mereda, kata Departemen Meteorologi India.
REUTERS
Pilihan Editor: Zelensky Ingatkan Eropa: Rusia Akan Serang Negara Lain Bila Menang di Ukraina